2/19/17

Resume Kajian Tipe Tipe Suami dan Cara Menyikapinya Ustadzah Ummu Ihsan Choiriyah

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Dibuka dengan hadits tentang 11 orang wanita yang mengeluhkan suaminya kepada Aisyah RA, yang kemudian diceritakan kembali kepada Rasulullah tanpa membuka identitasnya. Di bawah ini adalah haditsnya

"‘Aisyah meriwayatkan ada 11 wanita yang berjanji dan sepakat untuk menceritakan semua hal tentang suami mereka.

Wanita pertama menceritakan, “Suamiku ibarat daging unta kerempeng yang berada di puncak gunung tanpa daratan yang dapat didaki dan tidak ada yang mau mengambilnya.”

Wanita kedua mengatakan, “Aku tidak akan membeberkan cerita tentang suamiku karena aku takut tidak dapat berhenti. Kisahnya sangat panjang. Jika aku beberkan, aku takut akan mengungkap rahasia dan aibnya.”

Wanita ketiga mengeluh, “Suamiku tinggi sekali. Namun, jika aku bicara, dia akan mentalakku, dan jika aku diam, dia membiarkanku terkatung-katung”

Wanita keempat memuji, “Suamiku ibarat udara pegunungan di malam hari, tidak panas dan tidak dingin. Nyaman dan tidak membosankan.”

Wanita kelima juga memuji, “Suamiku ketika pulang ke rumah langsung tidur seperti macan (tidur pulas). Ketika keluar rumah, dia seperti singa (pemberani) dan tidak pernah mempertanyakan harta bendanya (percaya pada istri).”

Wanita keenam bangga, “Suamiku bila makan sangat lahap dan bila minum tanpa ada yang tersisa. Apabila tidur, dia beselimut (sopan) dan tidak meraba-raba aib tubuhku.”

Wanita ketujuh meratap sedih, “Suamiku seorang yang garang, angker dan pendiam. Semua kejelekan ada pada dirinya. Dia dapat melukai, memukul atau bahkan melakukan keduanya padamu.”

Wanita kedelapan memuji, “Suamiku wangi seperti Zarnab (sejenis daun) dan sifatnya terus terang.”

Wanita kesembilan juga memuji, “Suamiku rumahnya luas dan badannya tinggi. Dia sangat dermawan dan banyak orang yang mendatangi rumahnya.”

Wanita kesepuluh berkata bangga, “Suamiku orang kaya. Tidak ada yang lebih kaya darinya. Dia mempunyai banyak unta yang sering berada di kandang dan jarang keluar. Ketika mendengar suara tongkat cambuk, unta itu pasrah: dia pasti akan disembelih sebagai jamuan.”

Wanita kesebelas membuat kiasan, “Suamiku Abu Zar. Maksudnya apa? Dia memberiku banyak anting-anting, membuatku gemuk dan bangga. Sebelum menikah, aku hanyalah seorang penggembala domba. Namun, setelah menjadi istrinya, aku menjadi pemilik kuda dan unta. Selain itu, aku juga mempunyai ladang yang sangat luas. Setelah menikah dengannya, aku dapat berbicara semauku tanpa ada yang menghina. Aku dapat tidur nyenyak dan minum dengan puas.

“Aku Ummu Abu Zar.  Maksudnya apa? Seorang wanita yang mempunyai banyak perabot dan rumahnya luas.

“Putraku Ibnu Abu Zar. Maksudnya apa? Dia mempunyai tempat tidur dari sebilah perlepah kurma dan cukup makan dengan tulang belikat kambing.

“Putriku Bintu Abu Zar. Maksudnya apa? Yaitu seorang putri yang taat kepada ayah dan ibunya, bertubuh gemuk dan membuat iri tetangga.

“Budak Jariyah Abu Zar. Maksudnya apa? Yaitu seorang budak yang tidak membocorkan rahasia pembicaraan, menjaga makanan, dan tidak semarangan membuang sampah.

“Suatu hari, Abu Zar keluar tanpa pikir panjang dan bertemu seorang wanita yang mempunyai 2 putra. Kedua anak tersebut bermain-main di bawah payudara sang ibu. Karena tergoda, akhirnya Abu Zar menceraikanku dan menikahi wanita tersebut. Setelah itu, aku menikah dengan seorang bangsawan penunggang kuda dengan pembawa tombak. Dia memberiku banyak karunia dan menghidangkan padaku setiap jenis makanan seraya berkata, ‘Makanlah wahai Ummu Zar’ dan berilah keluargamu.’ Seandainya seluruh pemberiannya aku kumpulkan, tidak menyamai perabotan terkecilpun milik Abu Zar.’”

Aisyah melanjutkan, “Rasulullah menanggapi, ‘Aku bagimu ibarat Abu Zar dan Ummu Zar.’” Dalam riwayat lain ditambahkan, “Hanya saja aku tidak menceraikanmu.” (HR. Muslim)"

Silakan simak penjelasan lengkap dari Ust. Firanda tentang hadits ini di https://www.firanda.com/index.php/artikel/keluarga/133-suami-sejati-bag-6-qkisah-abu-zar-dan-ummu-zarq


Kemudian, diingatkan kembali tentang hadits tentang penghuni neraka Jahannam, karena wanita lebih suka kufur dan tidak melihat kebaikan suaminya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari, no. 3069 dan Muslim no.7114, dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)


Hidup manusia itu sesungguhnya selalu diuji dengan dua hal, musibah dan nikmat. Begitu pula manusia diuji dengan suaminya masing-masing, apakah kita akan termasuk yang mengkufuri suami dan kebaikannya, atau termasuk yang bersyukur?

Setiap wanita memiliki benih-benih kekufuran untuk membangkang, jika dia tidak suka sesuatu maka dia akan mengungkapkan keunggulan dirinya di hadapan suaminya.

Salah satu yang paling diinginkan iblis adalah ketika pasangan suami istri, berselisih kemudian saling mendiamkan, kemudian saling memboikot, kemudian talak. Apalagi jika sebuah rumah tangga tersebut jauh dari cahaya ilmu.

Ingatlah hadits, bahwa manusia yang paling berhak terhadap seorang istri adalah suaminya.

No comments:

Post a Comment