4/27/17

Fitrah Belajar

🥝🥑 Cemilan Rabu 🥑🥝
Materi #4 Memahami Gaya Belajar Anak

📑Fitrah Belajar📜
-------------------------------

"Anakku malas belajar"
Pernah dapat keluhan ini dari teman-teman sejawat?, atau dari tetangga?Saudara? atau kita sendirilah yang mengeluhkan hal ini.

Benarkah anak-anak kita malas belajar?. Atau jangan-jangan kitalah yang terlalu mengkotak-kotakkan pengertian belajar, sehingga menjadi "duduk diam di meja belajar sambil baca buku atau menulis/menyalin".

Fitrahnya setiap anak adalah pembelajar sejati, bagaimana tidak?.
Setiap bayi yang lahir adalah pembelajar tangguh, bayi tidak memutuskan merangkak seumur hidupnya, namun ia menuntaskan belajar berjalan dengan gigih, sampai bisa berlari dan melompat. Setiap bayi yang dilahirkan adalah penjelajah yang penuh rasa ingin tahu (discoverer, curiousity)setiap sudut rumah jadi targetnya. Setiap bayi yang lahir juga penuh dengan daya imajinasi kreatif. Lihat saja, di tangan kanak-kanak kita, sangkutan baju jadi pesawat, kursi jadi kuda pacu, awan dicat berwarna ungu, matahari berubah pink (merah muda) dan lain sebagainya. Tugas kita hanya memberi kesempatan, ruang yang aman dan semangat.

Lalu mengapa bisa berubah menjadi enggan atau malas belajar?. Jangan-jangan kitalah yang telah mengubur dan menyimpangkan fitrah belajarnya.

Apa saja yang bisa mencerabut fitrah belajar anak-anak kita?

1. pendidik (orangtua/guru) yang terlalu menyetir proses belajar anak, sehingga daya kreatif anak lumpuh.

2. pendidik yang terlalu banyak menyarikan materi, anak-anak tidak berkesempatan memaknai dan menemukan asosiasi antara ide-ide, sehingga daya pikirnya tidak terlatih

3. Buku teks yang digunakan tak mengandung ide-ide menggugah

4. Dipakainya kompetisi dan rasa takut sebagai pelecut belajar, sehingga anak-anak bukan belajar karena "rasa ingin tahunya".

*Kita tidak bisa memastikan buku mana yang akan menggetarkan jiwa seorang anak; lukisan atau komposisi mana yang akan memantik apresiasi seninya; kunjungan ke tempat historis mana yang akan membangkitkan kesadaran sejarahnya. Setiap anak akan memberi respon secara berbeda-beda sesuai keunikan minat dan kepribadian mereka. Yang bisa kita lakukan adalah membuka akses selebar-lebarnya untuk mereka pada seberagam mungkin ide yang berharga (Charlotte Mason)*

Banyak orang mengira, kemampuan manusia yang utama dalam belajar adalah adaptasi, padahal semua binatang dan tumbuhanpun, Allah ciptakan mampu beradaptasi. Demikian juga, jika kita menganggap kemampuan utama manusia itu adalah kompetisi, karena sesungguhnya hewan dan jin pun berkompetisi.

*Ketahuilah bahwa kemampuan manusia yang utama adalah mengelola, mengklasifikasi, menginovasi dan mewariskan pengetahuan sebagai produk dari potensi fitrah belajarnya.* Seribu kera bisa dilatih memancing ikan, namun tidak satupun dari mereka mampu menciptakan kail dan mewariskan pada anak-anaknya.

Sesungguhnya setiap anak yang lahir telah memiliki potensi fitrah belajar. Para orang tua/pendidik tidak perlu panik menggegas kemampuan belajar anak-anaknya. Anak-anak hanya memerlukan sebuah ruang terbuka di alam dan hati orangtuanya yang terbuka bagi imajinasi kreatifnya, bagi curiousity-nya, bagi ketuntasan eksplorasi belajarnya, bagi penjelajahan dan petualangan belajarnya, bagi kesempatan untuk semakin menjadi dirinya.

sumber bacaan:
Fitrah based Education, 2016, Harry Santosa, Yayasan Cahaya Mutiara Timur.
💾💾💾💾💾💾💾💾💾💾

Kenali Gaya Belajar Anak Tantangan 10 Hari Day 6

Bismillahirrahmanirrahim,

Hari ini buku-buku Princess islami yang ummi titip sama sahabat di BBW alhamdulillah sudah sampai, padahal kemarin dibeli dan dikirimnya ternyata sehari lebih cepat sampai di rumah. Yeaaay, alhamdulillah makasih banyak yaa mama Fathan hihi.
Nah, ketika bukunya sampai, Mahira masih bobo, jadi yang menikmati pertama adalah Fikriy. Padahal isi bukunya untuk anak-anak perempuan hihi. Buku yang pertama dari 5 buku yang kami baca adalah tentang kisah Princess yang lupa berdoa sebelum tidur dan akhirnya bangun karena mimpi buruk.
Isi buku ini beberapa halaman dengan ilustrasi menarik yang berwarna-warni serta board book, jadi kokoh waktu dibacakan ke anak. Respon pertama waktu dibacakan adalah fikriy melihat detail gambar yang ada di tiap halaman, kemudian setelah semua selesai dibacakan, minta dibacain keempat buku lainnya, Hehe.
Kemudian pada saat akan tidur, kadang walaupun sudah bisa, tapi ada saja masanya fikriy agak males-malesan membaca doa sebelum tidur. Minta ummi saja yang membaca doa untuknya.
Nah tadi alhamdulilah, mau sendiri membaca doa dan benar :)

4/24/17

Kenali Gaya Belajar Anak Tantangan 10 Hari Day 5

Bismillahirrahmanirrahim,

Hari ini ada beberapa aktivitas yang kami lakukan di pagi hari sebelum tidur siang. Pertama membaca buku Aku Bisa Mandi Sendiri dan kedua Menari atau lebih tepatnya goyang dengan lagu yang diputar dari Hafidz Doll.
Nah, inshaallah dibahas satu satu ya, bagaimana reaksi anak-anak ketika kami melakukan aktivitas ini.

1. Membaca Buku Aku Bisa Mandi Sendiri
Alhamdulillah kami memiliki mini library yang diletakkan di ruang tamu dan mudah untuk diakses anak-anak, jadi buku mana saja yang mau diambil, dibacakan atau dimainkan, inshaallah akan mudah dilakukan sendiri. Nah, tadi fikriy mengambil buku Aku Bisa Mandi Sendiri, satu dari 6 rangkaian buku seri belajar sendiri, yang cukup sering diminta fikriy untuk dibacakan. Fikriy belum bisa mandi sendiri, terutama di bagian menyabuni, membersihkan alat kelamin jika sudah BAB, dan menyampoin kepala. Sedangkan sikat gigi, alhamdulillah sudah bisa sendiri walau kadang masih suka minta disikatin oleh ummi.
Tadi kami membaca tiap halaman, dede juga ikut mendengarkan sebelum akhirnya mulai merecoki karena menarik-narik buku yang dipegang Fikriy, dan walhasil Mas ngambek deh hihi.
Pesan-pesan dalam tiap halaman, menurut saya cukup singkat, langsung ke tujuan, dan dibantu dengan ilustrasi yang mendukung, sehingga beberapa kali fikriy menanyakan tentang isi di halaman buku tersebut. Oiya, kami membaca buku sebelum fikriy mandi, dan setelahnya baru deh mandi.

2. Bergoyang dengan Lagu
Salah satu yang menonjol di fikriy adalah kecenderungan nya terhadap audio atau yang berhubungan dengan nada. Mudah-mudahan ini memudahkannya dan semoga Allah mengabulkan doa ummi, agar fikriy dimudahkan menghafalkan ayah-ayat suci Al Qur'an dan hadits.
Hari ini, ditemani Hafidz Doll yang ummi isi dengan beberapa lagu anak-anak, setelah selesai membaca buku bersama, kemudian ummi putarkan beberapa lagu. Reaksi pertama, senyumnya langsung sumringah, mood nya langsung swing ke titik terluar pendulum, dede aja sampai diajak muter hihi. Sekitar 10 menit kurang, fikriy melompat, berputar, bergoyang diiringi lagu tersebut. Senangnya luar biasa, padahal lagunya itu lagi itu lagi hehe.

4/23/17

Kenali Gaya Belajar Anak Tantangan 10 Hari Day 4

Bismillahirrahmanirrahim,
Minggu ini sedang happening banget sebuah event buku yang cukup besar di Indonesia, namanya Big Bad Wolf. Ada 5 juta buku yang siap dijual oleh penyelenggara di tahun kedua, kebanyakan merupakan buku-buku impor dengan harga yang relatif murah sehingga pengunjung sudah dipastikan akan dimanjakan dengan banyaknya pilihan buku yang harus dipilih sebelum dibawa pulang. Alhamdulillah, ayah minggu kemarin membelikan Fikriy sebuah buku yang cukup lengkap tentang sejarah penerbangan di dunia yang dilengkapi dengan begitu banyak info visual beserta deskripsi aneka jenis pesawat terbang. Dari hari pertama ayah membawa pulang buku tersebut, sudah terlihat betapa buku ini menarik perhatian fikriy. Dan ketika tadi pagi kami bersantai di hari libur panjang, sambil membaca beberapa ilustrasi buku pesawat, terlihat fikriy sangat menyukai dan menikmati nya.

4/22/17

Kenali Gaya Belajar Anak Tantangan 10 Hari Day 3

Bismillahirrahmanirrahim,

Hari libur long weekend kali ini, kami masih santai di rumah. Nah kebetulan ada 1 activity book yang dulu dibeli waktu fikriy masih 3 tahun awal, dan akhirnya lebih banyak dicoret-coret hihi. Kali ini, fikriy mengambil dan memilih sendiri buku serta activity sheets nya. 

Yang dipilih dan dikerjakan sekitar 30 menit hari ini adalah :

1. Counting animals : tugasnya adalah menghitung 1 sampai 10, dan mencari sticker yang sesuai. Berhubung sticker nya sudah pada ditempelin sebelum saatnya dulu hihi, jadi tadi sambil counting out loud, fikriy juga menyambung tanda titik titik (tracing) di setiap angka. Sekaligus ummi perbaiki sedikit cara memegang pensil agar lebih luwes lagi. 

2. Menyusuri garis benang kusut untuk mencari pasangan yang tepat sesuai instruksi. Menurut ummi, fikriy cenderung suka dengan aktivitas yang menuntut konsentrasi. Pada bagian menyusuri ini, fikriy menggunakan tangan untuk mencari jejak benang kusut ke target akhir, dan alhamdulillah benar. Malah Ummi yang ragu (hihi, maafkan ya, Mas) 

3. Membantu anak domba mencari jalan menuju induknya dalam bentuk labirin. Aktivitas ini hampir mirip dengan aktivitas kedua, dan fikriy bisa mengikuti instruksi untuk menyusuri labirin. Dalam beberapa kali percobaan, ketika mentok di dinding, dengan cukup sabar, fikriy mencari kembali jalan alternatif hingga bisa mencapai finish. 

4/21/17

Kenali Gaya Belajar Anak Tantangan 10 Hari Day 2

Bismillahirrahmanirrahim,

Hari ini aktivitas yang kami lakukan bersama adalah memainkan Sensory play, yang sudah disiapkan sehari sebelumnya oleh Fikriy. Medianya adalah air yang sudah diberi pewarna makanan, kemudian diberikan beberapa animal figurines, yang ceritanya sedang terjebak di laut es beku. Membuatnya sangatlah mudah, dan inshaallah bisa serta aman dilakukan oleh balita. Warnanya saya bebaskan pada Fikriy, dan dia memilih warna es bekunya merah jambu (dalam hati saya ketawanya hihihi).

Setelah ayah berangkat ke kantor, fikriy mengambil Sensory play nya, yang akan merangsang beberapa indera VAKOG (Visual, Auditory, Kinestetik, olfaktory (Indra penciuman) dan gustatory (indra pengecapan). Waktu memainkan ini, fikriy fokus ketika diberikan instruksi bagaimana cara menyelamatkan hewan yang terkurung di es beku, dan menanyakan dulu bagaimana caranya ummi untuk memecahkan es ini. Kemudian saya berikan opsi menggunakan sutil kayu yang relatif aman. Dan selanjutnya mungkin sudah ada insting, es tersebut dipukul hingga pecah. 

