1/28/17

Day 3 Level 1 TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIkASI PRODUKTIF KOMUNIKASI KELUARGAKU

Kali ini saya ingin bercerita tentang *Komunikasi dengan Diri Sendiri* yang berkaitan dengan toilet training anak bungsu saya, Mahira yang berusia 18bulan. Mungkin ibu-ibu yang membaca ini ada yang mengernyitkan kedua alisnya, apa ga salah toilet training di usia sedini ini? Bukankah anak belum fasih benar berbicara, nanti gimana proses mentatur anaknya, ga bakalan repot sendiri?

Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya yang mengungkapkan beragam masalah yang akan muncul ketika toilet training ini berlangsung.

Saya pun awalnya demikian kok, ikut tidak merasa atau kurang percaya dengan kemampuan Mahira dalam proses toilet training ini. Masnya saja baru lulus sekitar usia 2 tahun 3 bulan, itu dengan catatan kosa kata si mas cukup jauh dibandingkan Mahira pada usia yang sama.

Tapi saya menolak untuk menyerah mendengarkan kata hati yang menegasikan niat untuk memulai proses toilet training ini sedikit lebih cepat. Dan tepatnya mungkin saya ngeyel sendiri hihi, biarlah repot sedikit dan lihat sejauh apa saya bisa bersabar dalam proses ini.

Yang saya lakukan untuk mempermudah tugas adalah *terus mengatakan kepada diri sendiri, bahwa Mahira pasti bisa*, dengan konsekuensi menanggung segala kerepotan seperti bolak balik ke toilet umum saat saya terlambat mengajaknya ke kamar mandi. Contohnya hari ini saat kami sekeluarga berbelanja bulanan ke supermarket, dua kali saya kebasahan saat saya nekat untuk "membuang" Pampers (yang hanya saya pakai saat ke luar rumah) Mahira. Walaupun sebenernya kesal sendiri karena selain repot karena basah, saya juga harus ekstra hati - hati agar tidak terkena najis yang menyulitkan saat mau menunaikan ibadah shalat. Tapi saya ingatkan diri pribadi saat sudah ingin mengomel, saya pilih diksi yang positif bukan sebaliknya agar semangat saya tidak pudar.

Mau tau ga hasilnya, Hehe..

Day 1 - day 5 : Mahira ga ngompol di malam hari sama sekali

Day 6 : Mahira hampir ngompol di pagi hari saat saya edisi terlambat membawa ke kamar mandi setelah bangun pagi 

Day 7 : Mahira 2x mengompol di saat kami sedang berbelanja di luar rumah.

Saya merasa ini adalah hasil yang harus disyukuri dan insya allah akan tetap konsisten dalam proses toilet training kali ini



#hari3

#tantangan10 hari

#komunikasiproduktif

#kuliahbunsayiip

1/26/17

Day 2 Level 1 TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIkASI PRODUKTIF KOMUNIKASI KELUARGAKU

Hari ini, saya mencoba mengaplikasikan teknik *Jelas dalam memberikan pujian* dalam berkomunikasi dengan anak, kali ini dengan Fikriy 3.5th. Sudah sejak dua hari lalu, Fikriy minta dibelikan es krim, hanya saja tidak langsung saya kabulkan. Pertama karena cuaca yang sempat tidak memungkinkan keluar, dan kedua saya ingin melatihnya untuk sedikit bersabar. Alhamdulillah sejauh ini, Fikriy termasuk anak yang cukup kooperatif dan mau diajak berkomunikasi dalam menyampaikan keinginannya.

Nah, tadi selepas mandi dan makan pagi, berangkat lah kami bertiga bersama Mahira adiknya, ke minimarket terdekat untuk membeli es krim dan beberapa kebutuhan kecil lainnya. Sebelum berangkat, sudah saya kondisikan bahwa uang ummi hanya cukup untuk membeli 2 es krim untuk Fikriy dan Mahira, serta kebutuhan kecil lainnya. Kemudian pulanglah kami kembali ke rumah, dan kedua anak saya asyik menikmati es krimnya.

Ada satu hal yang membuat saya terharu, ketika Fikriy dengan begitu perhatiannya menawarkan es krimnya untuk saya cicipi. Mungkin dia melihat bahwa saya benar-benar tidak membeli es krim untuk diri sendiri, dan hatinya merasa iba kepada saya.

Lantas, saya ucapkan terima kasih banyak atas perhatiannya dan saya hargai tawarannya dengan mencicipi sedikit es krim miliknya.

Saya belajar darinya, bahwa anak kecil bisa menjadi sangat tulus ketika kita sebagai orang tuanya bersikap jujur dan perhatian kepada mereka.