Di sisi lain, mainlah Mahira, yang sengaja saya pisahkan agar aman damai sentausa rumah kami hihi. Dia saya berikan beberapa wadah yang diisi dengan pewarna makanan yang berwarna-warni, dan sendok sayur untuk menuang air ke wadah lainnya. Karena tempat bermain sudah dikondisikan aman, tidak khawatir terpeleset, Mahira lebih fokus dan anteng memindahkan isi air berwarna, mencampur beberapa air dalam wadah tersebut, kemudian menuang dengan cara mengangkat wadah tersebut. Mungkin juga dia memperhatikan dari cara ummi memasak, jadi sepintas terlihat lihai hihi. Kemudian, kedua beradik ini bergabung menjadi satu, dan asik bermain berdua, menuang-nuang sisa pecahan es tadi.

Yang terlihat jelas adalah keduanya menyukai praktik messy tadi, hihi. Kayanya semua anak kecil akan suka ya kalau . Fikriy juga sempat memperhatikan detail, ketika sebuah pecahan es yang berukuran cukup besar, perlahan mencair, dan meluncur. Ummi jelaskan bahwa ketika es mencair maka dia akan mencari permukaan yang lebih rendah. 

4/20/17

RESUME MATERI dan DISKUSI

RESUME MATERI dan DISKUSI
19 April Pukul 20.00

Camilan Rabu, 19 April 2017

🌺 *Sensory Integration Bekal Melatih pilihan Gaya Belajar Anak Secara Optimal* 🌺

Apakah Bunda sudah mulai mengamati ananda, seperti apakah kecenderungan pilihan cara belajar yang mungkin nampak dominan pada ananda? Apakah Bunda melihat kadang ketika mempelajari satu bidang anak cenderung suka dengan cara mendengar, namun untuk bidang pelajaran yang lain anak kita lebih dapat memahami dengan cara membaca misalnya. Lalu apakah visual, auditory dan kinestetik sebuah karakter? Atau sebetulnya itu adalah sebuah modalitas belajar?

Lalu kemudian jika itu merupakan modalitas belajar, bagaimanakah cara bekerjanya?

Dalam kajian NLP ( _Neuro-Linguistic Programming_) gambar, suara, rasa aroma dan sensasi yang ada dalam pikiran kita disebut sebagai representasi internal atau dalam bahasa psikologi lazim disebut sebagai *persepsi*. Representasi internal inilah yang mempengaruhi state (sikap) dan ujung-ujungnya mempengaruhi perilaku anak. Representasi internal terbentuk melalui sistem representasi. Sistem representasi (biasa disingkat dengan rep system) ini adalah ibarat pintu masuk dari persepsi. Berupa apakah rep system tersebut? Betul, rep system tak lain adalah VAKOG itu sendiri yaitu visual, auditorial, kinestetik, olfaktory (Indra penciuman) dan gustatory (indra pengecapan).

Bagaimanakah rep system bekerja? Rep system bekerja dengan cara menerima informasi dan mengaktifkan memori yang kita miliki untuk kemudian digunakan sebagai referensi dalam menghasilkan perilaku tertentu.

Nah, Rep system inilah yang dinamakan dengan learning modality atau modalitas belajar. Maka dengan rep system yang terstimulasi dengan optimal maka akan menentukan kualitas yang dihasilkan dalam pemrosesan informasi oleh rep system ini. Contohnya, jika kita stimulasi anak secara optimal untuk mempelajari satu buah jeruk, seperti apa jeruk itu?? Maka learning modality nya kita optimalkan penuh secara full sensori.

Informasi-->masuk melalui rep system (VAKOG)= learning modalities

Setiap individu memiliki perpaduan _learning modalities_(gaya belajar) yang beragam. Beberapa mendapati mereka lebih dominan di satu gaya dan tidak menggunakan banyak gaya lain dalam belajar. Bagi sebagian orang caranya saat itu sangat efektif untuk mendapatkan pengalaman belajar yang optimal. Namun pada beberapa orang yang lain mungkin juga akan merubah gaya belajarnya ketika mereka mengalami perbedaan kondisi yang dihadapi atau jenis pelajaran yang diterima. Tidak ada paduan yang tetap, atau gaya belajar yang fix pada setiap orang.

Bisa saja kita mengembangakan gaya belajar yang semula jarang kita pakai, namun pada konteks lain menjadi sangat efektif dipakai.

Kemudian oleh karena sensory VAKOG merupakan pintu masuk informasi, maka VAKOG itu sebaiknya di stimulasi, agar terintegrasi, nah yuk kita pelajari apa sih sebetulnya sensory integrasi ini?

Sebab bisa jadi bekal seorang anak bisa mendapatkan learning style nya  ada proses yang bisa kita awali dari proses stimulasi atas sensory integrasi ini. Menariknya dalam sensory integrasi, ditambahkan dua macam sensori lagi, apa sajakah? Mari kita simak tulisan saudari Riezqa Ratna berikut:

Istilah sensory integration (SI) pertama kali dicetuskan oleh DR. Anna Jean Ayres (1920-1989). Beliau seorang psikolog pendidikan, neuropsychologist dan terapis okupasi. Ayres mengemukakan adanya hubungan antara perilaku seseorang dengan perkembangan fungsi otak.

Teori Sensory Integration menjelaskan bagaimana cara otak menerima dan memproses stimulus atau input sensorik dari lingkungan di sekitar kita dan dari dalam tubuh kita sendiri. Apabila seorang anak dapat memproses input sensorik dengan baik, maka ia akan berperilaku secara adaptif. Akan tetapi bila seorang anak tidak dapat memproses input sensorik dengan baik, maka perilaku yang muncul seperti mereka mengalami kesulitan untuk mengolah input sensorik yang masuk, misalnya bila dipanggil namanya mereka tidak merespon, diajak bicara, tidak menanggapi (Ayres, 1979). Anak akan berespon secara berlebihan pada suatu input yang sebenarnya tidak membahayakan atau anak mengabaikan input yang masuk (perilaku maladaptive). Menurut Bundy, Lane dan Murray (2002), Sensory Integration adalah teori hubungan antara otak dan perilaku. Ayres (1972) mendefinisikan Sensory Integration sebagai:

“The neurological process that organized sensation from one’s own body and from environmental and make it possible to use the body effectively within the environment”. (Proses neurologis individu dalam mengorganisasikan sensasi dari dalam diri dan dari lingkungan sekitar dan dapat digunakan secara efektif dalam lingkungannya).

Setiap detik, menit dan jam tak terhitung berapa banyak informasi sensori yang masuk kedalam tubuh manusia seperti aliran air sungai yang tak hentinya. Tidak hanya dari telinga dan mata, tapi dari seluruh bagian tubuh. Sang anak harus mampu untuk mengatur seluruh sensori tersebut jika seseorang ingin bergerak, belajar dan berperilaku. Sensori tersebut memberikan informasi tentang kondisi fisik tubuh dan lingkungan disekitar.

Adapun ketidakberfungsian integrasi sensoris atau sensory integration dysfunction itu sendiri adalah ketidakmampuan untuk memproses informasi yang diterima melalui indra. Ketidakberfungsian terjadi di dalam sistem saraf pusat yang terdapat dalam kepala yang disebut dengan otak. Ketika masalah teknis terjadi, otak tidak mampu untuk melakukan analisis, pengorganisasian, dan tidak mampu melakukan hubungan atau integrasi pesan-pesan sensoris. Akibat ketidakberfungsian integrasi sensoris, seorang anak tidak dapat melakukan respon atau menanggapi informasi sensoris untuk dijadikan sesuatu yang bermakna secara konsisten. Anak tersebut memperoleh kesulitan dalam menggunakan informasi sensoris untuk dibuat rencana atau diorganisasi dengan apa yang semestinya ia lakukan (konsentrasi belajar terganggu). Jadi, ia tidak belajar secara mudah.

Melalui panca indra yang tersedia, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang berada di sekitarnya (Ayres, 1979). Informasi sensorik (Sensory information) tersebut berasal dari:

1. Mata (Visual)

Mata (Visual) disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina. Fungsinya menyampaikan semua informasi visual tentang benda dan manusia.

2. Telinga (Auditory)

Telinga (Auditory) disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya meneruskan informasi suara. Ayres (1972) menyebutkan adanya hubungan antara sistem auditory ini dengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan terganggu.

3. Hidung (Olfactory)

Hidung (Olfactory) disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).

4. Lidah (Gustatory)

Lidah (Gustatory) disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).

5. Kulit (Tactile)

Kulit (Tactile) adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini. Trott, Laurel dan Windeck (1993), menjelaskan bahwa:

“Processing tactile information effectively allow us to feel save, which in turn allows us to bond with those who love us and to develop socially and emotionally.”

Sistem taktil ini mempunyai dua sifat, yaitu diskriminatif dan protektif. Diskriminatif adalah kemampuan membedakan rasa (kasar, halus, dingin, panas), sedangkan sifat protektif adalah kemampuan untuk menghindar atau menjaga dari input sensorik yang berbahaya. Dari sifat kedua ini, akan menimbulkan respon flight, fright dan fight (Trott, Laurel dan Windeck, 1993).

6. Otot dan persendian (Proprioceptive)

Ayres (1979) menyebutkan bahwa proprioseptif merupakan sensasi yang berasal dari dalam tubuh manusia, yaitu terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor yang berhubungan dengan tulang. Ayres (1979) menyebutkan bahwa sistem vestibular dan proprioseptif merupakan dua sistem yang spesial dan Ayres menyebutnya sebagai “The Hidden Sense”. Input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi (contracting) atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditaril (beingpull) atau ditekan (compressed). Melalui informasi ini, individu dapat mengetahui dan mengenal bagian tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak (dalam Ayres, 1972).

7. Keseimbangan / balance (Vestibular)

Ayres (1979) menyebut sistem vestibular ini sebagai “business center”, karena semua sistem sensorik berkaitan dengan sistem ini. Sistem vestibular ini terletak pada labyrinth di dalam telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan informasi mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat mempengaruhi gerakan kepala dalam hubungannya dengan gravitasi dan gerakan cepat atau lambat (Accelerated or decelerated movement), gerakan bola mata (okulomotor), tingkat kewaspadaan ( level of arousal ) dan emosi.

Proses sensori integrasi terjadi secara bertahap, kegagalan di satu tahap akan berpengaruh pada tahap berikutnya. Anak yang optimal dalam proses sensori integrasi akan memiliki kemampuan komunikasi, kemampuan mengatur, harga diri, kepercayaan diri, kemampuan akademik, kemampuan berfikir abstrak dan penalaran, serta spesialisasi setiap sisi tubuh dan otak. Hasil akhir proses sensrori integrasi tersebut baru tercapai saat anak mulai usia sekolah dasar (SD).

 Level-Level Sensory Integration

Ada empat level dalam proses sensori integrasi. Level pertama berlangsung di usia 0-1 tahun, level kedua 1-2 tahun, level ketiga 3-7 tahun, dan level keempat tercapai saat anak masuk SD.

1. Level Pertama (0 – 1 tahun)

Anak picky eater (pemilih dalam makan)? sulit menangkap bola? Takut bermain ayunan atau perosotan Proses Sensori integrasi level pertama terjadi saat anak berusia 0-1 tahun. Tiga hal penting yang terbentuk adalah taktil, integrasi vestibular dan proprioreseptif, dan gravitational security.

Tactile memberikan rasa aman dan nyaman terhadap apa yang anak menyentuh dan ketika disentuh, ini bahkan berpengaruh pada kenyamanannya bersosialisasi kelak. Awal dari tactile adalah kelekatan ibu dan anak. Menyusui dan menggendong anak adalah stimulasi yang baik bagi si kecil. Dengan menyusui, bayi akan menerima informasi suhu tubuh dan tekstur kulit ibu serta tekanan yang ia rasakan. Ini menjelaskan kenapa bayi hanya benar-benar bisa tenang saat ia berada di dekat ibunya, karena suhu, tekstur, dan tekanan ibulah yang familiar dengannya. Anak yang picky eater biasanya punya masalah pada saat menghisap, dan ini akan terdeteksi ketika anak menyusu. Bila hisapannya lemah, otot kunyahnya juga tidak bekerja baik sehingga kesulitan memakan makanan yang dengan tekstur tertentu.

Gravitational security juga terbentuk di level pertama. Pernah dengar larangan menggendong dan mengayun-ayun bayi? Sebaiknya anda abaikan karena apabila bayi digendong dan diayun maka itu berarti ia mendapat informasi yang lebih banyak tentang arah dan merasakan gravitasi, dan karena ia merasa tetap nyaman dalam gendongan, iapun merasa aman dengan gaya gravitasi. Tak heran kalau nanti di usia 3-4 tahun ia akan dengan yakin melompat, berayun, dan meluncur. Stimulasi yang ia terima jauh lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang lebih banyak didiamkan saja di ranjang atau stroller. Salah satu integrasi vestibular dan proprioreseptif yang penting di level ini adalah kontrol gerakan mata. Mainan yang digantung di atas ranjang bayi bisa berpengaruh pada perkembangan vestibular si kecil. Hindari mainan yang berputar, pilih mainan yang bergerak kanan-kiri atau depan belakang karena gerakan ini yang ia butuhkan untuk menstimulasi system vestibularnya, gerak otot matapun akan terlatih dengan baik dan inilah pondasi untuknya saat belajar menbaca kelak. Yang dibutuhkan adalah sesuatu yang bergerak sederhana, kanan-kiri, depan-belakang, atas bawah. Gerakan berputar, apalagi layar televisi yang bergerak sangat cepat terlalu kompleks dan malah membuat gerak otot matanya tidak berkembang dengan baik.

2. Level Kedua (1-2 Tahun)

Anak pendiam? Hiperaktif? Enggan mencoba hal baru? Tidak tertarik dengan mainan atau permainan yang baru?  Anak usia 1-2 tahun mulai tertarik pada benda-benda di luar dirinya. Dia mulai suka mencopot , memasang, membuka, menutup, mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya saja saat ia melihat botol berisi air, dia mungkin akan mencoba membukanya dengan memukul-mukul, membanting, menggigit, dan seterusnya. Fungsi taktil, vestibular, dan proprioreseptif sebagai dasar kestabilan emosi berkembang pada level ini. Sangat penting untuk membiarkannya mencoba banyak hal sehingga pengalamannya semakin banyak. Bila anak banyak dibatasi, dua perilaku akan mungkin terbentuk saat ia tumbuh : Pendiam atau hiperaktif.

Mungkin dia akan tampak seperti pendiam, menarik diri, saat berhadapan dengan lingkungan yang baru. Perilaku ini muncul karena sedikitnya pengalaman membuat ia tak yakin dengan apa yang harus dilakukan. Iapun menarik diri, seolah-olah ia adalah anak yang pendiam. Sebaliknya, bisa juga ia menjadi hiperaktif karena haus akan pengalaman. Ia tak bisa menahan dirinya untuk beralih dari satu permainan ke permainan yang lain. Tubuh kita memang secara alamiah mencari kebutuhannya yang tak terpenuhi. Persepsi tubuh anak juga terbentuk di tahap ini. Berdasarkan pengalaman-pengalamannya, anak akan membentuk peta bagian tubuh di otak. “Data mentah”-nya adalah pengalaman sensasi dari kulit, otot, sendi, gravitasi, dan reseptor gerak. Pemetaan yang baik akan menentukan keberhasilan anak dalam melakukan motor planning, yang berguna dalam kemampuan beradaptasi dengan hal yang tidak dikenal dan belajar melakukannya secara otomatis. Apakah anak tampak tak tertarik saat dibelikan mainan baru? Enggan mencoba atau menunggu dulu dicontohkan oleh orangtuanya? Apakah anak selalu harus diberi petunjuk ketika memasuki lingkungan yang baru? Tidak berani berinisiatif?

3. Level Ketiga (2-5 tahun)

Level ini dijalani saat anak mulai berinteraksi dengan lingkungannya. Proses yang terjadi adalah masa perkembangan bicara dan bahasa, pembentukan persepsi visual, penguasaan tingkat persepsi yang lebih tinggi, merasakan benda melalui menyentuh, memegang, dan menggerakkannya, serta masa berkembangnya koordinasi mata-tangan. Hal penting yang harus diperhatikan dalam perkembangan bicara dan bahasa adalah, kemampuan bicara dan berbahasa tidak terjadi begitu saja. Sebelum mengerti kata, anak harus mampu memperhatikan orang yang berbicara. Sistem vestibular yang berkembang dengan baik di level sebelumnya membantu anak untuk memproses apa yang ia dengar dan lihat dengan tepat. Banyaknya pengalaman di level sebelumnya akan menjadi bank data dalam membentuk persepsi visual. Anak di usia ini sudah mengenali apa yang ia lihat, apa yang harus dia lakukan dengan objek yang ia lihat, dan apabila melihat benda yang baru, berdasarkan pengalamannya ia akan percaya diri akan apa yang bias dilakukan terhadapnya. Sebagai perkembangan selanjutnya, ia mulai menguasai tingkat persepsi yang lebih tinggi. Tak hanya melihat benda, ia juga melihat hubungannya terhadap benda lain dan latar. Contohnya : ia melihat bola, lapangan, dan gawang…ia pun berlari mengarahkan bola untuk dimasukkan ke gawang. Kali lain ia melihat bola yang sama, tapi tidak ada gawang, yang ada botol botol berjajar, ia tidak akan menendangnya tapi menggelindingkan bole ke arah botol. Untuk belajar, anak usia ini harus merasakan langsung. Misalnya, untuk mengenal berat sebuah benda, ia akan menyentuh, memegang, dan menggerakkannya. Semakin banyak informasi yang masuk melalui indera akan menambah bank data pengalaman di otaknya sehingga membuatnya semakin percaya diri saat bertemu dengan benda-benda yang baru. Apabila anak terlalu banyak berinteraksi dengan gadget berlayar (HP, tablet, laptop), kesempatannya untuk mendapat banyak informasi melalui indera akan sangat sedikit. Ia hanya menonton orang yang menari, tapi tidak merasakan tubuhnya yang bergerak, perubahan gerak udara, perubahan tekanan pada otot. Tidak ada data yang masuk ke otak, tidak ada yang diintegrasikan sehingga pengalaman mereka sangat sedikit. Keasyikan menonton juga mengurangi pengalaman sosialisasi dan berbahasa.

Level ini juga merupakan masa penting bagi koordinasi mata dan tangan. Di usia yang muda, tangan dan jari akan berusaha meraih atau mencoba melakukan hal yang dilihat oleh mata. Semakin berkembangnya koordinasi mata dan tangan akan membuatnya siap untuk kegiatan yang lebih kompleks seperti merakit dan menulis.

4. Level Keempat (5-7 tahun)

Level ini tercapai saat anak masuk SD. Ia akan lebih spesifik dalam menggunakan satu sisi tubuh, lebih jelas bagian tubuh sebelah mana yang dominan ia gunakan. Akhirnya, setelah proses sensori integrasi yang panjang dari pengalaman yang banyak, harga diri anak, kontrol diri dan kepercayaan diri akan terbentuk. Ia akan bersikap tenang dan siaga saat mengikuti pelajaran di sekolah. Insyaallah tak ada lagi cerita anak yang butuh waktu lama untuk menyelesaikan tugas karena mencari barang-barang seperti pensil dan penghapus, memberi alasan alih-alih menyelesaikan tugas, ataupun masalah-masalah seperti konsentrasi dan kekuatan saat menulis.

Bagaimanapun, anak usia 0-7 tahun kondisinya belumlah stabil, mereka butuh pengalaman sebanyak-banyaknya sehingga mereka puas bereksplorasi. Kelak saat waktunya mereka tenang dan siaga mereka telah siap, tak lagi menghindar atau mencari-cari . Merekapun akan mudah beradaptasi dengan aneka keadaan.

Daftar Pustaka:

NLP The Art of Enjoying Life, Teddi Prasetya Yuliawan, Jakarta: 2014

https://riezkaratna73.wordpress.com/2015/03/09/gangguan-belajar-sensory-integration-dan-dispraxia/, diakses 17 April 2017

1⃣ Bunda Wiwit :
Masyaa Allah materi Sensory Integration ini membuat saya merenungkan betapa Kuasa Ilahi begitu besar dlm tubuh kita dg semua sensory yg diberikan.

Mhn pencerahan Teh Ai & Mba Zy, stelah membaca materi sy berusaha memahami utk Rep.System (VAKOG) dg kelima panca indra yg kita miliki dg tambahan 2 Sensory Information :
Otot dan persendian (Proprioceptive) & Keseimbangan / balance (Vestibular).

Mhn pencerahan bgmn aplikasi menstimulus utk Proprioceptive & Vestibular dlm mengoptimalkan gaya belajar anak anak 5 thn?

1⃣ bunda Wiwit, pertama kali kami sebagai fasil mohon  maaf jika ilmunya belum cukup menjawab tentang NLP. Sy tidak terlalu paham, karena untuk mempelajari bidang ini harus memerlukan waktu yg lebih intens dan oerlu kelas khusus dalam membahasnya.

Tapi kalau ditanya tentang pengalaman pribadi saya bagaimana mengoptimalkan gaya belajar anak usia 5 tahun? Insya Allah saya akan menjawab atas dasar pengalaman sy sendiri.. mohon maaf jika kurang pas jawabannya.. ☺

Kalau dari pengalaman sy, banyak kegiatan yg bisa dilakukan untuk mengoptimalkan gaya belajar anak.
Misalnya;
-ajak anak memasak bareng. Bisa memasak bubur kacang hijau, masak sayur bayam, atau menggoreng tempe.
Dengan membersamai anak-anak saat mempersiapkan bahan-bahan yg akan dimasak, mencuci, memotong, menuang air, atau mencicipi kuahnya.
Ini juga melatih motorik kasar anak sekaligus melatih VAKOG tadi..
Insya Allah akan terlihat gaya belajar anak kita.. seperti yg sudah dijelaskan semalam, kalau ciri2 anak kinestetik agak jijikan orangnya, mungkin menuang air tumpah-tumpah dan lain sebagainya. Dengan membersamainya terus setiap hari pasti lama-lama kita akan melihat perkembangan pembelajaran anak kita.
#imho ✅

Kenali Gaya Belajar Anak Tantangan 10 Hari Day 1

Bismillahirrahmanirrahim,

Level selanjutnya setelah Komunikasi Produktif, Melatih Kemandirian Anak, Proyek Keluarga, adalah Mengenali Gaya Belajar Anak. Mengapa perlu mengenali gaya belajar anak? Karena dari learning style itulah, akan menjadi sumber potensi bagi kita sebagai orang tua untuk mendampingi anak-anak dengan tujuan menguatkan dan mengembangkan 4 hal yaitu ICAN. ICAN adalah Intellectual Curiosity, Creative imagination, Art of Discovery and Invention, dan Noble Attitude.

Di level keempat kali ini, tantangannya adalah mendampingi anak-anak dengan lebih intensif, melihat dan membuka mata hati orang tua untuk mengendus setiap potensi gaya belajar anak, sehingga membantu mereka untuk melesat lebih jauh lagi. Di hari pertama, Fikriy menggunakan activity book yang tahun lalu dibeli, Dr. Seuss Favorite Friends Activity Placemats. Ada beberapa aktivitas yang terdapat di buku ini, seperti puzzles, mazes, dot-to-dot, word searches, dan sebagainya. Nah, berhubung buku aktivitas ini menurut saya membutuhkan tingkat konsentrasi dan kesabaran yang lebih, buku ini buru-buru saja saya coba berikan kepada Fikriy. Alhamdulillah pas banget dengan Level 4, jadi bisa sekalian deh menyusuri gaya belajar Fikriy :)

Dengan usia 4 tahun, maka durasi fokus Fikriy seharusnya sudah bisa mencapai 4 menit, kemudian break dan kembali melakukan aktivitas lainnya. Di aktivitas pertama yaitu menyusuri labirin, fikriy mulai semakin akrab dengan memegang pensil untuk menyusuri kotak labirin mencari jalan keluar. Aktivitas kedua yang dilakukan adalah mencoba menulis angka 1 sampai 10 sesuai dengan pola yang ada di halaman tersebut. Aktivitas ketiga adalah bermain teka teki silang, tapi pada aktivitas ini tugas fikriy adalah menyebutkan huruf yang akan ditulis pada kolom yang sudah ada beberapa huruf yang tertulis di dalamnya. 

Ketiga aktivitas ini, menuntut konsentrasi yang cukup tinggi, dan saya perhatikan fikriy berusaha dengan kuat untuk menyelesaikan tugasnya.

Dari tabel pengamatan, yang terlihat seimbang adalah gaya belajar Auditori dan Kinestetik.

4/19/17

Sensory Integration Bekal Melatih pilihan Gaya Belajar Anak Secara Optimal

Camilan Rabu, 19 April 2017

🌺 *Sensory Integration Bekal Melatih pilihan Gaya Belajar Anak Secara Optimal* 🌺

Apakah Bunda sudah mulai mengamati ananda, seperti apakah kecenderungan pilihan cara belajar yang mungkin nampak dominan pada ananda? Apakah Bunda melihat kadang ketika mempelajari satu bidang anak cenderung suka dengan cara mendengar, namun untuk bidang pelajaran yang lain anak kita lebih dapat memahami dengan cara membaca misalnya. Lalu apakah visual, auditory dan kinestetik sebuah karakter? Atau sebetulnya itu adalah sebuah modalitas belajar?

Lalu kemudian jika itu merupakan modalitas belajar, bagaimanakah cara bekerjanya?

Dalam kajian NLP ( _Neuro-Linguistic Programming_) gambar, suara, rasa aroma dan sensasi yang ada dalam pikiran kita disebut sebagai representasi internal atau dalam bahasa psikologi lazim disebut sebagai *persepsi*. Representasi internal inilah yang mempengaruhi state (sikap) dan ujung-ujungnya mempengaruhi perilaku anak. Representasi internal terbentuk melalui sistem representasi. Sistem representasi (biasa disingkat dengan rep system) ini adalah ibarat pintu masuk dari persepsi. Berupa apakah rep system tersebut? Betul, rep system tak lain adalah VAKOG itu sendiri yaitu visual, auditorial, kinestetik, olfaktory (Indra penciuman) dan gustatory (indra pengecapan).

Bagaimanakah rep system bekerja? Rep system bekerja dengan cara menerima informasi dan mengaktifkan memori yang kita miliki untuk kemudian digunakan sebagai referensi dalam menghasilkan perilaku tertentu.

Nah, Rep system inilah yang dinamakan dengan learning modality atau modalitas belajar. Maka dengan rep system yang terstimulasi dengan optimal maka akan menentukan kualitas yang dihasilkan dalam pemrosesan informasi oleh rep system ini. Contohnya, jika kita stimulasi anak secara optimal untuk mempelajari satu buah jeruk, seperti apa jeruk itu?? Maka learning modality nya kita optimalkan penuh secara full sensori.

Informasi-->masuk melalui rep system (VAKOG)= learning modalities

Setiap individu memiliki perpaduan _learning modalities_(gaya belajar) yang beragam. Beberapa mendapati mereka lebih dominan di satu gaya dan tidak menggunakan banyak gaya lain dalam belajar. Bagi sebagian orang caranya saat itu sangat efektif untuk mendapatkan pengalaman belajar yang optimal. Namun pada beberapa orang yang lain mungkin juga akan merubah gaya belajarnya ketika mereka mengalami perbedaan kondisi yang dihadapi atau jenis pelajaran yang diterima. Tidak ada paduan yang tetap, atau gaya belajar yang fix pada setiap orang.

Bisa saja kita mengembangakan gaya belajar yang semula jarang kita pakai, namun pada konteks lain menjadi sangat efektif dipakai.

Kemudian oleh karena sensory VAKOG merupakan pintu masuk informasi, maka VAKOG itu sebaiknya di stimulasi, agar terintegrasi, nah yuk kita pelajari apa sih sebetulnya sensory integrasi ini?

Sebab bisa jadi bekal seorang anak bisa mendapatkan learning style nya  ada proses yang bisa kita awali dari proses stimulasi atas sensory integrasi ini. Menariknya dalam sensory integrasi, ditambahkan dua macam sensori lagi, apa sajakah? Mari kita simak tulisan saudari Riezqa Ratna berikut:

Istilah sensory integration (SI) pertama kali dicetuskan oleh DR. Anna Jean Ayres (1920-1989). Beliau seorang psikolog pendidikan, neuropsychologist dan terapis okupasi. Ayres mengemukakan adanya hubungan antara perilaku seseorang dengan perkembangan fungsi otak.

Teori Sensory Integration menjelaskan bagaimana cara otak menerima dan memproses stimulus atau input sensorik dari lingkungan di sekitar kita dan dari dalam tubuh kita sendiri. Apabila seorang anak dapat memproses input sensorik dengan baik, maka ia akan berperilaku secara adaptif. Akan tetapi bila seorang anak tidak dapat memproses input sensorik dengan baik, maka perilaku yang muncul seperti mereka mengalami kesulitan untuk mengolah input sensorik yang masuk, misalnya bila dipanggil namanya mereka tidak merespon, diajak bicara, tidak menanggapi (Ayres, 1979). Anak akan berespon secara berlebihan pada suatu input yang sebenarnya tidak membahayakan atau anak mengabaikan input yang masuk (perilaku maladaptive). Menurut Bundy, Lane dan Murray (2002), Sensory Integration adalah teori hubungan antara otak dan perilaku. Ayres (1972) mendefinisikan Sensory Integration sebagai:

“The neurological process that organized sensation from one’s own body and from environmental and make it possible to use the body effectively within the environment”. (Proses neurologis individu dalam mengorganisasikan sensasi dari dalam diri dan dari lingkungan sekitar dan dapat digunakan secara efektif dalam lingkungannya).

Setiap detik, menit dan jam tak terhitung berapa banyak informasi sensori yang masuk kedalam tubuh manusia seperti aliran air sungai yang tak hentinya. Tidak hanya dari telinga dan mata, tapi dari seluruh bagian tubuh. Sang anak harus mampu untuk mengatur seluruh sensori tersebut jika seseorang ingin bergerak, belajar dan berperilaku. Sensori tersebut memberikan informasi tentang kondisi fisik tubuh dan lingkungan disekitar.

Adapun ketidakberfungsian integrasi sensoris atau sensory integration dysfunction itu sendiri adalah ketidakmampuan untuk memproses informasi yang diterima melalui indra. Ketidakberfungsian terjadi di dalam sistem saraf pusat yang terdapat dalam kepala yang disebut dengan otak. Ketika masalah teknis terjadi, otak tidak mampu untuk melakukan analisis, pengorganisasian, dan tidak mampu melakukan hubungan atau integrasi pesan-pesan sensoris. Akibat ketidakberfungsian integrasi sensoris, seorang anak tidak dapat melakukan respon atau menanggapi informasi sensoris untuk dijadikan sesuatu yang bermakna secara konsisten. Anak tersebut memperoleh kesulitan dalam menggunakan informasi sensoris untuk dibuat rencana atau diorganisasi dengan apa yang semestinya ia lakukan (konsentrasi belajar terganggu). Jadi, ia tidak belajar secara mudah.

Melalui panca indra yang tersedia, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang berada di sekitarnya (Ayres, 1979). Informasi sensorik (Sensory information) tersebut berasal dari:

1. Mata (Visual)

Mata (Visual) disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina. Fungsinya menyampaikan semua informasi visual tentang benda dan manusia.

2. Telinga (Auditory)

Telinga (Auditory) disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya meneruskan informasi suara. Ayres (1972) menyebutkan adanya hubungan antara sistem auditory ini dengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan terganggu.

3. Hidung (Olfactory)

Hidung (Olfactory) disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).

4. Lidah (Gustatory)

Lidah (Gustatory) disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).

5. Kulit (Tactile)

Kulit (Tactile) adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini. Trott, Laurel dan Windeck (1993), menjelaskan bahwa:

“Processing tactile information effectively allow us to feel save, which in turn allows us to bond with those who love us and to develop socially and emotionally.”

Sistem taktil ini mempunyai dua sifat, yaitu diskriminatif dan protektif. Diskriminatif adalah kemampuan membedakan rasa (kasar, halus, dingin, panas), sedangkan sifat protektif adalah kemampuan untuk menghindar atau menjaga dari input sensorik yang berbahaya. Dari sifat kedua ini, akan menimbulkan respon flight, fright dan fight (Trott, Laurel dan Windeck, 1993).

6. Otot dan persendian (Proprioceptive)

Ayres (1979) menyebutkan bahwa proprioseptif merupakan sensasi yang berasal dari dalam tubuh manusia, yaitu terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor yang berhubungan dengan tulang. Ayres (1979) menyebutkan bahwa sistem vestibular dan proprioseptif merupakan dua sistem yang spesial dan Ayres menyebutnya sebagai “The Hidden Sense”. Input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi (contracting) atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditaril (beingpull) atau ditekan (compressed). Melalui informasi ini, individu dapat mengetahui dan mengenal bagian tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak (dalam Ayres, 1972).

7. Keseimbangan / balance (Vestibular)

Ayres (1979) menyebut sistem vestibular ini sebagai “business center”, karena semua sistem sensorik berkaitan dengan sistem ini. Sistem vestibular ini terletak pada labyrinth di dalam telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan informasi mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat mempengaruhi gerakan kepala dalam hubungannya dengan gravitasi dan gerakan cepat atau lambat (Accelerated or decelerated movement), gerakan bola mata (okulomotor), tingkat kewaspadaan ( level of arousal ) dan emosi.

Proses sensori integrasi terjadi secara bertahap, kegagalan di satu tahap akan berpengaruh pada tahap berikutnya. Anak yang optimal dalam proses sensori integrasi akan memiliki kemampuan komunikasi, kemampuan mengatur, harga diri, kepercayaan diri, kemampuan akademik, kemampuan berfikir abstrak dan penalaran, serta spesialisasi setiap sisi tubuh dan otak. Hasil akhir proses sensrori integrasi tersebut baru tercapai saat anak mulai usia sekolah dasar (SD).

 Level-Level Sensory Integration

Ada empat level dalam proses sensori integrasi. Level pertama berlangsung di usia 0-1 tahun, level kedua 1-2 tahun, level ketiga 3-7 tahun, dan level keempat tercapai saat anak masuk SD.

1. Level Pertama (0 – 1 tahun)

Anak picky eater (pemilih dalam makan)? sulit menangkap bola? Takut bermain ayunan atau perosotan Proses Sensori integrasi level pertama terjadi saat anak berusia 0-1 tahun. Tiga hal penting yang terbentuk adalah taktil, integrasi vestibular dan proprioreseptif, dan gravitational security.

Tactile memberikan rasa aman dan nyaman terhadap apa yang anak menyentuh dan ketika disentuh, ini bahkan berpengaruh pada kenyamanannya bersosialisasi kelak. Awal dari tactile adalah kelekatan ibu dan anak. Menyusui dan menggendong anak adalah stimulasi yang baik bagi si kecil. Dengan menyusui, bayi akan menerima informasi suhu tubuh dan tekstur kulit ibu serta tekanan yang ia rasakan. Ini menjelaskan kenapa bayi hanya benar-benar bisa tenang saat ia berada di dekat ibunya, karena suhu, tekstur, dan tekanan ibulah yang familiar dengannya. Anak yang picky eater biasanya punya masalah pada saat menghisap, dan ini akan terdeteksi ketika anak menyusu. Bila hisapannya lemah, otot kunyahnya juga tidak bekerja baik sehingga kesulitan memakan makanan yang dengan tekstur tertentu.

Gravitational security juga terbentuk di level pertama. Pernah dengar larangan menggendong dan mengayun-ayun bayi? Sebaiknya anda abaikan karena apabila bayi digendong dan diayun maka itu berarti ia mendapat informasi yang lebih banyak tentang arah dan merasakan gravitasi, dan karena ia merasa tetap nyaman dalam gendongan, iapun merasa aman dengan gaya gravitasi. Tak heran kalau nanti di usia 3-4 tahun ia akan dengan yakin melompat, berayun, dan meluncur. Stimulasi yang ia terima jauh lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang lebih banyak didiamkan saja di ranjang atau stroller. Salah satu integrasi vestibular dan proprioreseptif yang penting di level ini adalah kontrol gerakan mata. Mainan yang digantung di atas ranjang bayi bisa berpengaruh pada perkembangan vestibular si kecil. Hindari mainan yang berputar, pilih mainan yang bergerak kanan-kiri atau depan belakang karena gerakan ini yang ia butuhkan untuk menstimulasi system vestibularnya, gerak otot matapun akan terlatih dengan baik dan inilah pondasi untuknya saat belajar menbaca kelak. Yang dibutuhkan adalah sesuatu yang bergerak sederhana, kanan-kiri, depan-belakang, atas bawah. Gerakan berputar, apalagi layar televisi yang bergerak sangat cepat terlalu kompleks dan malah membuat gerak otot matanya tidak berkembang dengan baik.

2. Level Kedua (1-2 Tahun)

Anak pendiam? Hiperaktif? Enggan mencoba hal baru? Tidak tertarik dengan mainan atau permainan yang baru?  Anak usia 1-2 tahun mulai tertarik pada benda-benda di luar dirinya. Dia mulai suka mencopot , memasang, membuka, menutup, mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya saja saat ia melihat botol berisi air, dia mungkin akan mencoba membukanya dengan memukul-mukul, membanting, menggigit, dan seterusnya. Fungsi taktil, vestibular, dan proprioreseptif sebagai dasar kestabilan emosi berkembang pada level ini. Sangat penting untuk membiarkannya mencoba banyak hal sehingga pengalamannya semakin banyak. Bila anak banyak dibatasi, dua perilaku akan mungkin terbentuk saat ia tumbuh : Pendiam atau hiperaktif.

Mungkin dia akan tampak seperti pendiam, menarik diri, saat berhadapan dengan lingkungan yang baru. Perilaku ini muncul karena sedikitnya pengalaman membuat ia tak yakin dengan apa yang harus dilakukan. Iapun menarik diri, seolah-olah ia adalah anak yang pendiam. Sebaliknya, bisa juga ia menjadi hiperaktif karena haus akan pengalaman. Ia tak bisa menahan dirinya untuk beralih dari satu permainan ke permainan yang lain. Tubuh kita memang secara alamiah mencari kebutuhannya yang tak terpenuhi. Persepsi tubuh anak juga terbentuk di tahap ini. Berdasarkan pengalaman-pengalamannya, anak akan membentuk peta bagian tubuh di otak. “Data mentah”-nya adalah pengalaman sensasi dari kulit, otot, sendi, gravitasi, dan reseptor gerak. Pemetaan yang baik akan menentukan keberhasilan anak dalam melakukan motor planning, yang berguna dalam kemampuan beradaptasi dengan hal yang tidak dikenal dan belajar melakukannya secara otomatis. Apakah anak tampak tak tertarik saat dibelikan mainan baru? Enggan mencoba atau menunggu dulu dicontohkan oleh orangtuanya? Apakah anak selalu harus diberi petunjuk ketika memasuki lingkungan yang baru? Tidak berani berinisiatif?

3. Level Ketiga (2-5 tahun)

Level ini dijalani saat anak mulai berinteraksi dengan lingkungannya. Proses yang terjadi adalah masa perkembangan bicara dan bahasa, pembentukan persepsi visual, penguasaan tingkat persepsi yang lebih tinggi, merasakan benda melalui menyentuh, memegang, dan menggerakkannya, serta masa berkembangnya koordinasi mata-tangan. Hal penting yang harus diperhatikan dalam perkembangan bicara dan bahasa adalah, kemampuan bicara dan berbahasa tidak terjadi begitu saja. Sebelum mengerti kata, anak harus mampu memperhatikan orang yang berbicara. Sistem vestibular yang berkembang dengan baik di level sebelumnya membantu anak untuk memproses apa yang ia dengar dan lihat dengan tepat. Banyaknya pengalaman di level sebelumnya akan menjadi bank data dalam membentuk persepsi visual. Anak di usia ini sudah mengenali apa yang ia lihat, apa yang harus dia lakukan dengan objek yang ia lihat, dan apabila melihat benda yang baru, berdasarkan pengalamannya ia akan percaya diri akan apa yang bias dilakukan terhadapnya. Sebagai perkembangan selanjutnya, ia mulai menguasai tingkat persepsi yang lebih tinggi. Tak hanya melihat benda, ia juga melihat hubungannya terhadap benda lain dan latar. Contohnya : ia melihat bola, lapangan, dan gawang…ia pun berlari mengarahkan bola untuk dimasukkan ke gawang. Kali lain ia melihat bola yang sama, tapi tidak ada gawang, yang ada botol botol berjajar, ia tidak akan menendangnya tapi menggelindingkan bole ke arah botol. Untuk belajar, anak usia ini harus merasakan langsung. Misalnya, untuk mengenal berat sebuah benda, ia akan menyentuh, memegang, dan menggerakkannya. Semakin banyak informasi yang masuk melalui indera akan menambah bank data pengalaman di otaknya sehingga membuatnya semakin percaya diri saat bertemu dengan benda-benda yang baru. Apabila anak terlalu banyak berinteraksi dengan gadget berlayar (HP, tablet, laptop), kesempatannya untuk mendapat banyak informasi melalui indera akan sangat sedikit. Ia hanya menonton orang yang menari, tapi tidak merasakan tubuhnya yang bergerak, perubahan gerak udara, perubahan tekanan pada otot. Tidak ada data yang masuk ke otak, tidak ada yang diintegrasikan sehingga pengalaman mereka sangat sedikit. Keasyikan menonton juga mengurangi pengalaman sosialisasi dan berbahasa.

Level ini juga merupakan masa penting bagi koordinasi mata dan tangan. Di usia yang muda, tangan dan jari akan berusaha meraih atau mencoba melakukan hal yang dilihat oleh mata. Semakin berkembangnya koordinasi mata dan tangan akan membuatnya siap untuk kegiatan yang lebih kompleks seperti merakit dan menulis.

4. Level Keempat (5-7 tahun)

Level ini tercapai saat anak masuk SD. Ia akan lebih spesifik dalam menggunakan satu sisi tubuh, lebih jelas bagian tubuh sebelah mana yang dominan ia gunakan. Akhirnya, setelah proses sensori integrasi yang panjang dari pengalaman yang banyak, harga diri anak, kontrol diri dan kepercayaan diri akan terbentuk. Ia akan bersikap tenang dan siaga saat mengikuti pelajaran di sekolah. Insyaallah tak ada lagi cerita anak yang butuh waktu lama untuk menyelesaikan tugas karena mencari barang-barang seperti pensil dan penghapus, memberi alasan alih-alih menyelesaikan tugas, ataupun masalah-masalah seperti konsentrasi dan kekuatan saat menulis.

Bagaimanapun, anak usia 0-7 tahun kondisinya belumlah stabil, mereka butuh pengalaman sebanyak-banyaknya sehingga mereka puas bereksplorasi. Kelak saat waktunya mereka tenang dan siaga mereka telah siap, tak lagi menghindar atau mencari-cari . Merekapun akan mudah beradaptasi dengan aneka keadaan.

Daftar Pustaka:

NLP The Art of Enjoying Life, Teddi Prasetya Yuliawan, Jakarta: 2014

https://riezkaratna73.wordpress.com/2015/03/09/gangguan-belajar-sensory-integration-dan-dispraxia/, diakses 17 April 2017

4/17/17

Gaya belajar anak

🎗GAME LEVEL 4🎗

*📖 Gaya belajar anak 📖*

Setiap anak itu cerdas. Hanya saja kemampuan anak untuk mengerti hal yang berbeda tergantung pada gaya belajar anak. Bisa dominan hanya pada 1 gaya belajar saja, namun bisa juga gabungan dari beberapa gaya belajar dengan urutan belajar yang berbeda.

Dengan mengetahui gaya belajarnya anak akan  lebih mudah mempelajari sesuatu.

🔍Pengamatan mendalam terhadap keseharian anak bisa membantu orangtua mengenali gaya belajar anak
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

*Tantangan 10 hari level 4*

📝Bagi yang sudah mempunyai anak
1. Lakukan pengamatan terhadap anak pada saat kegiatan sehari-hari. Gunakan tabel untuk memudahkan pengamatan (tabel terlampir)
2. Tuliskan hasil pengamatan setiap harinya
3. Cermati gaya belajar anak berdasarkan hasil pengamatan

📝Bagi yang single dan belum punya anak lakukan pengamatan terhadap diri sendiri ataw orang terdekat

📝Bagi yang sudah berhasil menemukan gaya belajar anak dan diri sendiri bisa menuliskan hasil pengamatannya (dari mulai proses sampai berhasil menemukan gaya belajarnya)

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

MEMAHAMI GAYA BELAJAR ANAK, MENDAMPINGI DENGAN BENAR (Kelas Bunda Sayang Materi 4)

RESUME MATERI DAN DISKUSI
Senin, 17 April 2017

_Institut Ibu Profesional_
_Kelas Bunda Sayang  Materi #4_

*MEMAHAMI GAYA BELAJAR ANAK, MENDAMPINGI DENGAN BENAR*

Dulu kita adalah anak/murid yang selalu menerima apa saja yang diberikan orangtua/guru kita, apabila ada hal-hal yang belum kita pahami, lebih cenderung diam, tidak berani untuk menanyakan kembali. Karena paradigma yang muncul saat itu, banyak bertanya dianggap bodoh atau mengganggu proses pembelajaran.

Itu baru tingkat pemahaman, guru/orangtua kita sangat sedikit yang mau memahami bagaimana cara kita bisa belajar dengan baik, yang ada kita harus menerima gaya orangtua/guru kita mengajar.

Sehingga  anak yang gaya belajarnya tidak sesuai dengan gaya mengajar guru/orangtuanya, akan masuk kategori “siswa dengan tingkat pemahaman rendah” dan kadang mendapat label “bodoh”.

Jaman berubah, dan terus akan berubah. Sudah saatnya kita harus mengubah paradigma baru di dunia pendidikan. 

Dari sisi orangtua/pendidik:

*Apabila anak tidak bisa belajar dengan cara/gaya kita mengajar, maka kita harus belajar mengajar dengan cara mereka BISA belajar*

Dari sisi anak/siswa:

*Setiap anak/siswa PASTI BISA belajar dengan baik, setiap anak akan belajar dengan CARA yang BERBEDA*

Sudah saatnya kita belajar memahami gaya belajar anak-anak ( Learning Styles) dan memahami gaya mengajar kita sebagai pendidik ( Teaching Styles ) karena kedua hal tersebut di atas akan berpengaruh pada gaya bekerja kita dan anak-anak ( Working Styles ).

Karena kalau tidak, kita dan anak-anak akan masuk kategori masyarakat buta huruf abad 20, yang didefinisikan Alvin Toffler sbb :

*Mereka yang dikategorikan buta huruf di abad 20 bukanlah individu  yang tidak bisa membaca dan menulis, melainkan orang yang tidak mampu belajar, tidak mau belajar dan tidak kembali belajar*

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang gaya belajar ada baiknya kita memahami terlebih dahulu untuk apa anak-anak ini harus belajar. 

Ada 4 hal penting yang menjadi tujuan anak-anak belajar yaitu :

a.Meningkatkan Rasa Ingin Tahu anak ( Intellectual Curiosity)

b. Meningkatkan Daya Kreasi dan Imajinasinya ( Creative Imagination)

c. Mengasah seni / cara anak agar selalu bergairah untuk menemukan sesuatu ( Art of Discovery and Invention)

d.Meningkatkan akhlak mulia anak-anak ( Noble Attitude)

Fokuslah kepada 4 hal tersebut selama mendampingi anak-anak belajar. Buatlah pengamatan secara periodik, apakah rasa ingin tahunya naik bersama kita/selama di sekolah? Apakah kreasi dan imajinasinya berkembang dengan bagus selama bersama kita /selama di sekolah? Apakah anak-anak suka menemukan hal baru, dan keluar *Aha! Moment*( teriakan “Aha! Aku tahu sekarang” atau ekspresi lain yang menunjukkan kebinaran matanya) selama belajar?

Apakah dengan semakin banyaknya ilmu yang anak-anak dapatkan di rumah/di sekolah semakin meningkatkan akhlak mulianya?

 

Setelah memahami tujuan anak-anak belajar baru kita memasuki tahapan-tahapan memahami berbagai gaya belajar anak-anak.Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik.

Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. 

Modalitas belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak  melalui indra yang kita miliki. 

Tiga macam modalitas belajar anak:

☘Auditory  : modalitas ini mengakses segala macam bunyi, suara, musik, nada, irama, cerita, dialog, dan pemahaman materi pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan lagu, syair, dan hal-hal lain yang terkait.

☘ Visual : modalitas ini mengakses citra visual, warna, gambar, catatan, tabel diagram, grafik, serta peta pikiran, dan hal-hal lain yang terkait.

☘ Kinestetik: modalitas ini mengakses segala jenis gerak, aktifitas tubuh, emosi, koordinasi, dan hal-hal lain yang terkait.
             

Mari kita pahami gaya belajar tersebut secara detil, kita pahami ciri-cirinya dan bagaimana strategi kita untuk mendampingi anak-anak dengan gaya belajarnya masing-masing.
 

📌GAYA BELAJAR VISUAL ( Belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi anak yang bergaya belajar visual, mata / penglihatan (visual) memegang peranan penting dalam belajar, dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan ibu/guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.

Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya/ibunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. 

📌 Ciri-ciri gaya belajar visual :

🌷Bicara agak cepat

🌷Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

🌷Tidak mudah terganggu oleh keributan

🌷Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

🌷Lebih suka membaca dari pada dibacakan

🌷Pembaca cepat dan tekun

🌷Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

🌷Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

🌷Lebih suka musik

🌷Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

📝Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

📝Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.

📝Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

📝Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

📝Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

📌GAYA BELAJAR AUDITORI (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara. Anak yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka ibu/ guru sebaiknya harus memperhatikan siswa/anaknya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru/ibu katakan.

Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori dibandngkan dengan mendengarkannya.

Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

            
📌Ciri-ciri gaya belajar auditori :

🌷Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri

🌷Penampilan rapi

🌷Mudah terganggu oleh keributan

🌷Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

🌷Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

🌷Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

🌷Biasanya ia pembicara yang fasih

🌷Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

🌷Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

🌷Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual

🌷Berbicara dalam irama yang terpola

🌷Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

📌 Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

📝Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.

📝Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

📝Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

📝Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

📝Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

📌  GAYA BELAJAR KINESTETIK (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Anak  yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan

📌  Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :

🌷Berbicara perlahan

🌷Penampilan rapi

🌷Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

🌷Belajar melalui memanipulasi dan praktek

🌷Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

🌷 Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

🌷Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

🌷Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

🌷Menyukai permainan yang menyibukkan

🌷Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

🌷Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

📝Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

📝Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

📝Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

📝Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.

📝 Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik

Ketika belajar memahami anak-anak, sejatinya kita sedang belajar memahami diri kita sendiri. Apabila bunda semuanya bisa melihat gaya belajar anak-anak karena sering mengamati perkembangan mereka, maka kitapun akan dengan mudah mengamati gaya belajar kita, gaya mengajar kita dan gaya bekerja kita.

Hal ini akan lebih membuat kita bahagia menjalankan proses belajar. Dijamin proses belajar juga tidak akan pernah berhenti dari buaian sampai ke liang lahat.

 

Anak-anak sangat menyukai bermain, karena energi yang dimunculkan ketika bermain tidak akan pernah habis. Apabila kita bisa memaknai belajar dan bekerja selayaknya anak-anak bermain, sudah dapat dibayangkan betapa asyiknya belajar dan bekerja dalam kehidupan ini. Karena setiap saat anak-anak akan menemukan energi yang terbarukan dalam proses belajarnya dan kita akan mendapatkan energi yang terbarukan dalam proses bekerja.

*Don’t Teach me , I Love to Learn*

 Salam Ibu Profesional,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

📚Sumber Bacaan:

_Gordon Dryden and JeanetteVos, The Learning Revolution, ISBN-13: 978-1929284009_

_Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Kaifa, 2014_

_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Memahami Gaya Belajar Anak, GazaMedia, 2016_

DISKUSI MATERI 4

🌸Catatan Teh Ai 🌸

Sebelum menjawab pertanyaan yang masuk, saya ingin menyampaikan 1 hal yang penting untuk disadari oleh teman2 disini.

Dalam pendidikan anak2 di rumah (home education) peran kita orang tua adalah sebagai fasilitator (pemandu). Tugas kita adalah memberikan stimulus (rangsangan) agar anak tertarik untuk mempelajari sesuatu (memunculkan fitrah belajarnya).

Kita boleh mengajarinya saat anak kita meminta (saat anak sudah merasa butuh untuk belajar).

Karena penyakit orang tua saat ini adalah ingin menjejali anak kita dengan berbagai ilmu yang kita ingin anak kita menguasainya secepatnya, apalagi bila anak tetangga (anak teman) sudah hebat, bisa membaca/menulis/berhitung/hafal qur'an/doa/hadits dan sebagainya. Banyak orang tua yang menitipkan mimpinya pada anaknya, bukan merangsang anak agar mempunyai mimpinya sendiri. (Maaf, mengingatkan diri sendiri)

Terapkan saja 4 learning model yang telah dan sering disampaikan oleh bu Septi, yg biasa disingkat I CAN :
1. Intelectual curriosity
2. Creative immagination
3. Art of discovery and invention
4. Nobel attitude

Pertanyaan:
1⃣Bunda Ika Puspitaningtyas

Setelah sy baca materi ke empat ini dan sy amati gaya belajar pada kedua anak sy, rasanya tidak ada yg dominan di salah satu gaya belajar. Mereka berdua sama2 cenderung auditori dan visual. Yg ingin saya tanyakan apakah harus ada satu gaya belajar yg dominan? Kalau ternyata perpaduan antara dua gaya belajar bagaimana cara utk mengoptimalkannya?

Jawaban:

1⃣ Bunda Ika Puspitaningtyas

Setiap orang punya gaya belajar masing2.. bisa dominan satu gaya belajar atau bahkan memiliki ketiganya..
Terus saja diasah dengan memberikan stimulus kegiatan2 yg menarik sesuai usianya.
Dengan menggunakan cara2 I CAN seperti yg teh Ai jelaskan diatas juga sering dibicarakan oleh bu Septi.
Atau boleh juga ditambahkan dengan pertanyaan2 dengan menggunakan kalimat tanya
Bagaimana? Mengapa? Mengapa Tidak? (Bisa mulai diterapkan untuk anak usia diatas 9 th)
Pertanyaan2 itu bisa dijadikan acuan agar anak lebih kreatif dalam berpikir.

Pertanyaan:
2⃣Bunda Mila

A. Di artikel yg tadi diposting utk anak kinestetik bisa dgn bbrp strategi belajar misalnya dg bnyk bergerak, tidak terlalu lama belajar, dan bisa mengunyah permen karet.
Nah yg aku bingung, pernah denger ustadz ceramah ttg adab belajar dlm Islam, jadi anak kinestetik pun hrs bisa dilatih utk duduk menyimak guru, tidak boleh sambil berjalan, apalagi makan.
Jadi gimana yg bener ya

B. Kebetulan anak saya tipe kinestetik dan ada sensory disorder pula (ada sedikit gangguan pada taktil, vestibular, proprioseptif) . Bagaimana cara mengajarkan anak yg memiliki sensory disorder?

Jawab:
2⃣ bunda Mila

A. Seorang ustadz yg ceramah tentang adab belajar dalam Islam itu menyampaikan secara global tidak spesifik, dan audience yang menyimak pun rata2 sudah mencapai aqil baligh. Kalau untuk umat muslim yg menuntut ilmu iya, memang ada adabnya dan kurang lebih seperti itu. Bahkan ketika guru memberikan punishment kepadanya pun, sang penuntut ilmu harus berprasangka baik bahwa itu semata-mata untuk kebaikan dan melatih disiplin.

Tapi jika dikaitkan dengan gaya belajar yang sudah spesifik misal gaya kines, maka cara yang disampaikan dalam materi 4 ini bisa dicoba. Anak yg memiliki gaya belajar kines itu belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Silahkan diberikan stimulus yg sesuai dengan hal itu. Dan jangan dipaksakan terlalu lama belajar. Biasanya dia akan bosan.

B. Untuk hal ini mohon maaf saya kurang memahaminya.
Mungkin bisa perbanyak informasi dari seorang psikolog.

Dan cari kelebihan anak, lalu kembangkan agar jadi kemampuan yang bisa ia banggakan, dan menjadi bekal di masa depan.

Tambahan dari Bunda Ardaniya:
Apakah ananda sudah pernah di asesmen, Mba? Kalau sensory disorder, cenderung akan timbul masalah lebih ke emosinya. Kalau kognitif, tergantung sejauh mana sensory disordernya. (Boleh bantu jawab ya Teh Ai dan Mba Zy)

Tanggapan dari Bunda Mila:
Iya mbak Ika, anakku sudah diassess sama dokter anak, psikolog serta terapis, sensory integration disorder/sensory processing disorder.
Bener banget mba Ika, anakku jd bermasalah di emosinya.

Pertanyaaan:
3⃣ Bunda Wiwit

Masyaa Allah..materi ke-4 ini semakin mengerucut teknis. Setelah materi komunikasi produktif,kemandirian, dan kecerdasan skrg lebih teknis menuju memahami gaya belajar anak..sukaaa sekali dg susunan materi yg sgt sistematis ini. Terima kasih Bu Septi & tim fasil.

A.  Mengenai 3 tipe gaya belajar anak, mhn saran apakah setiap anak sebaiknya khusus difokuskan dg 1 gaya belajar saja atau tidak apa bila ternyata anak trsbut mempunyai lebih dr 1 gaya belajar?
Anak saya (5,5 thn) stelah saya melakukan pengamatan: dia kombinasi antara Visual dan Auditory.
Jg didukung dg tes potensi bakat jg menunjukan hal yg sama :50% visual & 50% auditory.
Mhn saran dr tim fasil

B. Dr materi saya memahami pentingnya Learning Style, Teaching Style hingga nantinya mempengaruhi Working Style kita.

Mhn penjelasan dr tim fasil,
Mana yg paling mempengaruhi lebih dahulu.
Ketika kita mengajarkan dg gaya kita (teaching style), anak jg terpengaruh dan mengikuti gaya kita cara belajarnya (learning style).

Atau memang sdh alamiah saja terjadi ya?.

Saya amati saya dan anak saya krg lebih sama dlm modalitas belajarnya.

Jawab:
3⃣ Bunda Wiwit

Bunda Wiwit, menjawab pertanyaan yang ke dua ya, karena pertanyaan pertama mirip dengan pertanyaan sebelumnya.

Menurut saya, memahami gaya belajar anak tentunya lebih penting.
Dan sesuai pengalaman saya, dengan memahami ciri2 gaya belajar dan strateginya, secara tidak langsung kita akan berkaca pada diri, bagaimana cara kita belajar dulu saat masih sekolah dan siapa guru yang kita sukai dan bagaimana cara beliau mengajar. Dari memori tersebut, kita juga bisa memahami kenapa kita dulu suka akan pelajaran yg satu dan tidak suka dengan pelajaran yang lain, faktor apa yg mempengaruhinya.

Saya ulangi, bahwa yang paling penting tugas kita sebagai orang tua adalah memberikan stimulus agar sadar akan pentingnya belajar (menumbuhkan fitrah belajarnya). Karena kalau anak sudah ingin tahu, dia tidak akan menyerah sampai bisa mengetahui dan memahaminya.
InsyaAllah...
Alhamdulillah, patut disyukuri jika modalitas anak dan mbak wiwit cenderung sama, berarti akan lebih mudah dalam menerapkan methode belajarnya.

Tanggapan 1 dari Bunda Mila:
Maaf mau tanya,jadi teh Ai sebaiknya teaching style kita mengikuti gaya belajar anak?

Jawaban dari Teh Ai:
Tentu, mbak mila... karena yang belajar kan anak kita. Walaupun akan sangat menantang dalam hal ini. Itulah perlunya kita belajar sepanjang hayat.

Tambahan dari Mba Zy:
Menurut saya juga begitu.
Karena jika dipaksakan sesuai dengan gaya mengajar kita.. maka anak akan merasa terpaksa

Tanggapan 2 dari Bunda Nikha:
Anak pertama saya (7th) tipe belajarnya visual, anak kedua (5,5th) auditori. Saat mereka minta belajar bersamaan pd saya, yang terjadi dua2nya kayak stres sendiri. Saling merasa terganggu. Sedangkan saat diajak untuk bergiliran, malah jadi nangis sendiri2. Masing2 merasa dirinya yang duluan minta belajar. Ada saran untuk saya?

Jawaban dari Teh Ai:
Mungkin bisa diajak bekerja sama, sang kakak yang visual membacakan dengan suara keras untuk sang adik yang auditory.

Tanggapan 3 dari Bunda Nurul Narulitasari:
Ada tipskah untuk anak kinestetik agar bisa belajar optimal bersama teman2nya dan guru di sekolah. Kalau di rumah kita bisa mengikuti gayanya. Bagaiman jika di bersama orang lain?

Jawaban dari Teh Ai:
Memang dalam berbagai kasus, anak yg kinestetik cenderung mengalami kesulitan untuk belajar dikelas bersama dengan teman2 yang lain.

Bisa disiasati dengan meminta izin pd guru dan teman2nya, agar bisa mengunyah permen karet saat belajar.

Ata solusi yang terbaik, adalah mempersilahkan mereka belajar di sekolah alam. Atau di rumah.

Tambahan Jawaban dari Mba Zy:

Mungkin yg pertama yg perlu ditanamkan pada anak kinestetik jika sedang berada di sekolah atau belajar ditempat yg umum adalah caranya berkomunikasi.
Latih agar anak kines bisa menyampaikan apa yg menjadi keinginannya dalam belajar. Sehingga guru atau temannya paham bahwa hal apa yang membuatnya nyaman saat belajar..
Sehingga teman atau gurunya berusaha menerima hal itu..

4⃣ Bunda Laela
Ke dua anak saya mempunyai gaya belajar gabungan ( tidak spesifik pada satu saja)

A.
Aida 7 th di masa kecilnya gaya belajar auditory nya sangat menonjol, di umur 5 tahun sudah hafal juz 30 hanya dengan mendengar murattal yg diulang ulang dan talqin dr saya, diusia 6 tahun saat menghagal juz 29 dengan metode yang sama di usia balita nya tidak mempan, dan proses nya sangat lamban, ketika dia sudah bisa membaca alqur'an proses menghafalnya kembali cepat sehingga dia dapat menyelesaikan hafalan juz 29 nya 70% dengan cara membaca alqur'an, setelah bisa membaca alquran dgn lancar.
Begitu juga dengan membaca, dia lebih suka diam dan membaca cepat di tempat sepi, tapi dia juga suka berpura2 pidato, atau sebagai penyiar berita atau orasi di depan kami.

Bagaimana menyikapiya untuk anak yang tipe belajar kombinasi auditory dan visual seperti dia?

B.
Alya umur 4 th, tidak pernah betah duduk lebih dari 20 menit, diajarkan hafalan dan doa dengan di tlqin pun tidak bisa hafal hafal selalu igin bergerak, disisi lain dia anak yang tenang tidak mudah terganggu ketika sedang bermain yang disukai, dia suka melihat lambang lambang dan hafalan nya maju pesat ketika saya coba mengajari dengan duduk berhadap hadapan dan meminta dia melihat gerakan mulut saya dan mengikutinya.

Apakah benar gaya belajar alya kombinaasi visual dan kinestetik? Karena saya sampai saat ini belum yakin dan bagaimana cara menyiasati nya utk metode ajarnya

4⃣ Jawab :
Bunda Laela, syukur alhamdulillah, anak2nya sudah mau menjadi penghapal al-qur'an sejak dini. Itu adalah anugrah yang sangat luar biasa.

A. Anak balita/tepatnya todler, pada umumnya memiliki gaya belajar auditori dan kinestetik. Jadi wajar, saat sebelum usia 5 tahun bisa distimulus dengan sering2 memperdengarkan rekaman murotal secara berulang, akan banyak terserap oleh anak.
Setelah usia 5 tahun, baru akan terlihat ciri khas gaya belajarnya, mana yang akan lebih menonjol.

Untuk strategi belajarnya, silahkan baca kembali materi, disana sudah dipaparkan.

B. Subhanallah untuk anak usia 4 tahun bisa bertahan sampai 20 menit, karena pada umumnya konsentrasi anak itu adalah 1 menit × usianya. Jadi rentang konsentrasi anak usia 4 th rata2 adala 1 menit × 4 = 4 menit.

Jadi perlu diselingi dengan ice breaking, agar anak bisa duduk lagi.

4 menit belajar, 4 menit permainan, atau bermain sambil belajar.

Saran saya, terus lakukan pengamatan, karena usia 4 th belum bisa dipastikan gaya belajarnya secara pasti. ✅

4/12/17

Aliran Rasa Level 3 Kelas Bunda Sayang My Family My Team

Bismillahirrahmanirrahim,

Izinkan saya membuka tulisan ini dengan mengutip riwayat oleh Ahmad dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata :

Aku menjadi pembantu Nabi Shallallahu' alayhi wa sallam selama sepuluh tahun. Tidaklah beliau memberiku perintah, lalu aku lama mengerjakannya, atau tidak aku kerjakan sama sekali, melainkan beliau tidak mencelaku. Apabila ada salah satu anggota keluarga beliau yang mencelaku beliau bersabda, "Biarkanlah dia. Kalau dia mampu, pasti dilakukannya."

Inilah suri tauladan yang dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad Shallallahu' alayhi wa sallam yang tidak banyak mencela perilaku anak-anak. Sementara saya sambil beristighfar karena kurangnya ilmu dan dangkalnya kesabaran, masih terlalu sering melihat kekurangan anak-anak, mengeluhkan hal-hal remeh, dan berandai-andai panjang atas hal yang tidak perlu.

Ketika diberikan tugas tentang Proyek Keluarga di kelas Bunda Sayang IIP, terbayang lah semua kerumitan di depan mata. Bagaimana merancang beberapa proyek keluarga, satu saja rasanya terlalu berat dilakukan dengan dua anak balita ini, apalagi proyek keluarga yang minimal dijalankan dalam waktu 10 hari. Apakah mungkin keluarga kecil saya bisa menjadi tim yang solid, belum lagi dengan kerjaan rumah, kelas Online dan offline lainnya, ah rasanya banyak challenge yang sudah menghadang bahkan sebelum saya melangkah. Namun, yang membesarkan hati saya saat membaca detail penjelasan tentang tugas saat itu, adalah proyek keluarga itu bukanlah sesuatu yang kompleks, bisa dimulai dengan hal-hal yang sederhana, namun dilakukan dalam koridor dua hal yaitu aktivitas dan organisasi plus manajemen. Sehingga lahirlah sebuah proyek keluarga.

Dalam perjalanannya, justru sayalah sebenarnya yang belajar kembali tentang Manajemen Proyek yang dulu kerap saya kerjakan di kantor. Rasanya jauh berbeda, kalau dulu dengan Excel, kali ini dengan time table sederhana, target-target kecil yang tampak di depan mata, dan ternyata semua perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menjadi begitu kaya dengan warna dan pernak-perniknya. Ada masa serunya, kadang penuh tangis, sehingga proyek keluarga menjadi tak berjalan sesuai dengan rencana. Namun, disitulah kesabaran berbuah. Pengharapan diuji atas diri saya, apakah bisa menahan bibir dari rangkaian perkataan dan sikap yang tidak baik ketika kecewa dengan proses yang sedang berjalan.

Proyek keluarga pertama yang kami lakukan justru tidak berjalan mulus sesuai dengan rencana. Namun saat itu tetap saya amati, tulis dan apresiasi meski rasanya ingin mengambil alih kemudian agar proyek berjalan on track. Saat itulah biasanya saya bertanya jujur pada diri sendiri, sebenarnya apa tujuan proyek keluarga ini kami lakukan. Apakah untuk selesai sempurna saja, karena jika itu tujuannya maka saya takut akan berhasil sebagai kolektor badge saja.
Saat tidak berharap terlalu banyak pada anak-anak saya, justru itulah turning point nya, terlihat bagaimana seorang anak dengan upayanya sendiri memiliki ownership yang begitu kuat untuk memastikan Jelly yang sudah dibuat dengan porsinya, sampai dan dimakan untuk Om nya. Deliverables nya malah lebih jauh dari yang sekedar saya harapkan yaitu membuat nuitrijel. Ini anak malah memikirkan bagaimana agar Jelly itu bisa dinikmati oleh targetnya. Menakjubkan bukan!

Sehingga saya seringkali meminta maaf kepada anak-anak, atas ketidaksabaran dalam menahan diri untuk tidak menjadi komentator yang bisa memadamkan nyala api semangat seorang anak yang ingin belajar banyak hal di dunia ini, semata karena menganggap bahwa si anak masih terlalu dini dan butuh bantuan. Akhirnya sekarang, saya berusaha kuat-kuat, menggigit bibir sendiri agar bisa menahan diri untuk tidak selalu terjun memberikan bantuan karena dengan demikian anak akan belajar lebih banyak lagi.

Semoga kami sebagai kedua orang tua, dapat mengemban amanah yang tidak boleh dilalaikan, agar menjadi sosok - sosok climbers yang memiliki daya juang dan tangguh dalam menghadapi semua tantangan di masa mendatang.

"Family Project", "Bunda Sayang", "IIP", "KuliahBunsayIIP", "My Family My Team", Game Level3

4/9/17

FAMILY PROJECT

_Review  Game Level  #3  Tantangan 10 Hari_
*Bagian 1*

*FAMILY PROJECT*

Selamat buat teman-teman yang sudah berhasil melampaui tantangan 10 hari di game level 3 ini tentang Family Project. Mulai dari bingung memahami apa itu family project, sampai akhirnya ada yang banyak ketagihan untuk memaknai setiap aktivitas menjadi  sebuah projek yang menyenangkan.

Family Project  adalah aktivitas  yang secara sadar dibicarakan bersama, dikerjakan bersama   oleh seluruh atau sebagian anggota keluarga dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama pula.

Jangan terlalu berat memikirkan sebuah family project, mulailah dari aktivitas-aktivitas sehari-hari yang biasa kita kerjakan di rumah, kemudian tambahkan manajemen dan organisasinya, jadilah sebuah family project.

Sehingga rumusnya adalah sebagai berikut

*ACTIVITY + MANAGEMENT AND ORGANIZATION = PROJECT*

*MANFAAT FAMILY PROJECT*
 

☘Family Project merupakan salah satu sarana pendidikan bagi seluruh anggota keluarga. Saat ini semakin sedikit keluarga yang menerapkan konsep pendidikan di dalam rumahnya, banyak diantara mereka menjadikan rumah sebagai sarana berkumpulnya anggota keluarga saja tanpa adanya aktivitas pendidikan. Sehingga makna berkumpulnya menjadi hambar, sekedar kumpul dan  kadang berlalu begitu saja tanpa arti.

 

☘Family Project juga menjadi salah satu sarana untuk membangun “bonding” di dalam keluarga. Tercipta ikatan batin antar anggota keluarga, sehingga hubungan menjadi semakin indah dan harmonis.

 

☘Family Project bisa juga digunakan sebagai sarana “Check Temperature" keluarga kita. Apakah hubungan antar anggota keluarga dalam kondisi adem ayrm berada di suhu normal atau sedang ada gesekan-gesekan yang selama ini tidak terlihat,  sehingga ada tantangan kecil saja selama menjalankan family project, suhu sudah memanas.

 

☘Family Project sarana menguatkan core values keluarga. Core Values tidak bisa hanya dituliskan besar-besar di kertas dan di tempel di dinding rumah. Core Values harus diujikan untuk mendapatkan sebuah keyakinan bahwa hal tersebut layak diperjuangkan. Ujian itu lewat family project.

 

☘Family Project apabila dijalankan denga sungguh-sungguh maka akan menjadi pijakan kita dan keluarga ke surga Apabila keluarga kita memang sedang berjalan menuju surga, maka tidak perlu menunggu sampai di akherat untuk merasakannya, kita bisa merasakannya sekarang saat di dunia bersama keluarga kita.

 

*BAGAIMANA CARA MEMBESARKAN FAMILY PROJECT ANDA?*

Diperlukan 2 hal penting untuk membesarkan Family Project yaitu KONSISTENSI dan KOMUNIKASI

 

*KONSISTENSI*

Konsistensi itu sangat bergantung pada hal-hal berikut ini:

a. Apakah family project ini membahagiakan seluruh anggota keluarga? ( Fun)

b. Apakah family project sejalan dengan values yang sedang diperjuangkan di dalam keluarga kita? ( values)

c. Seberapa unik family project anda dibandingkan family project yang lain? ( uniqueness)

d. Apa alasan kuat dari salah satu, sebagian atau seluruh anggota keluarga untuk menjalankan family project ini? ( Reason)

 
*KOMUNIKASI*

Komunikasi menjadi hal yang utama dalam rangka memperbesar family project kita, karena akan sangat bermanfaat untuk memantau dan membesarkan perjalanan family project dan membangun portofolio keluarga dalam menjalankan family project. Ada komunikasi internal dan ada komunikasi eksternal. Di dalam kedua komunikasi tersebut diperlukan dua hal yaitu MEDIA dan KONTEN

 
_Komunikasi Internal_

*MEDIA KOMUNIKASI*

*FAMILY FORUM*

Family forum adalah forum-forum ngobrol keluarga yang dibangun untuk mengetahui hobi anak-anak, aktivitas harian mereka, tren pengetahuan dan berita yang ada saat ini, kebutuhan seluruh anggota keluarga dan masalah atau tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi oleh seluruh anggota keluarga.

Family forum ini bentuknya bisa beragam mulai dari ngeteh bersama ( tea time), ngopi bersama ( coffee break), ngegame bersama ( play on), ngemil bersama ( snack time) dll.

*KONTEN KOMUNIKASI*

Kami perlu menekankan sekali lagi tentang konten komunikasi. Satu hal yang sangat perlu kita ingat adalah kalimat ini:

*LAKUKAN APRESIASI, BUKAN EVALUASI*

Anak-anak belum memerlukan evaluasi, yang kita lakukan hanya memberikan apresiasi saja, karena hal ini penting untuk menjaga suasana selalu menyenangkan dan  membuat anak senantiasa bersemangat dalam mengerjakan projek selanjutnya.

Apabila ada hal-hal yang kita rasa penting untuk diperbaiki atau diubah strateginya, maka cukup anda catat saja, simpan dengan baik bersama satu file catatan projek ini, dan buka kembali saat kita dan anak-anak akan merencanakan projek berikutnya. Hal ini akan lebih membuat perencanaan kita lebih efektif, karena anak-anak akan melakukan perubahan menjelang  melakukan projek, bukan diberitahu kesalahan setelah melakukan sebuah projek. Efek yang muncul akan sangat berbeda.

 

*BAGAIMANA CARA MENGAPRESIASI*

 
Perbanyaklah membuat forum keluarga saat sore ngeteh bersama, atau sepekan sekali saat akhir pekan. Di Ibu Profesional, forum keluarga seperti ini terkenal dengan nama

*MASTER MIND*

Bagaimana cara menjalankan master mind, ciptakan suasana yang santai di rumah, kemudian tanyakan 3 hal saja:

a. Ada yang punya pengalaman menarik selama menjalankan projek ini?

b. Apa yang sudah baik?

c. Minggu depan hal baik apa yang akan kita lakukan?

Perbanyaklah apresiasi di forum-forum keluarga ini sehingga memunculkan inovasi-inovasi kecil yang dilakukan secara istiqomah di setiap kesempatan.

_Komunikasi Eksternal_

Family Project yang kita lakukan di dalam keluarga sebaiknya kita share kan ke dunia luar bisa via presentasi di depan para ahli yang memang kompeten di bidangnya. Di komunitas-komunitas keluarga yang selalu peduli terhadap perkembangan anak, maupun di media sosial yang kita miliki.

Proses berbagi mimpi dan inspirasi ini sangat bermanfaat untuk membesarkan family project kita dan proses bertemunya anak-anak dengan para sang maestro di bidangnya.

*AMATI ,TERLIBAT, TULIS*

Tantangan 10 hari yang sudah teman-teman lakukan ini sebenarnya membuat kita agar mau mendokumentasikan setiap aktivitas anak-anak, sehingga kita sebagai orangtua bisa mengamati perkembangan anak-anak dengan valid berdasarkan data dan tulisan kita.

 
Kita tidak akan pernah membandingkan anak-anak kita dan keluarga kita, dengan anak-anak orang lain dan keluarga orang lain. Karena diri kita sudah terlalu sibuk untuk mengamati diri sendiri, sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk mengamati rumput tetangga.

Salam Ibu Profesional,

 
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

Sumber Bacaan:

https://padepokanmargosari.com/2017/04/02/catatan-perak-2017-1-family-project/

4/7/17

Tips Mengikuti Pembelajaran di Kelas Institut Ibu Profesional

📝 *Tips Mengikuti Pembelajaran di Kelas Institut Ibu Profesional* 📝

1⃣ Minta keridhoan suami dan anak-anak

2⃣Tetapkan *jam anda pegang gadget ( gadget hour)* sampaikan ke anak dan suami secara tertulis, patuhi.

3⃣ Tetapkan *gadget free area dan gadget free activity* misal, di ruang tidur, meja makan, saat mau tidur dan saat makan, letakkan HP jauh dari jangkauan kita dan patuhi.

4⃣ Menjelang tidur, tutup hari dengan menuliskan rencana esok hari, kapan melakukan rutinitas, kapan menjalankan aktivitas bersama keluarga dan dimaknai dengan menjalankan project bersama, kapan waktu peningkatan kualitas diri ( misal jadi fasilitator kelas, diskusi kelas dll).

5⃣ Segera tulis draft aktivitas hari ini, bisa di note, bisa di kertas apa adanya, bisa direkam, bisa difoto dll.

lakukan hal ini maksimum 15-30 menit saja.

6⃣ Segera kirimkan ke link tantangan dulu, baru sempurnakan saat kita punya waktu luang.

7⃣ Kembalilah bermain bersama anak dan suami, tanpa harus bolak balik intap intip HP.

Kuncinya FOKUS, fokus bermain, fokus Menulis

Selamaaat meningkatkan kualitas diri kita menjadi manager keluarga handal

POTENSI KECERDASAN MANUSIA DALAM MERAIH KESUKSESAN HIDUP (bagian 2-habis)

Cemilan Rabu Materi #3
05 April 2017

POTENSI KECERDASAN MANUSIA DALAM MERAIH KESUKSESAN HIDUP (bagian 2-habis) 🏵

Ketika diskusi terkait kecerdasan, biasanya yang sering disebut adalah kecerdasan intelektual (IQ), dan emosional (EI). Apakah berbekal IQ dan EI saja anak mampu meraih sukses? Jawaban atas pertanyaan ini sungguh bersifat relatif, bergantung apa dan bagaimana ukuran serta definisi sukses. Jika kesuksesan seorang anak manusia dimaknai sebagai kemampuan menciptakan sesuatu yang berguna bagi umat manusia, maka berbekal IQ dan EI saja tidaklah cukup.

📌Tahun 2000, Psikolog *Danah Zohar* dan suaminya *Ian Marshall* memunculkan kecerdasan “baru” yaitu *kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient/SQ)*. Apa itu Kecerdasan Spiritual? Melalui bukunya berjudul _SQ: Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence_, yang diterbitkan di London Januari 2000, dan sudah diterjemahkan (dan diterbitkan) dengan judul _SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan_, oleh Mizan (2001), Danah Zohar dan Ian Marshall mendefiniskan *kecerdasan spiritual (SI)* adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna (value), yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SI adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EI secara efektif. Bahkan SI merupakan kecerdasan tertinggi.

Menurut Khavari, ada beberapa  *aspek  yang menjadi dasar kecerdasan spiritual*, yaitu:
1. Sudut pandang spiritual-keagamaan, artinya semakin  harmonis relasi spiritual-keagamaan kita kehadirat Tuhan,  semakin tinggi pula tingkat dan kualitas kecerdasan spiritual kita.

2. Sudut pandang relasi sosial-keagamaan, artinya kecerdasan  spiritual harus direfleksikan  pada  sikap-sikap sosial yang  menekankan  segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial.

3. Sudut pandang etika sosial.  Semakin beradab etika sosial  manusia semakin berkualitas kecerdasan spiritualnya.

Zohar mengidentifikasikan *sepuluh kriteria mengukur kecerdasan spiritual* seseorang, yaitu:
1. Kesadaran diri
2. Spontanitas, termotivasi secara internal
3. Melihat kehidupan dari visi dan berdaar nilai-nilai fundamental
4. Holistik, melihat sistem dan universalitas
5. Kasih sayang (rasa berkomunitas, rasa mengikuti aliran kehidupan)
6. Menghargai keragaman
7. Mandiri, teguh melawan mayoritas
8. Mempertanyakan secara mendasar
9. Menata kembali dalam gambaran besar
10. Teguh dalam kesulitan

*Ciri-ciri dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang* dalam diri seseorang adalah sebagai berikut  (Zohar, 2001):
1) Kemampuan bersifat fleksibel
2) Tingkat kesadaran diri tinggi
3) Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4) Kemampuan menghadapi dan melampaui rasa sakit
5) Kualitas hidup diilhami visi dan nilai-nilai
6) Enggan menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan berbagai hal
8)Punya kecenderungan bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika" untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
9) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan hal yang umum.

Kecerdasan spiritual bersumber dari fitrah manusia itu sendiri. Kecerdasan ini merupakan aktualisasi fitrah manusia itu sendiri. Ia memancar dari kedalaman diri manusia, karena dorongan keingintahuan yang dilandasi kesucian , ketulusan, dan tanpa pretensi egoisme. Kecerdasan ini akan aktual jika manusia hidup berdasarkan visi dasar dan misi utamnya sebagai hamba Allah sekaligus khalifatullah di bumi.

Dari sini, bisa dipahami mengapa ulama-ulama besar zaman dahulu dengan teknologi yang masih sangat terbatas mampu melahirkan karya-karya yang tak lapuk besar yang tak lapuk dimakan zaman. Sebut saja Jabir Ibn Hayyan yang dikenal sebagai Bapak kimia. Ibn Sina yang karya fenomenalnya al-Qanun fi al-Tibbi menjadi rujukan utma ilmu kedokteran di Eropa selama berabad-abad.
Karya yang dihasilkan dari pancaran kecerdasan spiritual merupakan luapan pendaran cahaya dan karunia Ilahi dalam inti eksistensi diri manusia. Faktor-faktor eksternal hanyalah pendukung dari proses aktualisasi kecerdasan yang ada.

Namun pada zaman sekarang ini terjadi krisis spiritual karena kebutuhan makna tidak terpenuhi sehingga hidup manusia terasa dangkal dan hampa. Menurut Lisa Kumalanty, ada *tiga sebab yang membuat seseorang dapat terhambat secara spiritual*, yaitu (1) tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama sekali,
(2) telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak proporsional, dan (3)bertentangannya/buruknya hubungan antara bagian-bagian.

Untuk mengatasi krisis spiritual menurut Danah dan Ian dengan memberikan *“Enam Jalan Menuju Kecerdasan Spiritual yang Lebih Tinggi” dan “Tujuh Langkah Praktis Mendapatkan SQ Lebih Baik”.*
Enam jalan tersebut yaitu
1) jalan tugas,
2) jalan pengasuhan,
3) jalan pengetahuan,
4) jalan perubahan pribadi,
5) jalan persaudaraan, dan
6)  jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian.

Sedangkan Tujuh Langkah Menuju Kecerdasan Spiritual Lebih Tinggi adalah
(1) menyadari di mana saya sekarang,
(2) merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah,
(3) merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling dalam,
(4) menemukan dan mengatasi rintangan,
(5) menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju,
(6) menetapkan hati saya pada sebuah jalan,
(7) tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.

*Kiat-kiat mengembangkan SI anak*
(1) Jadilah kita fasilitator dan teladan yang baik,
(2) bantulah anak merumuskan misi hidupnya,
(3) baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita,
(4) diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah,
(5) libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan,
(6) bacakan kisah perjuangan tokoh spiritual
(7) bawa anak untuk menikmati keindahan alam,
(8) ajak anak berinteraksi dengan orang yang memiliki keterbatasan, dan
(9) ikutsertakan anak dalam kegiatan sosial.

Mereka yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi akan mampu memaknai setiap peristiwa dan masalah yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Dengan memberi makna yang positif, mereka akan mampu membangkitkan jiwanya untuk bersikap dan bertindak secara positif pula. Dan kecerdasan ini juga memungkinkan manusia untuk berpikir secara kreatif, berwawasan jauh kedepan, intuitif, tambah cerdas dan semakin berkesadaran.
Oleh karenanya, bagi mereka yang telah menggunakan kecerdasan spiritualnya, mereka akan menjadi pribadi yang kreatif, intuitif, bisa menerima segalanya secara apa adanya, dan hidupnya akan berbahagia.

📚Sumber bacaan

2005, Ach Saifullah dan Nine Adien Maulana, Melejitkan Potensi Kecerdasan Anak, Yogyakarta: Katahati

https://www.google.co.id/amp/s/masthoni.wordpress.com/2012/01/25/kecerdasan-spiritual/amp

http://ummahattokkyo.tripod.com/duniaanak/kecerdasan_spiritual_anak.htm

http://www.kajianpustaka.com/2014/01/kecerdasan-spiritual.html

e-thesis.uin-malang.ac.id>08410107_Bab II