Terima kasih banyak ya, Mas Fikriy. Hari ini ummi belajar tentang arti tulus dalam berbagi 😃

Kamis, 26 Januari 2017

#hari2
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

1/25/17

Day 1 Level 1 TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIkASI PRODUKTIF KOMUNIKASI KELUARGAKU

Game Kelas Bunda Sayang

Level 1
TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIkASI PRODUKTIF

KOMUNIKASI KELUARGAKU

🍀Hal menarik apa saja yang anda dapatkan dalam berkomunikasi dengan keluarga anda hari ini?

🍀Perubahan apa yang anda buat hari ini dalam berkomunikasi

Rabu 25 Januari 2017

Hari ini saya mencoba mengaplikasikan Intensity of eye contact ketika berkomunikasi dengan suami selepas makan malam dan bersantai sekeluarga. Topik yang dibicarakan adalah hal biasa yang sedang hangat diperbincangkan di media sosial. Menariknya, saya menyengajakan melakukan eye contact yang cukup intens sepanjang kami berdiskusi santai, untuk memperhatikan perbedaan cara merespon suami terhadap gaya komunikasi saya. Ternyata saya merasa selain lebih diperhatikan, ada fokus dan kesungguhan serta bukan alakadarnya saja saat suami saya menanggapi diskusi tersebut. Saya merasa sedikit malu, hihi, soalnya kaya dilihatin terus-menerus oleh beliau (klepek klepek sama suami sendiri 💖). Insya Allah ke depannya, saya akan berusaha terus mempertahankan eye contact saat berbicara dengan suami, sehingga respon yang saya harapkan darinya bisa terpenuhi.

#hari1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Game Kelas Bunda Sayang Level 1 TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIkASI PRODUKTIF

_Game Kelas Bunda Sayang_

Level 1
*TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIkASI PRODUKTIF*

Selamaaat anda memasuki game level 1, di kelas bunda sayang ini.

Dan inilah tantangan bulan ini :

KOMUNIKASI KELUARGAKU

a. Buatlah "family forum" ( forum keluarga) sebagai sarana komunikasi ala keluarga anda.

b. Ceritakan dg narasi pendek dan boleh disertai foto,

🍀Hal menarik apa saja yang anda dapatkan dalam berkomunikasi dengan keluarga anda hari ini?

🍀Perubahan apa yang anda buat hari ini dalam berkomunikasi?

c.Waktu yang kami berikan dari tanggal 24 januari -  11 feb 2017.

d. Anda cukup mengupload/menceritakan 10 hari dari 17 hari yg kami sediakan.

e. Setiap kali posting/upload gambar jangan lupa pakai hastag

#hari1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

f. Posting link tulisan dan foto anda di grup FB kelas

g. Bagi anda yang sudah menyelesaikan tantangan di level 1 ini dengan tepat waktu akan mendapatkan badge cantik bertuliskan

_I'm responsible for my communication result_

yang sudah disiapkan oleh para tim fasilitator bunda sayang.

_Selamat berkreasi dalam membangun komunikasi_

Salam Ibu Profesional,

/Tim Bunda Sayang 2017/

Komunikasi Produktif Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1

_Institut Ibu Profesional_
_Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1_

*KOMUNIKASI PRODUKTIF*

Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.

*_KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI_*

Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.

Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.

*_Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir_*

Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.

_Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda_

Kata  *masalah* gantilah dengan *tantangan*

Kata *Susah* gantilah dengan *Menarik*

Kata *Aku tidak tahu* gantilah *Ayo kita cari tahu*

Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.

Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.

*_Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya_*

Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.

Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.

*_KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN_*

Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.

Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.

Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki *_Frame of Reference (FoR)_* dan *_Frame of Experience (FoE)_* yang berbeda dengan kita.

FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.

FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.

FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.

Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.

Komunikasi dilakukan untuk *MEMBAGIKAN* yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.

*_Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA_*

Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.

Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi *MEMAKSAKAN* pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.

Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; *_bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi_*

Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.

Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.

Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.

Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.

Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:

1. *Kaidah 2C: Clear and Clarify*

Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.

Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.

2. *Choose the Right Time*

Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.

3. *Kaidah 7-38-55*

Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.

Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).

Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?

Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.

4. *Intensity of Eye Contact*

Pepatah mengatakan _mata adalah jendela hati_

Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.

5. *Kaidah: I'm responsible for my communication results*

Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.

Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.

Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.

*KOMUNIKASI DENGAN ANAK*

Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.

*_Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy_*

Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.

Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.

Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.

Bagaimana Caranya ?

a. *Keep Information Short & Simple (KISS)*

Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.

✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)

b. *Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah*

Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh

⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)

✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)

Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.

c.  *Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan*

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”

✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”

d.  *Fokus ke depan, bukan masa lalu*

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”

✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”

e. *Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”*

Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.

f. *Fokus pada solusi bukan pada masalah*

⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”

✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.

g. *Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan*

Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.

⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:

“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”

✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”

“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”

h. *Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman*

⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

I. *Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi*

⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”

j. *Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati*

⛔Kalimat tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"

✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?

k. *Ganti perintah dengan pilihan*

⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”

✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat

Salam Ibu Profesional,

/Tim Bunda Sayang IIP/

Sumber bacaan:
_Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000_

_Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015_

_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014_

_Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari_