11/30/16

Nice Homework #7

_Nice Homework #7_

*TAHAPAN MENUJU BUNDA PRODUKTIF*

Bunda dan calon bunda yang masih semangat belajar sampai NHW #7.  Selamat, anda sudah melampaui tahap demi tahap belajar kita dengan sabar.

Setelah kita berusaha mengetahui diri kita lewat NHW -NHW sebelumnya, kali ini kita akan mengkonfirmasi apa yang sudah kita temukan selama ini dengan tools yang sudah dibuat oleh Abah Rama di Talents Mapping.

Segera cocokkan hasil temu bakat tersebut dengan pengalaman yang sudah pernah teman-teman  tulis di NHW#1 – NHW #6
Semua ini ditujukan  agar kita bisa masuk di ranah produktif dengan BAHAGIA.

πŸ€ Ketahuilah tipe kekuatan diri (strenght typology) teman-teman, dengan cara sbb :

1⃣masuk ke www.temubakat.com

2⃣isi nama lengkap anda, dan isi nama organisasi : Ibu Profesional
jawab Questioner yang ada disana, setelah itu download hasilnya

3⃣Amati hasil dan konfirmasi ulang dengan apa yg anda rasakan selama ini.

4⃣ Lampirkan hasil ST30 (Strenght Typology) di Nice Homework #7

πŸ€ Buatlah kuadran aktivitas anda, boleh lebih dari 1 aktivitas di setiap kuadran

Kuadran  1 : Aktivitas yang anda SUKA dan anda BISA

Kuadran 2  : Aktivitas yang anda SUKA tetapi  andaTIDAK BISA

Kuadran 3 : Aktivitas yang anda TIDAK SUKA tetapi anda  BISA

Kuadran 4: Aktivitas yang anda TIDAK SUKA dan anda TIDAK BISA


*Review NHW #7 dan diskusi tanya jawab*
*_Matrikulasi IIP Depok batch 2_*
_Senin 5 Desember 2016. Pukul 20.00-21.00_


_Matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #2, sesi #7_ *REJEKI ITU PASTI, KEMULIAAN HARUS DICARI*

_Matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #2, sesi #7_

*REJEKI ITU PASTI, KEMULIAAN HARUS DICARI*

Alhamdulillah setelah  melewati dua tahapan “Bunda Sayang” dan “Bunda Cekatan”  dalam proses pemantasan diri seorang ibu dalam memegang amanah-Nya, kini sampailah kita pada tahapan “Bunda Produktif”.


*_Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses untuk menemukan dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR_* "

Sehingga muncul semangat yang luar biasa dalam menjalani  hidup ini bersama keluarga dan sang buah hati.

Para Ibu di kelas Bunda Produktif  memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki.


Mungkin kita tidak tahu dimana rejeki kita, tapi rejeki akan tahu dimana kita berada.


 Sang Maha Memberi  Rejeki sedang memerintahkannya untuk menuju diri kita”


*_Allah berjanji menjamin rejeki kita, maka melalaikan ketaatan pada-Nya, mengorbankan amanah-Nya,  demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminnya adalah kekeliruan besar_*


Untuk itu Bunda Produktif sesuai dengan value di Ibu Profesional adalah

*_bunda yang akan berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga_*


Semua pengalaman para Ibu Profesional di  Bunda Produktif ini, adalah bagian aktivitas amalan para bunda untuk meningkatkan sebuah *KEMULIAAN* hidup.


“ *_Karena REJEKI itu PASTI, KEMULIAAN lah yang harus DICARI_* "


Apakah dengan aktifnya kita sebagai ibu di dunia produktif akan meningkatkan kemuliaan diri kita, anak-anak dan keluarga? Kalau jawabannya” iya”, lanjutkan. Kalau jawabannya” tidak” kita perlu menguatkan pilar “bunda sayang” dan “bunda cekatan”, sebelum masuk ke pilar ketiga yaitu “bunda produktif”.


Tugas kita sebagai Bunda Produktif bukan untuk mengkhawatirkan rizqi keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita.


Maka

*_Bunda produktif di Ibu Profesional tidak selalu dinilai dengan apa yang tertulis dalam angka dan rupiah, melainkan apa yang bisa dinikmati dan dirasakan sebagai sebuah kepuasan hidup, sebuah pengakuan bahwa dirinya bisa menjadi Ibu yang bermanfaat bagi banyak orang_*

Menjadi Bunda Produktif, tidak bisa dimaknai sebagai mentawakkalkan rejeki pada pekerjaan kita.

 Sangat keliru kalau kita sebagai Ibu sampai berpikiran bahwa rejeki yang hadir di rumah ini karena pekerjaan kita.


*_Menjadi produktif itu adalah bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusan-Nya_*


Seorang ibu yang produktif itu agar bisa,

1⃣menambah syukur,
2⃣menegakkan taat 3⃣berbagi manfaat.


*_Rejeki tidak selalu terletak dalam pekerjaan kita, Allah berkuasa meletakkan sekendak-Nya_*


Maka segala yang bunda kerjakan di Bunda Produktif ini adalah sebuah ikhtiar, yang wajib dilakukan dengan sungguh-sungguh (Profesional).

Ikhtiar itu adalah sebuah laku perbuatan, sedangkan Rejeki adalah urusanNya.


Rejeki itu datangnya dari arah tak terduga,  untuk seorang ibu yang menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh dan selalu bertaqwa.


Rejeki hanya akan menempuh jalan yang halal, maka para Bunda Produktif perlu menjaga sikap saat menjemputnya,

Ketika sudah mendapatkannya ,jawab pertanyaan berikutnya “ Buat Apa?”. Karena apa yang kita berikan ke anak-anak dan keluarga, halalnya akan dihisab dan haramnya akan diazab.

Salam Ibu Profesional,



/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

_Sumber bacaan_:

_Antologi para Ibu Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014_

_Ahmad Ghozali, Cashflow Muslim, Jakarta, 2010_

_Materi kuliah rutin Ibu Profesional, kelas bunda produktif, Salatiga, 2015_


Yg pengen denger suara lembut bu Septi , sila klik link ini

https://youtu.be/qTdwIE5TuTU



******************\************\\*\\\****


Versi lengkap menemani NHW#7

https://youtu.be/kjE5FGuvfrY

*Resume Diskusi NHW #7*

Hari, tanggal : Selasa, 29-11-2016
Host : Bara
Co-host : Poppy
Narsum : Nia Nio
Notulis : Dinda

*Host*
Bismillahirrahmanirrahim.. Salam Ibu professional✊🏻 Selamat bergabung di kulwap materi ke7 "Matrikulasi IIP Depok #2

Stop presensi ya bundaa

Mba Nia... sudah monitor kah?

*Narsum*
 Yuhuuu I am readyyy πŸ™‹πŸ»πŸ™‹πŸ»πŸ™‹πŸ»πŸ’–πŸ’–

1⃣ Wiwit :
 Alhamdulillah senang nya dpt materi ini menambah tingkatan pengetahuan ke bunda produktif. Dr materi sesi ke-7 ini yg paling sy garis bawahi yaitu Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses untuk menemukan dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR. Yg masih mengganjal di hati & pikiran saya..ketika kita telah menemukan aktifitas yg membuat kita berbinar2 &berniat ingin menjadikan diri kita bermanfaat bg org banyak..tp justru terkadang msh merasa blm mantap krn msh ada rasa takut mengorbankan & lalai terhadap amanah Nya. Misal : saya senang sekali saat menjadi dosen,ketika berbagi ilmu,pengalaman dan tdk sekedar mengajar tetapi memotivasi mahasiswa..dan melihat respon positif mereka membuat sy bersemangat & berbinar2..tetapi terkadang sy msh ragu apakah sebaiknya waktu yg saya gunakan lebih baik digunakan bersama anak & keluarga. Mhn pencerahan dr pengalaman tim fasil tercinta 😘 Jazakillah khairan katsiraa πŸ˜ŠπŸ™πŸΌ
➡ Bunda Wiwit, keraguan dan ketakutan hanya akan menjadi mental block. Jika bisa mencapai keduanya yakni; mengajar dan membersamai anak maka lakukanlah keduanya. Tentunya dengan jadwal yang sudah kita atur sedemikian rupa sehingga tidak akan melalaikan salah satunya.

Rasa takut akan kelalaian itu harus dihadapi dan dikelola. Catat apa poin Amanah Allah yang kita harus jalan kan bersamaan dengan misi produktif kita. Terapkan kuadran kegiatan. Evaluasi hasil apakah keduanya berjalan seirama.

Sematkan do'a padaNya dalam setiap langkah kita keluar agar bermanfa'at juga untuk keluarga yang kita tinggal sementara, karena itu adalah salah satu parameternya. ✅

 2⃣ siti muslihah
Bgmna tanggapan Bu Septi & fasilitator tentang  pendapat pikiran kalau uang hasil kerja sendiri (ibu bekerja di ranah publik )   bisa bebas peruntukan nya dan terkadang kalau ibu rumah tangga (ibu tidak bekerja) kesan nya banyak merepotkan suami dalam hal finansial karena seperti hanya mengandalkan uang dari pemberian suami...
➡ Bunda Siti Muslihah, sesuai dengan materi kali ini yang kita garisbawahi adalah bukan perkara rupiahnya maupun asal penghasil sumbernya, namun produktivitas Ibu professional adalah nilai manfa'atnya. Seberapa besar diri kita memiliki nilai kegunaan bagi pemberdayaan diri dan orang lain/ Keluarga kita.

Karena Rizki tidak selalu terletak pada uang yang kita hasilkan, maka pikiran yang disampaikan mbak Siti menjadi tidak relevan juga.

Bebas peruntukan maupun merepotkan suami hanyalah frame pikiran yang membatasi. Yang jauh lebih penting adalah akan dipergunakan bagaimana harta yang dihasilkan, karena yang halal akan dihisab yang haram akan diazab. ✅

3⃣ Tantia
Apa ciri2 bunda sayang dan bunda cekatan sdh berhasil dan bisa melangkah ke jenjang bunda produktif?
➡ Bunda Tantia, yuk kita inget lagi materi #2 tentang  Ibu Profesional;

BUNDA SAYANG

a. Apakah anak-anak semakin senang dan bangga dididik oleh ibunya?

b. Apakah suami semakin senang dan bangga melihat cara istrinya mendidik anak-anak, sehingga keinginannya terlibat dalam pendidikan anak semakin tinggi?

c. Berapa ilmu tentang pendidikan anak yang kita pelajari dalam satu tahun ini?

d. Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan bersama anak-anak?


BUNDA CEKATAN

a. Apakah manajemen pengelolaan rumah tangga kita menjadi semakin baik?

b.Apakah kita sudah bisa meningkatkan peran kita di rumah? Misal dulu sebagai “kasir” keluarga sekarang menjadi “manajer keuangan keluarga”.

c.Berapa ilmu tentang manajemen rumah tangga yang sudah kita pelajari dalam satu tahun ini?

d.Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan dalam mengelola rumah tangga

Jika seluruh pertanyaan diatas telah dapat kita jawab secara positif mantap, dan seluruh indikator profesional yang sudah kita buat di NHW#2 terkait bunda sayang dan bunda cekatan maka kita sudah siap melangkah ke bunda produktif

Lalu persiapan berikutnya

BUNDA PRODUKTIF

a. Apakah kita semakin menemukan minat dan bakat kita?

b. Bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita tersebut?

c. Apakah kita merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excellent) di ranah minat dan bakat kita ini?

d. Bagaimana cara kita bisa produktif dan atau mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga?✅

4⃣Maria susanti
Menjadi ibu produktif itu awalnya saya berpikiran seorang ibu yang bisa menambah pendapatan keluarga(materi) ternyata di IIP matrikulasi berbeda. Jadi mba seandainya saya sudah:
1.menambah syukur
2.menegakan taat
3.membagi mamfaat
Berarti saya termasuk seorang bunda produktif ya?tolong minta di ulas lagi mba tentang 3 hal diatas berkaitan dg bunda produktif.terimakasih
➡ Bund Maria, persis!, seperti itulah maksudnya, InsyaAllah Rizki mengikuti

Jadi begini. Produktif disini lebih kepada: jalankan misi utamanya, baik di dalam rumah maupun publik bergairahlah dalam melakukannya, efek sampingnya rizki datang dan mengalir menghampiri sendiri. Kalaulah bisa sambil membersamai anak, lalu membuat project yang menghasilkan rupiah maka Alhamdulillah, jika tidak maka jaga gairah manfa'at dan bertawakallah, barangkali Rizki dikirim melalui moda "kendaraan" lain.✅

5⃣ Febi
Manakala kita bekerja di ranah publik, misalnya pelayanan ke masyarakat, ada amanah yang kita emban.  Di sisi lain, amanah keluarga juga jangan sampai diabaikan.  Apakah bijak jika kita meminta keluarga utk mengerti bhw kita memiliki tanggungjawab dalam mengemban amanah pekerjaan di ranah publik sehingga tdk bisa selalu hadir secara fisik? Pantaskah kita beralasan bhw bekerja di ranah publik adl sbg bentuk mengajarkan kemandirian dan tanggung jawab?
➡ Bunda Febi, lihat kembali. Apakah dengan bekerja di ranah publik menambah kemuliaan keluarga kita atau malah sebaliknya. Jika ranah publik yang kita emban memang bernilai misi hidup maka komunikasikan kepada keluarga, pada saat seperti apa kita harus full diluar. Beri alasan paling mulia pada peran kita di publik.

Karena jika menggunakan alasan mandiri dan tanggung jawab, maka sesungguhnya hal tersebut masih bisa ditularkan dan diteladani juga dari rumah.✅

6⃣ Hilma
Saya resign dari pekerjaan saya setahun lalu, karena ingin fokus mengasuh anak. Sy sadar akan resiko nett income kami menjadi berkurang utk memenuhi kebutuhan kami. Akhirnya sy memutuskan untuk jualan online. Namun, setiap kali sy nge-gadget utk promosi atw melayani customer, anak sy (2,5 thn) jd rewel krn dia jd ingin ikut main gadget dan akan menjd rewel jika berhenti. Krn tidak ingin dy menjadi gadget addict, akhirnya sy off sementara jualannya. Sy tdk tertarik utk ngantor lagi, usaha online sptnya lebih cocok utk sy. Sy ingin mulai berjualan online lg krn utk menutupi kekurngn pemskn keluarga kami. Mohon saran bgmn agar sy bisa tenang berjualan tnp membuat anak sy rewel utk tertarik ngegadget. Terimakasih.
➡ Bunda Hilma, menarik sekali. Bunda bisa menerapkan kandang waktu yang sudah dipelajari di NHW sebelumnya.

✔Terapkan waktu khusus yang bunda butuhkan untuk melakukan aktivitas pemasaran online. Atur strategi marketing Bunda yang tidak mengganggu jadwal kegiatan fitrah anak-anak.

Misalnya:
Kerjakan upload foto Dan rekap pesanan saat anak sudah tidur/sebelum bangun

✔Terapkan rules marketing yang sesuai dengan kondisi. Misal: tidak harus selalu menjawab setiap pertanyaan yang masuk setiap saat di gadget. Bisa saja kita komunikasikan ke blog/ig jalan bahwa Pertanyaan akan dijawab pada jam XX

✔Atau bikin list FAQ, sehingga pertanyaan dasar sudah terjawab.

✔Rekrut admin khusus

Dan masih banyak cara lainnya.

Yakinlah bahwa jika kita kreatif Dan sungguh sungguh rejeki yang menghampiri. Online selling hanyalah salah satu Dari sekian cara dan media memperoleh Rizki 😊

Khusus materi ini kapan kapan bisa ditambahkan mbak Zy dan mbak Diah juga. Kebetulan kami semua fasil online seller juga ☺✅

7⃣ Marie
Untuk meningkat menjadi bunda produktif, kita harus menguatkan diri di sisi bunda sayang dan bunda cekatan, karena sejatinya kita harus menjaga amanah utama yaitu anak2.
Idealnya, apakah sebaiknya kita tidak masuk ke ranah produktif dulu sebelum tahap bunda sayang dan bunda cekatan beres? Trus bagaimana jika hal yg membuat mata kita berbinar2 itu ada di ranah publik? Apakah hrs ditunda dulu? Mohon pencerahan. Terima kasih.
➡ Bunda Marie, idealnya iya. Beresnya dengan parameter seperti pertanyaan nomor 3 diatas. Bagi ibu bekerja di rumah tunda kita hingga kita bisa memenuhinya. Bagi ibu bekerja di ranah publik, kejar bunda sayang dan bunda cekatannya. Dengan begitu produktivitas kita optimal.✅

8⃣ Azay
"Menjadi produktif adalah bagian dr ibadah, sedangkan  rezeki adalah urusanNya". Berkaitan dgn kalimatπŸ‘†πŸ», sy msh tetap saja bertanya2 pd diri sy sendiri. Sy bekerja di ranah publik, sampai saat ini sy msh berusaha untuk memperkuat pilar bunsay&buncek, tp kok ya tetap aja rasa bersalah karena tdk bisa selalu hadir 24jam untuk anak😭.
Bertemu anak hanya 12 jam,dr jm18.00-06.00 (sebagian besar waktu adalah waktu istirahatnya anak).
Anak sy saat ini msh berumur 4thn. Apakah yg hrs sy lakukan? Mohon masukannya.
➡ Bunda Azay, rasa bersalah itu harus diidentifikasi, ukuran "salah" berdasarkan apa. Apakah karena Bunda tidak memenuhi indikator professional yang telah dibuat? Apakah porsi delegasi belum optimal atau apa.

Satu hal penting juga yang harus dipahami, bekerja di ranah publik apakah urgent? Dalam hal ini jika memang harus bekerja karena ada Amanah lebih besar di Keluarga, maka siapkan semuanya.

Bersama dengan anak juga bukan sekedar bersama. Maka hadirkan seluruh hati jiwa raga dan seluruh perhatian kita saat 12 jam itu dengan efektif dan hangat.✅

9⃣ Fitri Purbasari
Saat keinginan menjadi bunpro mendesak namun terganjal krn blm mapan d bunsay n buncek gmn y? 😞
➡ Bunda Fitri Purbasari, Sabar saja dan syukur. Tingkatkan implementasi bunsay buncek. Menjadi bunda produktif berarti menambah tantangan. Untuk itu kita harus yakin bahwa kita firm dengan tahapan awal ✅

πŸ”Ÿ Febi
Kalau suami sedang tidak bekerja di ranah publik (lebih banyak di ranah domestik), apakah peran manajer keluarga tetap tersemat pada ibu? Atau bagi2 peran manajerial, misal ibu manajer gizi, ayah manajer keuangan, dst?
➡ Bunda Febi, peran manager Keluarga tetap di Ibu, jika beberapa tugas bisa didelegasikan maka Ibu merupakan GMnya (General Manager) keluarga 😁nanti tinggal didelegasikan saja misal perihal keuangan dihandle oleh suami sebagai day to day manager keuangannya. Tapi suami tetap report ke Bunda. Supaya bunda dalam mengambil keputusan dapat komprehensif.

Manager itu harus membekali diri dengan strategic planning Keluarga, sehingga pendelegasian tugasnya pun harus selaras.✅

*Host*
Alhamdulillah 10 pertanyaan yg masuk sudah terjawab.. untuk selanjutnya masih dibuka kesempatan teman2 jika masih ada yg bertanya. Atau teman-teman yg ingin menanggapi jawaban2 diatas..

*Narsum*
Jika belum ada yang bertanya, saya mau sharing lagi. Saya juga dulu ketika menerima materi ini bertanya tanya dalam hati. Kemuliaan itu yang bagaimana ya, lalu kemudian mencoba pelan menggeser paradigma, Dari bekerja untuk mendapat penghasilan menjadi bekerja untuk menuju misi mulia.
Susah? Bangetttt!

Tapi teruuuus aja merenung, apa yang akan kukerjakan demi mendapat nilai atas peranku. Kalo kata bu Septi kita harus menjadi bukti, saya mau sampaikan saya adalah salah satu bukti.

*Host*
krn waktunya sudah habis dan tidak ada lagi pertanyaan tambahan, mari kita tutup saha diskusi ini dengan mengucap hamdalah.
Alhamdulillah..

Terimakasih kepada teman-teman yg sudah bertanya dan menyimak. Dan terimakasih kepada mba Nia nio atas jawaban2 yg diberikan.. πŸ™πŸ»πŸ˜Š

*Narsum*
Terima kasih Tim yang bertugas malam ini Dan teman teman matrikulasi semua yang sudah menyimak. Selamat beriatirahat....mbak Diah punya bekel buat mimpi malam ini 😊

==========////===========

11/28/16

*Resume Review NHW #6*

*Resume Review NHW #6*

Hari, tanggal : Senin, 28-11-2016
Host : Poppy
Co-host : Bara
Narsum : Diah

=======================

*Host* :
Assalamualaikum teman2 semua... sy sindy bararianti... malam ini menggantikan mba ersita...
Sudah jam 8 lewat lgs aja kita mulai diskusinya ya teman2... mba diah sudah monitorkah?

*Narsum* :
πŸ™‹πŸ» Selamat malam bunda2, kita akan membahas review NHW#6, silakan langsung aja jika ada pertanyaan

*Host*
1⃣ Tria Novita
Selama ini saya merasa bukan org yg terbiasa dg jadwal. Sering saya buat penjadwalan, tetapi setelah itu saya biarkan mengalir saja. Satu yg saya pegang, hal penting & tidak mendesak alhamdulillah sebagian besar terlaksana.
Hanya terkadang, beberapa aktivitas yg tdk penting & tdk mendesak suka membuat saya terlena. Mungkin "kandang waktu" inilah yg harus saya tingkatkan yah?! 😊
Melihat saya yg seperti itu, apakah saya dikatakan RESULT BASED ORGANIZATION atau masih UNORGANIZED? 😁
Mohon jg penjelasan lbh detail ttg tipe result based organization itu..
Tks 😊
➡Result based organization tidak membutuhkan penjadwalan waktu yg ketat, yang penting komitmen (target2nya) terpenuhi.
Misal, komitmen: hari kamis jam 9 pagi harus ada sekaleng krupuk udang matang merata di meja makan
Mau nggoreng krupuknya 3 hari/1 hari/bahkan 15 menit sebelum dateline ga masalah, mau saat itu lagi longgar atau qadarallah sakit kepala atau anak rewel ga jadi halangan, yg penting hari kamis jam 9 pagi sdh tersedia sekaleng penuh krupuk udang, matang merata tanpa ada yg bantat atau gosong di meja makan.
Nah kira2 mb tria masuk tipe yg mana nih,
Time based management (organized) atau Result based management (unorganized)? ✅

*Host*:
2⃣ Rita
Ingin menanyakan mbak
Bila kegiatan/kepentingan lebih banyak ada di kuadran 1, bagaimana cara me-manage waktu dan memilih prioritas? Karena semua dirasa penting dan sesuai visi hidup.

➡Mb Rita, aktivitas PENTING dan MENDESAK adalah kegiatan yg HARUS dilakukan SEKARANG/SAAT INI juga. Jika aktivitas tsb bisa ditunda berarti tidak termasuk ukuran mendesak.

Apakah semua aktivitas mb Rita di kuadran 1 betul-betul tidak ada yg bisa ditunda?

Kalo seperti itu maka menurut saya perlu kebesaran hati memilih bbrp aktivitas untuk ditunda pelaksanaannya, krn kalo kita terus menerus dlm kondisi ini kita akan sangat stress, ujung2nya malah mogok, ga ada yg dikerjain satu pun karena capek fisik, capek pikiran.

Idealnya jika kuadran 1 penuh, geser sebagian ke kuadran 2, begitu kuadran 2 penuh, delegasikan sebagian aktivitas kuadran 1/2 ke kuadran 3 ✅

*Host* :
3⃣ Ika
Bagaimana cara membuat jadwal berdasarkan Result Based Organized? karena jadwal yang biasa dibuat berdasarkan waktu, saya belum punya bayangan cara membuat berdasarkan RBO ini. Lalu, darimana saya bisa menyadari bahwa kami sekeluarga lebih cocok menggunakan yang berdasarkan time atau result? Jika kami berempat berbeda cara, apakah harus ada 4 jadwal?
Terima kasih

➡Caranya tinggal kelompokkan saja kegiatan2 tsb mb Ika, lalu dibuat target2nya (batas waktu, kualitas pencapaian, dll) dan penuhi komitmennya.

Mau kapan dikerjakan terserah (tdk perlu perencanaan waktu) asal komit thd target2 yg sdh dibuat. Lihat contoh di jawaban no.1 ya..

Untuk tahu mana yg lbh cocok, silakan mb Ika lakukan 1 aktivitas dg 2 cara, menggunakan perencanaan waktu (time based) dan result based, nanti dievaluasi mana yg lebih nyaman dilaksanakan 😊

Jika dalam 1 keluarga memiliki tipe yg berbeda tidak jadi masalah selama *masing2 memegang komitmen*.
Mohon dibaca kembali review NHW#6 poin 5 ✅

*Host* :
4⃣ Nira
Managerial waktu dan kegiatn komitmen yang sudah disepakati oleh keluarga terkadang terhambat dari anggota keluarga kita , misal anggota keluarga yang terkecil, atau yang terbesar, atau suami . pusnisment  apa yang bisa kita berikan , dan apakah pusnisment dibedakan sesuai usia,  yang melanggar komitmen, dan punishment itu membuat semangat kita kembali menyepakati komitmen.

➡Mb Nira, saya pribadi lbh menyukai terminologi *konsekuensi* drpd hukuman (punishment).

Sebelum melakukan kegiatan bersama,  saya dan keluarga biasanya bersepakat terlebih dahulu mengenai detil kegiatan (waktu, jenis, org yg terlibat dsb), termasuk konsekuensi yg harus ditanggung msg2 anggota keluarga jika melanggar kesepakatan tsb. Bentuk konsekuensinya juga harus SMART , msh ingat kan kepanjangannya? ✅

*Host*  :
5⃣ Ratri
Ketika sdh membuat kandang waktu & cut off time, berarti selesai atau tdk rutinitas hrs berhenti. Saya masih kepikiran ttg waktu yg habis di kantor pdhal kurang produktif, sedangkan anak dititip di daycare dan pekerjaan domestik blm sepenuhnya selesai. Bagaimana menyiasatinya ya sedangkan waktu yg dikandangkan cm kebagian sedikit dan badan punya hak istirahat??

➡Betul Mb Ratri, kita bukanlah supermom yg sanggup bersiaga 24jam. Karenanya saat aktivitas rutin dirasa terlalu membebani, belajarlah untuk mendelegasikan bbrp diantaranya, bisa kpd suami, anak, art atau tenaga profesional.

Waktu di kantor sepertinya perlu di highlight mba, jika memang habis untuk kegiatan yg kurang produktif berarti sdh saatnya untuk diubah menjadi aktivitas dinamis yg bisa menambah jam terbang menuju tercapainya misi hidup mb Ratri, semoga berhasil ya ✅

*Host* :
6⃣ Poppy
Saya ingin bertanya berkaitan dengan jadwal Rutin dan Dinamis...
Saat ini anak saya masih usia 4thn. Sejak saya resign dari kerja fulltime, anak selaluu saya ajak disetiap aktivitas saya diluar rumah. Sepanjang hari, dimanapun kami saat itu, saya usahakan kebutuhan dasar anak (seperti makan&tidur siang) terpenuhi.

Pertanyaan saya: yg seperti ini benar atau salah?? 😧 Sering saya berpikir, kenapa jadi anak saya yg mengikuti dan memahami jadwal ibunya,ya.... Bukankah ibunya yg harus menyesuaikan kemauan anak2?

Contoh: anak saya masih ingin bermain sendiri d dalam rumah, tapi agenda seharusnya saya keluar rumah. Jadi yg terjadi seringkali adalah saya meloby dia sebisa mungkin untuk ikut saya..  πŸ˜§πŸ™ mohon sarannya krn sering saya merasa bersalah.

➡Tergantung apa prioritas Mb Poppy saat ini, anak ikut aktivitas ibu atau ibu yang ikut aktivitas anak ?

Pemilihan mana aktivitas yg penting/tidak penting disini sifatnya sangat personal dan subyektif ya, tiap org berbeda.

Kalo saya boleh menambahkan sedikit, kebutuhan dasar untuk anak selain makan dan istirahat adalah juga pemenuhan akan fitrah2nya, semoga kita tidak melupakan hal tersebut 😘 ✅

*Host*
7⃣ Wiwit :
Di NHW 6 ini saya mempelajari bahwa :
"Jadikan aktifitas penting menjadi aktifitas dinamis sehari2 utk memperbanyak jam terbang"

Mohon perkenan penjelasan dr tim fasil tercinta, krn saya msh blm paham Apa yg dimaksud aktifitas dinamis
Yg membedakan menjadi aktifitas rutin?.
Misal sy rutin membaca buku setiap malam (yg saya anggap sbg jam terbang).

Jazakumullah khairan katsiraa πŸ˜ŠπŸ™πŸΌ

➡Aktivitas rutin: adalah aktivitas yang mau tidak mau, suka tidak suka harus kita selesaikan dan akan terus selalu ada.

Aktivitas dinamis : aktivitas yang selalu kita kerjakan dengan mata berbinar, karena kita sangat suka, dan bisa terus bervariasi dari hari ke hari, karena banyaknya ide yang bermunculan setiapkali mengerjakan hal tersebut.

Setiap org tdk sama dlm menentukan jenis aktivitas tertentu, aktivitas rutin bagi seseorang bisa jadi adalah aktivitas dinamis bagi orang lain.

Jika membaca buku tiap hari membuat mb Wiwit berbinar dan menimbulkan banyak ide baru bermunculan maka sdh jelas ya itu termasuk aktivitas yg mana 😊✅

*Host*
8⃣Laela
Jika kita sudah membuat schedule harian kita sudah membuat kandang waktu ,kadang schedule berantakan ketika anak rewel,dan untuk menyelesaikan itu butuh kesabaran dan waktu yg lumayan bisa mengambil.porsi jadwal rutin, kadang hal itu malah bikin ibu nya ikut ikut tantrum 😁,karena akhirnya yg tadinya masuk ke kategori 2 jd maju ke kategori 1 dikejar deadline
Padahal komitmen awal prioritas utk anak dbanding kegiatan apapun, bagaimana menyikapi hal ini? Utk memanage waktu ulang ketika tiba tiba harus berdiskusi lama dengan anak utk meredam rewelnya?

➡Mb Laela, jika prioritas terdepan adalah untuk anak, maka butuh kesungguhan dan komitmen untuk memenuhi hal tsb. Akan lebih baik jika suami turut terlibat dalam penentuan prioritas ini.

Jadi jika ada sesuatu yg mendesak sehingga beresiko menggeser kegiatan yg lain, semua pihak bisa legowo atas kondisi tsb, tapi bukan berarti kita membiarkan diri 'disetir' oleh anak ya.

Salah satu tipsnya: Sering2lah mempraktekkan materi komunikasi produktif dg anak, sehingga kita tidak perlu menghabiskan waktu untuk meredam rewelnya✅

*Host*
9⃣Arssy
Bagaimana cara kita buat konsisten dgn waktu,jadwal yg kita buat......
Klo keadaan sedang tidak memungkinkan (misal anak dlm keadaan sakit)
Dmn kita smua handle sndiri tanpa art dgn 2 anak balita.
Yg ada biasanya di akhir anak sakit kerjaan rumah numpuk bukan main.
Mksh

➡Mb Arssy, ada kalanya kondisi tidak berjalan sesuai jadwal yg sdh kita susun,  yaitu saat darurat spt keluarga yg tetiba sakit.

Yang saya lakukan pd kondisi ini adalah segera menetapkan prioritas saat itu, misal mengurus anak yg sakit, adapun aktivitas lain sebisa mungkin saya delegasikan untuk sementara waktu supaya tdk menumpuk di kemudian hari.

Yang biasanya setiap hari nyuci setrika sendiri, sementara masukkan ke laundry, ambil catering/beli makanan jadi, dsb.

Jika tdk bisa mendelegasikan aktivitas, maka sederhanakan aktivitas tsb, misal nyuci doang setrika yg perlu2 aja atau ganti menu masakan dg yg tinggal cemplang cemplung dsb ✅

*Host*
Alhamdulillah 9 pertanyaan yg masuk sudah terjawab..
untuk selanjutnya masih dibuka kesempatan teman2 jika masih ada yg bertanya.
Atau teman-teman yg ingin menanggapi jawaban2 diatas..

_*sesi diskusi bebas*_

*Tria*: Jd mba diah, apakah salah jika kita terbiasa dg yg RBO? Mestikah kita belajar jg yang TBO?

➡Tidak ada yg salah/benar dg ke 2 metode tsb mb tria, pilih mana yg nyaman dilaksanakan, yg terpenting penuhi komitmennya

Ada baiknya mencoba keduanya, lalu dievaluasi, mana yg lbh efektif dan memberikan hasil lbh maksimal

Saya pribadi selama ini nyaman dg RBO krn tergolong last minute person, sejujurnya saya suka menunda2 pekerjaan πŸ˜…
Setelah saya coba TBO, awalnya susaaah krn harus komitmen dg waktu, mengalahkan kemalasan yg sdh berkerak 😝

Setelah dievaluasi hasilnya memang lbh baik dg TBO, skrg tinggal mencari cara mengalahkan kemalasan tsb ✊🏼

*Nana*: Kalau misal di jadual harian, udah selesai dari target cut off time, sebaiknya apakah sisa waktu yang ada di lanjutkan ke aktivitas berikutnya, atau free activity ke kita mba?

*Tria*: Saya dl pernah TBO mba diah. Tp kok saya ngerasa lbh stres kayak dikejar2 waktu πŸ˜‚.
Mungkin bs dicoba lg yah 😊

➡Nyamannya mb tria yg seperti apa?
Selama tidak mengganggu komitmen waktu selanjutnya silakan aja

*Nana* : Skrg jadual aku coba tempel di tempat yang selalu dibaca, mudah-mudahan bisa lebih disiplin πŸ™

➡Aaminn. Semangaaat mb nana ✊🏼

*Diyan*: Jd inget waktu SD buat jadwal kegiatan harian n ditempel☺

*Poppy* : mba diah, saya juga jadi mau nanya lagi.. 😁. Utk saat ini krn anak blm sekolah, jd menurut saya prioritasnya anak ikut aktivitas ibu...
lalu menghilangkn rasa bersalahnya spt rasa tidak enak sama anak, bagaimana? misalnya krn subuh2 sudah harus mandi karena mau ke tempat eyang.. Padahal anaknya masih enak tidur.

➡Kalo sdh menetapkan prioritas berarti tinggal kesungguhan dan komitmen mb pop, semua resiko dan konsekuensi seharusnya sdh sanggup ditanggung termasuk rasa bersalah 😊

*Zy*: Justru bagus menurut saya.. membiasakan bangun subuh, mandi saat subuh bagus lho untuk kesehatan, apalagi kalo diajarkan sholat subuh.. wah tambah kereen..

*Poppy*: baik mba diah, mba zy.. terimakasih jawabannya ya..

Teman-teman waktu sudah menunjukkan pukul 21.02.
Maka kita akhiri saja diskusi Review NHW#6 ini dengan mengucap hamdallah bersama. Alhamdulillah..
Terimakasih Mba Diah atas review nya.

*Diah*
Terimakasih semua.. saya undur diri dulu, mhn maaf atas segala kekurangan, kita ketemu lg besok pagi in syaa allah dg materi baru πŸ™‹πŸ»

Wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warramatullahi wabarakatuh πŸ™πŸΌ


====///////////===/////

11/27/16

_Review NHW #6_ πŸ™‹ *BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA* πŸ™‹

_Review NHW #6_

πŸ™‹ *BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA* πŸ™‹


Bunda, terima kasih sudah membuat beberapa kategori  tentang 3 hal aktivitas yang anda anggap penting dan tidak penting dalam hidup anda.

 Dalam menjalankan peran sebagai manejer keluarga, *_manajemen waktu_* menjadi hal yang paling krusial.

Karena waktu bisa berperan ganda, memperkuat jam terbang kita, atau justru sebaliknya merampasnya. Tergantung bagaimana kita memperlakukannya.

Masih ingat istilah *_DEEP WORK_* dan *_SHALLOW WORK_*?

 Dulu kita pernah membahas hal ini di awal-awal kelas. Tahapan-tahapan yang kita kerjakan kali ini adalah dalam rangka melihat lebih jelas bagaimana caranya shallow work kita ubah menjadi Deep Work.

 Kita akan paham mana saja aktivitas yang memerlukan fokus, ketajaman berpikir sehingga membawa perubahan besar dalam hidup kita.

1⃣. *Refleksikan aktivitas dan kemampuan manajemen waktu kita selama ini*

Menurut Covey, Merrill and Merrill (1994) cara yang paling baik dalam menentukan kegiatan prioritas adalah dengan membagi kegiatan kita menjadi penting-mendesak, penting-tidak mendesak, tidak penting-mendesak dan tidak penting-tidak mendesak .Menurutnya, segala hal yang kita kerjakan dapat digolongkan kedalam salah satu dari empat kuadran tersebut.

Agar lebih jelas , silakan teman-teman belajar memasukkan aktivitas-aktivitas yang selama ini kita lakukan dalam kategori kuadaran di bawah ini.

2⃣ *Setelah aktivitas terpetakan, fokuslah pada hal-hal yang penting (baik mendesak atau tak mendesak) karena pada kegiatan yang penting inilah seharusnya kita mengalokasi paling banyak waktu yang kita miliki*

3⃣ *Rencanakan dengan baik semua aktivitas yang anda anggap penting*

Kita akan kehabisan waktu, tenaga dan sering gelisah  jika kita sering melakukan kegiatan yang sifatnya penting dan mendesak.

Contoh : Mengumpulkan NHW matrikulasi itu anda masukkan kategori aktivitas Penting, karena kalau tidak mengumpulkan kita akan mendapatkan peluang tidak lulus.

 Sudah ada deadline yang diberikan oleh fasilitator. Andaikata kita memasukkannya ke kuadran 2, artinya kita akan masukkan NHW dalam perencanaan mingguan kita,  membuat hati lebih tenang.  Tetapi kalau tidak kita rencanakan, NHW itu akan masuk ke aktivitas kuadran 1, dimana penting bertemu dengan genting (mendesak) paling sering membuat kita gelisah di saat detik-detik terakhir deadline pengumpulan.

Kalau ini berlangsung terus menerus, maka kita akan cepat capek dan stress yang berlebihan karena terlalu sering dibombardir oleh masalah dan krisis yang datang bertubi-tubi. Jika ini terjadi, secara naluriah, kita akan lari ke kuadran 4. yang sering kali tidak memberikan manfaat bagi kita.


Idealnya, semakin banyak waktu yang kita luangkan di kuadran 2, secara otomatis akan mengurangi waktu kita di kuadran 1 dan 3, apalagi kuadran 4, karena dengan perencanaan dan persiapan yang matang, banyak masalah dan krisis yang akan timbul dikemudian hari dapat dihindari.


4⃣ *Membuat kandang waktu ( time blocking) untuk setiap aktivitas yang harus anda kerjakan*

Membuat agenda mingguan dan harian dengan mengaplikasikan teori *_time blocking_*dan *_cut off time_*KIta bisa membagi secara rinci aktivitas harian  dalam hitungan jam atau menit agar waktu tidak terbuang sia-sia


5⃣ *Unduh Aplikasi atau buku catatan untuk membantu kita mengorganized semua jadwal kita*

Saat ini ada banyak aplikasi organizer yang bisa membantu dan mengingatkan kita setiap saat.


Sampai disini mungkin ada diantara kita yang bertipe "unorganized" ( menyukai ketidakteraturan, termasuk waktu )

Sehingga muncul pertanyaan,

"Mengapa sih harus repot-repot dan sangat detail dengan manajemen waktu?"

Kalau menurut teori Cal Newport,
Semakin detail manajemen waktu anda, semakin bagus pula kualitasnya.

 Semakin bagus kontrolnya, semakin bagus pula efeknya.

Sekarang tinggal dipilih anda mau tipe yang organized shg menggunakan *_TIME BASED ORGANIZATION_* atau tipe yang unorganized dan menggunakan *_RESULT BASED ORGANIZATION_*

Kalau time based artinya kita akan patuh dengan jadwal waktu yang sudah kita tulis. Dan komitmen menerima segala konsekuensi apabila melanggarnya.

Apabila RESULT BASED ORGANIZATION anda perlu membuat pengelompokan kegiatan saja. Boleh dikerjakan kapanpun, selama Komitmen terhadap target/hasil yang sudah dicanangkan, bisa terpenuhi dengan baik.

Apapun tipe anda dan keluarga KOMITMEN tetap nomor satu.

Di Ibu Profesional,  manajemen waktu ini wajib dikuasai dan diamalkan  oleh para ibu sebelum masuk ke tahap bunda produktif.


 Kita perlu menekankan pentingnya membuat rencana kerja untuk setiap minggu dan setiap hari, dengan memprioritaskan aktifitas yang penting.

Dengan demikian diharapkan kita dapat menjadi lebih produktif tanpa lelah dan stress yang berlebihan.


*_Demi masa,semoga kita semua tidak termasuk golongan orang yang menyia-nyiakan waktu_*


Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/


_Sumber Bacaan_ :

_Materi Matrikulasi IIP batch #2 sesi #6, Ibu Manajer Keluarga handal, 2016_

_Hasil NHW#6, Peserta Matrikulasi IIP, 2016_

_Malcolm Galdwell, Outliers, Jakarta, 2008_

_Steven Covey, the seven habits, Jakarta, 1994_

11/26/16

NHW#6 Nana

NICE HOMEWORK #6
BELAJAR MENJADI  MANAJER KELUARGA HANDAL
Bunda, sekarang saatnya kita masuk dalam tahap “belajar menjadi manajer keluarga yang handal.
Mengapa? karena hal ini akan mempermudah bunda untuk menemukan peran hidup kita dan semoga mempermudah bunda mendampingi anak-anak menemukan peran hidupnya.
Ada hal-hal yang kadang mengganggu proses kita menemukan peran hidup yaitu
RUTINITAS
Menjalankan pekerjaan rutin yang tidak selesai, membuat kita Merasa Sibuk sehingga kadang tidak ada waktu lagi untuk proses menemukan diri.
Maka ikutilah tahapan-tahapan sebagai berikut :
1⃣ Tuliskan 3 aktivitas yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting
2⃣ Waktu anda selama ini habis untuk kegiatan yang mana?
3⃣ Jadikan 3 aktivitas penting menjadi aktivitas dinamis sehari-hari untuk memperbanyak jam terbang peran hidup anda, tengok NHW sebelumnya ya, agar selaras.
4⃣ Kemudian kumpulkan aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu”, dan patuhi cut off time (misal anda sudah menuliskan bahwa bersih-bersih rumah itu dari jam 05.00-06.00, maka patuhi waktu tersebut)
5⃣ Jangan ijinkan agenda yang tidak terencana memenuhi jadwal waktu harian anda.
6⃣ Setelah tahap di atas selesai anda tentukan. Buatlah jadwal harian yang paling mudah anda kerjakan. (Contoh kalau saya membuat jadwal rutin saya masukkan di subuh-jam 07.00 – jadwal dinamis (memperbanyak jam terbang dari jam 7 pagi- 7 malam, setelah jam 7 malam kembali ke aktivitas rutin yang belum selesai, sehingga muncul program 7 to 7)
7⃣ Amati selama satu minggu pertama, apakah terlaksana dengan baik?
kalau tidak segera revisi, kalau baik, lanjutkan sampai dengan 3 bulan.
SELAMAT MENGERJAKAN
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/



11/23/16

Prinsip Mendidik Fitrah Bakat

Diambil dari FB Ust. Harry Santosa

Prinsip Mendidik Fitrah Bakat

Ω‚ُΩ„ْ ΩƒُΩ„ٌّ يَّΨΉْΩ…َΩ„ُ ΨΉَΩ„ٰΩ‰ Ψ΄َΨ§ΩƒِΩ„َΨͺِΩ‡ٖ  ؕ  ΩَΨ±َΨ¨ُّΩƒُΩ…ْ Ψ§َΨΉْΩ„َΩ…ُ Ψ¨ِΩ…َΩ†ْ Ω‡ُوَ Ψ§َΩ‡ْΨ―ٰΩ‰ Ψ³َΨ¨ِيْΩ„ًΨ§
Katakanlah (Muhammad), "Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing." Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
[QS. Al-Isra': Ayat 84]

Setiap anak lahir dengan membawa fitrah. Secara garis besar, yang pertama, fitrah ada yang terkait dengan Ketuhanan dan Keagamaan yaitu potensi serta dorongan bawaan manusia untuk menerima Ketuhanan atau Keagamaan. Yang kedua, fitrah ada yang terkait dengan kemanusiaan itu sendiri yaitu potensi bawaan manusia (innate goodness atau innate character) untuk menjalani peran peran terbaik di muka bumi.

1. Jangan Sia Siakan Bakat. Diantara fitrah itu adalah fitrah bakat. Ibnul Qayyiem dalam bukunya Tuhfatul Maudud  mewanti wanti agar kita janganlah sampai melalaikannya sehingga anak kehilangan perannya. Banyak bersyukurlah (optimis dan tenang) atas fitrah bakat tiap anak dan yakinlah bahwa tiap anak kita dengan fitrah bakatnya pasti punya peran spesifik istimewa di muka bumi yang ditunggu tunggu dunia di masa depan.

2. Bakat untuk mencapai Maksud penciptaan. Jika peran spesifik istimewa atas fitrah bakat ini dicapai atau "accomplished" maka maksud penciptaan untuk menjadi Hamba Allah dan Khalifah Allah akan juga tercapai. Maka mendidik fitrah bakat adalah menemani anak anak kita untuk menemukan jatidirinya sesuai tahapan usianya (lihat no 7,8,10) dan menghantarkan mereka untuk menjalani peran spesifik peradaban di dunia yang sesuai dengan fitrah bakat atau sifat uniknya itu dalam rangka memenuhi maksud penciptaan itu.

3. Temukan Peran Unikmu Sendiri. Mendidik tiap aspek fitrah harus berujung kepada peran spesifik terbaik dan adab mulia sesuai atas aspek fitrah bakatnya itu. Mendidik fitrah bakat harus berujung kepada agar anak anak kita memiliki peran peradaban spesifik di dalam bidang kehidupan di masyarakat dengan kemauan memberi sebanyak banyak manfaat atau memberi adab mulia bagi kehidupan. Peran spesifik ini bisa jadi belum ada contohnya pada saat ini, tugas kitalah mendorong anak anak kita menemukan peran uniknya sendiri atas fitrah bakatnya itu. Sebagai catatan bahwa fitrah bakat ini ada yang terkait dengan keistimewaan sifat (suka memimpin, suka mengatur, suka meneliti, suka merancang dll) dan ada yang terkait dengan keistimewaan fisik (olahraga, memasak, dll)

4. Dipandu Kitabullah. Mendidik fitrah bakat harus dipandu dengan nilai nilai Kitabullah agar menjadi peran yang menebar rahmat (rahmatan lil alamin) dan kabar gembira serta peringatan (bashiro wa nadziro)

5. Bakat itu Karakter Unik Bawaan. Diantara makna kata "Fithrah" adalah Al-Ibtida atau diciptakan tanpa contoh alias unik. Jadi makna fitrah bakat adalah merupakan sifat unik atau fitur unik manusia, tentu yang positif. Fitrah bakat merupakan karakter unik yang merupakan bawaan lahir (nature character) yang melekat pada personaliti manusia sehingga membuatnya unik dalam berfikir, merasa dan bertindak. Karena ini nature character maka sudah keren tanpa membutuhkan banyak kursus atau training. Karenanya Bakat disebut karakter kinerja.(performance character).

6. Bakat itu Passion, Hebat belum tentu Bakat. Fitrah bakat atau Sifat unik ini Allah instal sejak lahir agar kelak manusia memiliki peran peradaban spesifik dalam satu atau beberapa bidang dalam kehidupan masyarakat atau peradabannya pada sebuah zaman dimana mereka ditakdirkan hidup. Fitrah bakat adalah panggilan hidup yang terlihat dari bagaimana manusia menjalaninya dengan ghairah, passion dan bahagia. Inilah mengapa manusia butuh bahkan diperintah untuk berjama'ah karena tidak ada manusia yang mampu menjalankan semua peran.

7. Pada tahap usia 0-6 tahun, fitrah bakat akan nampak sebagai sifat unik, maka amati dan buatlah jurnal aktifitas yang dapat merekam sifat uniknya, yaitu aktifitas yang relevan dengan sifat uniknya dengan ciri antusias, bahagia, keren dalam melakukannya.

8. Jangan Benturkan dengan Adab/Akhlak. Beberapa sifat unik di bawah 7 tahun bisa jadi terlihat "tidak beradab", misalnya keras kepala, cerewet, cengeng, penakut dsbnya. Maka jangan tergesa dibenturkan dengan adab atau akhlak, banyak bersyukurlah bahwa Allah tidak mungkin menciptakan anak yang jahat dan tidak punya masa depan. Lihatlah bahwa anak keras kepala itu sesungguhnya berbakat sebagai pemimpin, tidak ada pemimpin yang mudah diatur bukan? Anak cerewet itu sesungguhnya adalah komunikator atau orator atau presenter dsbnya yang handal, bukankah semua peran itu bukan peran pendiam?

9. Pada tahap usia 7-10 tahun, berikan aktifitas yang relevan dengan sifat unik. Ajak untuk "tour de talents" untuk membuka wawasan aktifitas atau peran yang relevan dengan sifat uniknya itu. Jika sifat uniknya, misalnya suka memimpin, maka berikan aktifitas dimana ananda selalu mendapat kesempatan untuk memimpin. Ingat setiap anak bisa memiliki sifat unik lebih dari satu, sehingga aktifitas yang relevan juga bisa banyak. Buatlah portfolio anak untuk merekam pencapaiannya.

10. Pada tahap usia 11-14 tahun, pastikan bakat anak sudah dipastikan atau ditemukan pada usia 10 tahun, jika belum maka prosesnya diulang seperti  pada tahap di no 7, 8 dan 10 di atas. Lakukan talents mapping jika masih ragu. Jika sudah yakin maka kembangkan bakat itu dengan konsisten dan disiplin sehingga menjadi peran peradaban terbaik. Berikan Maestro Bakat untuk pemagangan bakatnya dan berikan Murobby/Chaperon untuk menggembleng adab / akhlaknya. Ingat bahwa peran ananda kelak bisa jadi belum ada pada zaman ini. Buatlah personalized curriculum berbasis fitrah bakat untuk memandu pengembangannya.

Tahapan di atas adalah tahapan Ideal, bisa jadi tiap anak berbeda kesempatan untuk mengembangkannya, maka yang bisa kita lakukan adalah berdoa dan mempersiapkan yang terbaik.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah
#fitrahbakat

Prinsip Mendidik Fitrah Bakat

Diambil dari FB Ust. Harry Santosa

Prinsip Mendidik Fitrah Bakat

Ω‚ُΩ„ْ ΩƒُΩ„ٌّ يَّΨΉْΩ…َΩ„ُ ΨΉَΩ„ٰΩ‰ Ψ΄َΨ§ΩƒِΩ„َΨͺِΩ‡ٖ  ؕ  ΩَΨ±َΨ¨ُّΩƒُΩ…ْ Ψ§َΨΉْΩ„َΩ…ُ Ψ¨ِΩ…َΩ†ْ Ω‡ُوَ Ψ§َΩ‡ْΨ―ٰΩ‰ Ψ³َΨ¨ِيْΩ„ًΨ§
Katakanlah (Muhammad), "Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing." Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
[QS. Al-Isra': Ayat 84]

Setiap anak lahir dengan membawa fitrah. Secara garis besar, yang pertama, fitrah ada yang terkait dengan Ketuhanan dan Keagamaan yaitu potensi serta dorongan bawaan manusia untuk menerima Ketuhanan atau Keagamaan. Yang kedua, fitrah ada yang terkait dengan kemanusiaan itu sendiri yaitu potensi bawaan manusia (innate goodness atau innate character) untuk menjalani peran peran terbaik di muka bumi.

1. Jangan Sia Siakan Bakat. Diantara fitrah itu adalah fitrah bakat. Ibnul Qayyiem dalam bukunya Tuhfatul Maudud  mewanti wanti agar kita janganlah sampai melalaikannya sehingga anak kehilangan perannya. Banyak bersyukurlah (optimis dan tenang) atas fitrah bakat tiap anak dan yakinlah bahwa tiap anak kita dengan fitrah bakatnya pasti punya peran spesifik istimewa di muka bumi yang ditunggu tunggu dunia di masa depan.

2. Bakat untuk mencapai Maksud penciptaan. Jika peran spesifik istimewa atas fitrah bakat ini dicapai atau "accomplished" maka maksud penciptaan untuk menjadi Hamba Allah dan Khalifah Allah akan juga tercapai. Maka mendidik fitrah bakat adalah menemani anak anak kita untuk menemukan jatidirinya sesuai tahapan usianya (lihat no 7,8,10) dan menghantarkan mereka untuk menjalani peran spesifik peradaban di dunia yang sesuai dengan fitrah bakat atau sifat uniknya itu dalam rangka memenuhi maksud penciptaan itu.

3. Temukan Peran Unikmu Sendiri. Mendidik tiap aspek fitrah harus berujung kepada peran spesifik terbaik dan adab mulia sesuai atas aspek fitrah bakatnya itu. Mendidik fitrah bakat harus berujung kepada agar anak anak kita memiliki peran peradaban spesifik di dalam bidang kehidupan di masyarakat dengan kemauan memberi sebanyak banyak manfaat atau memberi adab mulia bagi kehidupan. Peran spesifik ini bisa jadi belum ada contohnya pada saat ini, tugas kitalah mendorong anak anak kita menemukan peran uniknya sendiri atas fitrah bakatnya itu. Sebagai catatan bahwa fitrah bakat ini ada yang terkait dengan keistimewaan sifat (suka memimpin, suka mengatur, suka meneliti, suka merancang dll) dan ada yang terkait dengan keistimewaan fisik (olahraga, memasak, dll)

4. Dipandu Kitabullah. Mendidik fitrah bakat harus dipandu dengan nilai nilai Kitabullah agar menjadi peran yang menebar rahmat (rahmatan lil alamin) dan kabar gembira serta peringatan (bashiro wa nadziro)

5. Bakat itu Karakter Unik Bawaan. Diantara makna kata "Fithrah" adalah Al-Ibtida atau diciptakan tanpa contoh alias unik. Jadi makna fitrah bakat adalah merupakan sifat unik atau fitur unik manusia, tentu yang positif. Fitrah bakat merupakan karakter unik yang merupakan bawaan lahir (nature character) yang melekat pada personaliti manusia sehingga membuatnya unik dalam berfikir, merasa dan bertindak. Karena ini nature character maka sudah keren tanpa membutuhkan banyak kursus atau training. Karenanya Bakat disebut karakter kinerja.(performance character).

6. Bakat itu Passion, Hebat belum tentu Bakat. Fitrah bakat atau Sifat unik ini Allah instal sejak lahir agar kelak manusia memiliki peran peradaban spesifik dalam satu atau beberapa bidang dalam kehidupan masyarakat atau peradabannya pada sebuah zaman dimana mereka ditakdirkan hidup. Fitrah bakat adalah panggilan hidup yang terlihat dari bagaimana manusia menjalaninya dengan ghairah, passion dan bahagia. Inilah mengapa manusia butuh bahkan diperintah untuk berjama'ah karena tidak ada manusia yang mampu menjalankan semua peran.

7. Pada tahap usia 0-6 tahun, fitrah bakat akan nampak sebagai sifat unik, maka amati dan buatlah jurnal aktifitas yang dapat merekam sifat uniknya, yaitu aktifitas yang relevan dengan sifat uniknya dengan ciri antusias, bahagia, keren dalam melakukannya.

8. Jangan Benturkan dengan Adab/Akhlak. Beberapa sifat unik di bawah 7 tahun bisa jadi terlihat "tidak beradab", misalnya keras kepala, cerewet, cengeng, penakut dsbnya. Maka jangan tergesa dibenturkan dengan adab atau akhlak, banyak bersyukurlah bahwa Allah tidak mungkin menciptakan anak yang jahat dan tidak punya masa depan. Lihatlah bahwa anak keras kepala itu sesungguhnya berbakat sebagai pemimpin, tidak ada pemimpin yang mudah diatur bukan? Anak cerewet itu sesungguhnya adalah komunikator atau orator atau presenter dsbnya yang handal, bukankah semua peran itu bukan peran pendiam?

9. Pada tahap usia 7-10 tahun, berikan aktifitas yang relevan dengan sifat unik. Ajak untuk "tour de talents" untuk membuka wawasan aktifitas atau peran yang relevan dengan sifat uniknya itu. Jika sifat uniknya, misalnya suka memimpin, maka berikan aktifitas dimana ananda selalu mendapat kesempatan untuk memimpin. Ingat setiap anak bisa memiliki sifat unik lebih dari satu, sehingga aktifitas yang relevan juga bisa banyak. Buatlah portfolio anak untuk merekam pencapaiannya.

10. Pada tahap usia 11-14 tahun, pastikan bakat anak sudah dipastikan atau ditemukan pada usia 10 tahun, jika belum maka prosesnya diulang seperti  pada tahap di no 7, 8 dan 10 di atas. Lakukan talents mapping jika masih ragu. Jika sudah yakin maka kembangkan bakat itu dengan konsisten dan disiplin sehingga menjadi peran peradaban terbaik. Berikan Maestro Bakat untuk pemagangan bakatnya dan berikan Murobby/Chaperon untuk menggembleng adab / akhlaknya. Ingat bahwa peran ananda kelak bisa jadi belum ada pada zaman ini. Buatlah personalized curriculum berbasis fitrah bakat untuk memandu pengembangannya.

Tahapan di atas adalah tahapan Ideal, bisa jadi tiap anak berbeda kesempatan untuk mengembangkannya, maka yang bisa kita lakukan adalah berdoa dan mempersiapkan yang terbaik.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah
#fitrahbakat

Resume Tulisan Ustad Harry Santosa

Tulisan ust Harry pagi ini
***

Anak memang bukan kertas kosong (blank slate), sepakat! Namun pertanyaannya adalah kalau begitu apa isinya? Apa yang sudah diinstal dalam diri anak oleh Sang Maha Pencipta?

Cerita tentang apa yang sudah diinstal dalam diri anak, bukanlah hal yang main main, bukan juga hal yang kira kira. Ini tentang "human nature" atau "innate goodness" atau "primordial nature" dstnya yang apabila ditafsirkan salah maka akan memunculkan manusia yang tidak sesuai maksud penciptaanya. Ini juga tentang pertanyaan yang harus dijawab, untuk apa semua itu diinstal?

Di Barat, konsep "blank slate" sudah ditolak, sama halnya dengan konsep "evolusi" bahwa manusia ada karena "rangkaian kebetulan". Namun masyarakat Barat masih menebak nebak apa sesungguhnya maksud instalasi manusia ini. Lalu apa saja yang diinstal dan apa hubungannya dengan budaya (culture) dan pengalaman (nurture).

Islam dengan jelas menyebutkan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepadaNya dan untuk menjadi Khalifah di muka bumi. Clear! Maka semua maksud instalasi "human nature" itu adalah dalam rangka manusia mencapai maksud penciptaannya itu.

Human nature dalam Islam disebut dengan Fitrah. Ini bukan bicara potensi bawaan (innate) manusia seperti bakat anak saja namun bicara tentang potensi beriman dan bertuhan atau beragama untuk menjalani peran menyempurnakan akhlak manusia, bicara potensi seksualitas untuk menjalani peran sesuai gendernya, bicara tentang potensi bernalar untuk memahami Qouliyah (ayat Kitabullah) dan Kauniyah (ayat semesta) serta peran melestarikan alam sesuai potensi alam dimana dia tinggal, bicara tentang potensi individualitas dan sosialitas untuk menjalani peran mendamaikan manusia dsbnya.

Tiada yang kebetulan dan semuanya adalah Qodarullah. Tiada yang sia sia dari ciptaan Allah. Tiada penciptaan kecuali menghendaki maksud. Tiada maksud kecuali menghendaki tugas atau peran. Dan tiada peran kecuali Allah instal potensi potensi untuk menjalani peran atau tugas itu. Itulah Fitrah, beragam potensi manusia yang Allah instal untuk menjalani perannya sesuai maksud penciptaanya.

Hanya saja manusia diberikan pilihan mau tetap di atas fitrahnya atau mau menyimpangkannya. Fitrah adalah potensi alami, tidak ada perubahan pada ciptaan (fitrah) Allah, yang ada adalah menyimpangkannya atau menguburnya. Hati hati menyebut anak bukan kertas kosong jika kita tidak memiliki rujukan Ulama dalam mengetahui apa isinya secara komprehensif

Aspek Fitrah menurut Imam Ghazali meliputi

1. Potensi untuk Bertuhan atau Beragama untuk menjalani peran memuliakan manusia (Fitrah Keimanan)
2. Potensi untuk Mengetahui sesuatu (Fitrah Belajar dan Bernalar)
3. Potensi untuk Menjalani sesuatu peran yang unik (Fitrah Bakat)
4. Potensi sesuai gendernya untuk menjalani peran sesuai gendernya (Fitrah Seksualitas)
5. Potensi lainnya terkait manusia

Tentu saja semua semua aspek potensi fitrah itu harus dirawat dan ditumbuhkan (tarbiyah) juga dipandu dengan nilai nilai Kitabullah agar beradab (ta'dib) sehingga mencapai peran peran peradaban terbaik dengan adab termulia.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak

11/22/16

Materi Matrikulasi IIP Depok sesi #6 dan hasil diskusi Selasa, 22 Januari 2016 Pukul 20.00-21.00

Materi Matrikulasi IIP Depok sesi #6 dan hasil diskusi Selasa, 22 Januari 2016 Pukul 20.00-21.00
___________________

*IBU MANAJER KELUARGA HANDAL*

_Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6_

*Motivasi Bekerja Ibu*

Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah *_ibu bekerja_* yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu

*_kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita_*

Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.


Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?

πŸ€Apakah masih *ASAL KERJA*, menggugurkan kewajiban saja?

πŸ€Apakah didasari sebuah *KOMPETISI* sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?


πŸ€Apakah karena *PANGGILAN HATI* sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?


Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita
.
πŸ€Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.


πŸ€Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses


πŸ€Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa _MENGELUH_.

*Ibu Manajer Keluarga*

Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita

*_Saya Manager Keluarga_*

kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.

πŸ€Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.

πŸ€Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi


πŸ€Buatlah skala prioritas

πŸ€Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.


*Menangani Kompleksitas Tantangan*

Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :

*_a. PUT FIRST THINGS FIRST_*

Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.


*_b.ONE BITE AT A TIME_*

Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan

*_c. DELEGATING_*

Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.

*_ Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda_*

_Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya_

Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.

*Perkembangan Peran*

Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih

 *_SEKEDAR MENJADI IBU_*

Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:

πŸ€Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.

 Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “managjer keuangan keluarga.


πŸ€Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.

Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.


πŸ€Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.

 Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.

 Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.


πŸ€Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst

 Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.

 Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi.  Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.

Hanya ada satu kata

*BERUBAH atau KALAH*

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/


_SUMBER BACAAN_:

_Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP,  2015_

_Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #1, 2016_

_Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009_

*link Youtube:* https://youtu.be/Cr9JSJS7CIM


----------------------------------------------------------------------------
*Tanya Jawab*

1⃣ *mimil*
Bun, seringkali ketika saya telah membuat schedule dan menjalankannya, kadang merasa seperti terjebak dalam rutinitas, ada rasa bosan, bagaimana cara mengubah kegiatan yg sudah rutin agar tidak hanya menggugurkan kewajiban dan kita tidak merasa monoton?

Contoh, memasak, mengantar anak ke sekolah, padahal saya tau dan niatnya sudah bulat. Tp kadang diri masih merasakan ada kebosanan. Bagaimana memelihara niat agar bekerja dengan hati? Bahwa semua ini bukan beban dan bukan rutinitas yg bikin bosan sehingga timbul keinginan menghindarinya
Terimakasih

➡1⃣ Jenuh dg rutinitas itu hal yg sgt wajar mb mimil, saya pun kadang mengalaminya. Yg saya lakukan adalah tafkiyatun nafs, mengingat kembali peran hidup saya di dunia ini, lalu saya melihat lg jadwal harian saya, apakah ada yg perlu diapdet spy saya lbh nyaman terutama menyangkut tugas2 rutin harian, apakah saya bisa membuat rutinitas tsb menjadi aktivitas yg menyenangkan, apakah saya sdh alokasikan waktu untuk refreshing sejenak dr rutinitas, dsb ✅


2⃣ *siti muslihah*
Pertanyaan:  Bagaimana cara meningkatkan kompetensi diri pada periode galau (misalnya saat fisik drop, tanpa ART utk delegasi , sementara suami jg sibuk kerja atau kerja nya LDR) kadang manusiawi merasa jenuh dengan rutinitas ranah domestik, bahkan kadang teringat juga ingin kembali bisa kerja  di ranah publik (bidang yg juga membuat mata berbinar). ?

➡2⃣ Lihat jawaban no.1 ya ☺

Saya ingin menanggapi pertanyaan no. 1&2

Jenuh itu sangat wajar, maka saat kita jenuh, kita coba *berhenti sejenak*  (berpikir) untuk mengatur strategi yang lebih kreatif dan menyenangkan.

Lalu bagaimana jika mengalami kelelahan?
Maka silahkan bunda cek dan ricek, pasti ada *ketidakseimbangan* disana..
Entah itu kita kurang istirahat, asupan kita kurang sementara energi banyak terbuang habis, pikiran kita butuh di _refresh_ atau kita butuh _me time_. Coba diskusikan dengan suami dan anak-anak tentang hal ini.



3⃣ *ulfa*
Mengenai pendelegasian tugas. Yang ingin saya tanyakan adalah tentang pendelegasian tugas domestik kepada ART.

Bertahun tahun kemarin, saya bekerja hampir full day. Karena selain mengajar di full day school juga mengelola sebuah yayasan. Saya punya ART di rumah yang hanya membantu saya dalam tugas domestik.

 Sementara urusan anak, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya dan suami.

Sekarang saya resign dan merasa sangat tidak terampil dalam melaksanakan tugas domestik. πŸ˜”

Akhirnya saya memutuskan memberhentikan ART dengan hormat karena ingin belajar kembali menghandle pekerjaan rumah.

Tapi suami saya berharap kami tetap punya ART karena beliau berharap saya lebih fokus dengan pengembangan diri saya
(seperti yang saya tulis di NHW#1).

Mohon saran..
Apakah saya harus mengikuti keinginan suami saya memilki ART (pulang pergi) atau saya tetap berusaha berlatih agar target saya tercapai (menjadi buncek) ?

Jazaakillaah khayran katsir..

➡3⃣ teh ulfa, menjadi bunda cekatan bukan berarti semua harus ditangani sendiri ☺
Kalo sanggup (=mampu dan mau) akan lbh baik , krn kita akan walk the talk.
Tapi kalo tidak sanggup dan butuh bantuan, maka kita harus meningkatkan peran kita dg mendelegasikan tugas kpd ART, tantangannya adalah bgmn mendidik ART spy bisa melaksanakan tugasnya sesuai dg standar kita, itu juga salah satu target buncek. ✅



4⃣ *Wiwit*
Saya merasa tertampar dg materi sesi ke-6 ini. Deeply Question! Apa motivasi ibu bekerja..

Tetapi saya masih merasa kesulitan utk cara yg ke-3 menangani kompleksitas tantangan menjadi ibu,yaitu Delegating..terkadang saya ingin sesuai dg standar saya saja (cenderung perfeksionis).mhn pencerahan dr tim fasilitator?

Jazakillah khairan katsiraa πŸ˜ŠπŸ™πŸΌ

➡4⃣ Lakukan pendelegasian tsb secara bertahap mb wiwit, sama spt kita melatih anak kita.
Latih -percayakan - kerjakan -tingkatkan - latih lagi -percayakan lagi - tingkatkan lagi dst sampai mencapai standar yg kita mau ✅



 5⃣ *maria susanti*
Apakah tolak ukur kita BERUBAH atau KALAH itu mesti 10.000 jam terbang dulu ya?Kalau masih seperti itu juga aktifitas kita tiap hari berulang2 sampe bertahun berarti kita sudah dibilang KALAH ya mba. Bisa tolong dijelaskan mba?

➡5⃣ Kalo menunggu 10rb jam terbang baru tersadar kalo KALAH kok ya sayang banget ya mba πŸ˜…
Bisa kita cek dari milestones yg sdh kita buat, jika tidak ada peningkatan segera evaluasi ✅



6⃣ *Nana*
Saya tertarik dengan penjelasan ibu septi di bagian pengembangan peran. Apakah ada tips nya, bagaimana agar kita bisa memulai, menemukan dan memperbanyak peran peran yang bisa kita perkaya bagi seorang ibu?

➡6⃣ Peran seorang ibu itu sangaat banyak, mengurus finansial, guru, koki, perawat dsb.
Pilih slh satu dr peran tsb , lalu tingkatkan levelnya secara bertahap mulai dari sekarang ✅



7⃣ *Diyan*
saat masih bekerja saya lebih saklek dg kerapihan rumah, jadi sering ngomel kl saat pulang rumah berantakan, terutama saat suami di rumah bersama anak. Saat sudah resign, saya berusaha untuk menurunkan target kerapihan rumah, lebih santai dan tidak pake ngomel-ngomel lagi. Tapi dalam hati saya ngedumel sendiri, saya jadi merasa ini tidak sehat, tapi ga mau pake ngomel jg. Saya cenderung cepat naik darah kalo kata orang.  Jadi bagaimana saya sebaiknya bersikap ya mbak?

➡7⃣ Pilih kondisi yg paling nyaman buat mb Diyan 😘✅



8⃣ *tantia*
Bagaimana menyikapi/ apa yg harus qt lalukan jika ada tamu yg tdk d undang, misal tetangga tanpa janjian datang, dan ngobrol panjang lebar sementara agenda qt belum selesai? D sisi lain tetangga tersebut juga butuh bantuan dr qt

➡8⃣ Kalo ini terjadi pada saya, saya akan luangkan sejenak waktu untuk tetangga tersebut , katakan 15-30 menit. Setelah itu saya akan katakan kalo ada urusan yg harus saya selesaikan, ngobrolnya disambung lain waktu ✅



9⃣ *Nia*
apakah bunda sebagai manajer keluarga harus bisa melakukan semua hal dengan tangannya sendiri? Di saat anak2 masih balita dan kndisi yg ga memungkinkan utk ada asiten rumah tangga atau sarana bantuan lainnya dlm rangka pendelegasian tugas, gmn mengatur semua tugas ibu? Skala prioritasnya bgmn?

➡ 9⃣ Prioritaskan yg paling PENTING dan MENDESAK dulu mb Nia , bertahap sampai yg paling TIDAK PENTING dan TIDAK MENDESAK




 πŸ”Ÿ *laela*
"Pendidikan anak sebagai aktivitas utama seorang ibu , jika harus mendelegasikan ke orang lain adalah pilihan terakhir"

Apakah disini bisa diartikan sebagai Home schooling adalah pilihan yang terbaik?
Atau tergantung pada anak, dan bagaimana melihat anak lbh cocok HS atau sekolah utk anak usia preschool (4-6 th)

➡πŸ”Ÿ Menurut saya bukan soal HS atau sekolah formal, pd dasarnya amanah yg kita emban sbg org tua adalah "Mendidik Anak" dengan ilmu dan akhlak yg baik. Jika kita merasa ilmu kita kurang, maka tugas kita untuk selalu upgrade kemampuan tsb ✅

*diskusi tambahan*
πŸ”‰ *Tria*
Jd sebenarnya, apakah kita yg menentukan kita sanggup utk HS atau anak yg menentukan dia mao sekolah formal atau HS dg kita di rumah?
➡Saya juga sempat galau menginginkan pendidikan yg terbaik utk anak2,, di saat pilihan utk hs menggiurkan.
Tapi mmg benar schooling atw unscholling,, mendidik adalah kewajiban ortu,, home education adalah keharusan bagi kita
➡Saya pribadi menyerahkan pilihan tsb kepada anak. Jika dia senang dg sekolah formalnya maka saya ajan berkolaborasi dg guru2nya, saling melengkapi , itu yg saya lakuian skrg
➡bu madrasah utama dan pertama,, sekolah hanya ikhtiar utk mengisi waktu anak saat sy tinggal bekerja di ranah publik.

[11/22, 8:54 PM] Septi Peni Wulandani: 2⃣ Mbak Prima, tetapkan prioritas terlebih dahulu, dan lakukan secara bertahap sedikit demi sedikit. Saya berikan contoh yg saya lakukan saat enes ara kecil ( jarak mereka 15 bln) dan saya tanpa ART

Saya komunikasikan dulu ke pak dodik, mana kondisi dari ketiga hal ini yg paling membuat pak dodik bahagia, silakan diurutkan.

1⃣Anak terurus dengan sangat baik
2⃣Makanan terhidangkan fresh dari tangan saya
3⃣Rumah rapi

Ternyata pak dodik memilih urutan 1⃣3⃣2⃣ akhirnya saya minta waktu per 3 bulanan unt bisa belajar setahap demi setahap dan satu persatu, sampai 3 kompetensi dasar tsb bisa saya penuhi kemampuan minimalnya.

Saya tambahkan sedikit. Tahapannya ya yg sdh pernah saya lakukan.

Pak Dodik itu tipe suami yg ingin rumahnya rapi terus.

Waktu itu saya berikan pilihan, karena saya bukan wonder woman πŸ’ͺ

Beliau pilih anak diurutan pertama

Tapi setiap jam 7 malam rumah rapi ya ( krn pak dodik waktu itu pulang kantor jam 7)

Saya penuhi hal tsb selama 3 bulan pertama

Setelah 3 bulan kedua, saya perpanjang jam rapi rumah demikian seterusnya, sampai 3 kompetensi dasar bisa terpenuhi semua. Kalau tidak bisa semua, kembali ke yg utama dan pertama.

Maka pahami kemampuan diri kita, komunikasikan dg orang sekeliling kita, terurama yg masuk di lingkaran 1 kita. ✅


_selanjutnya ke pertanyaan apakah pernah gagal?, *Sering*_

_karena dulu nggak pernah bikin jadwal harian_

πŸ‘‡

[11/22, 9:12 PM] Septi Peni Wulandani: 3⃣ Mbak Ratna, yg perlu diingat dalam menambah jam terbang adalah "kesungguhan praktek" tidak hanya "sekedar praktek".

Shg apabila kita 1-3 jam saja bersungguh-sungguh mengamati perkembangan anak kita. Bermain dg mereka shg bisa menambah  *kompetensi* kita sebagai ibu, karena kita menjalankan peran kita sbg ibu, maka sdh masuk hitungan jam terbang.

Karena ada ibu yg bersama anaknya full berjam-jam tapi tidak menjalankan peran keibuannya.

πŸ€Jadwal yang kita buat harian itu dalam rangka kita melihat " track" kita hari ini.

Maka ketika anak kita menjadi prioritas utama, usahakan jadwal kita yg menyesuaikan mereka.

Kemudian di sela waktu longgar kita, kembqli ke jadwal yg sdh kita susun.

Itu baru namanya flexible. Seperti lingkaran karet, ketika tracknya melingkar dg diameter tertentu, bisa kita regangkan dg diameter di luar track, tetapi habis itu bisa kembali lagi ke track semula.

Berbeda dengan lingkaran kawat, apabila kita bentangkan di luar track, tdk serta merta kembali ke bentuk semula. Bentuknya akan berubah dari track awal.

Semoga analog ini dipahami

Ini yg kadang kita banyak misspersepsi,

"Mengapa harus buat jadwal, jadi orang itu yg flexible saja"

Apa yg dimaksud dg flexible?

Biasanya banyak yg menjawab :
" santai, mengalir tanpa rencana" dan yg sejenis.

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai individu atau kelompok.

Kalau kemampuan itu kita lakukan tanpa kita punya ROAD MAP hidup, tanpa jadwal kegiatan penting hari ini, terlihat bahwa kita TIDAK PUNYA _TRACK_ YANG BENAR,

maka pasti hidup kita berantakan, mudah terbawa arus kemana angin berhembus.

_NICE HOMEWORK #6_ *BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA HANDAL*

_NICE HOMEWORK #6_

*BELAJAR MENJADI  MANAJER KELUARGA HANDAL*

Bunda, sekarang saatnya kita masuk dalam tahap “belajar menjadi manajer keluarga yang handal.

Mengapa? karena hal ini akan mempermudah bunda untuk menemukan peran hidup kita dan semoga mempermudah bunda mendampingi anak-anak menemukan peran hidupnya.

Ada hal-hal yang kadang mengganggu proses kita menemukan peran hidup yaitu

 *_RUTINITAS_*

Menjalankan pekerjaan rutin yang tidak selesai, membuat kita _Merasa Sibuk_sehingga kadang tidak ada waktu lagi untuk proses menemukan diri.

Maka ikutilah tahapan-tahapan sbb :

1⃣ Tuliskan 3 aktivitas yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting

2⃣Waktu anda selama ini habis untuk kegiatan yang mana?

3⃣Jadikan 3 aktivitas penting menjadi aktivitas dinamis sehari-hari untuk memperbanyak jam terbang peran hidup anda, tengok NHW sebelumnya ya, agar selaras.

4⃣Kemudian kumpulkan aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu”, dan patuhi cut off time ( misal anda sudah menuliskan bahwa bersih-bersih rumah itu dari jam 05.00-06.00, maka patuhi waktu tersebut)

5⃣Jangan ijinkan agenda yang tidak terencana memenuhi jadwal waktu harian anda.

6⃣Setelah tahap di atas selesai anda tentukan. Buatlah jadwal harian yang paling mudah anda kerjakan. (Contoh kalau saya membuat jadwal rutin saya masukkan di subuh-jam 07.00 – jadwal dinamis ( memperbanyak jam terbang dari jam 7 pagi- 7 malam, setelah jam 7 malam kembali ke aktivitas rutin yang belum selesai, sehingga muncul program 7 to 7)

7⃣Amati selama satu minggu pertama, apakah terlaksana dengan baik?
kalau tidak segera revisi, kalau baik, lanjutkan sampai dengan 3 bulan.


_SELAMAT MENGERJAKAN_

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/

11/21/16

*IBU MANAJER KELUARGA HANDAL* _Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6_

*IBU MANAJER KELUARGA HANDAL*

_Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6_

*Motivasi Bekerja Ibu*

Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah *_ibu bekerja_* yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu

*_kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita_*

Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.


Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?

πŸ€Apakah masih *ASAL KERJA*, menggugurkan kewajiban saja?

πŸ€Apakah didasari sebuah *KOMPETISI* sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?


πŸ€Apakah karena *PANGGILAN HATI* sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?


Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita
.
πŸ€Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.


πŸ€Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses


πŸ€Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa _MENGELUH_.

*Ibu Manajer Keluarga*

Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita

*_Saya Manager Keluarga_*

kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.

πŸ€Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.

πŸ€Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi


πŸ€Buatlah skala prioritas

πŸ€Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.


*Menangani Kompleksitas Tantangan*

Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :

*_a. PUT FIRST THINGS FIRST_*

Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.


*_b.ONE BITE AT A TIME_*

Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan

*_c. DELEGATING_*

Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.

*_ Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda_*

_Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya_

Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.

*Perkembangan Peran*

Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih

 *_SEKEDAR MENJADI IBU_*

Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:

πŸ€Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.

 Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “managjer keuangan keluarga.


πŸ€Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.

Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.


πŸ€Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.

 Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.

 Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.


πŸ€Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst

 Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.

 Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi.  Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.

Hanya ada satu kata

*BERUBAH atau KALAH*

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/


_SUMBER BACAAN_:

_Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP,  2015_

_Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #1, 2016_

_Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009_said

https://youtu.be/Cr9JSJS7CIM

*Review Nice Homework sesi #5 dan diskusi* 21 November 2016 Matrikulasi IIP Depok Batch #2 πŸ“BELAJAR CARA BELAJAR ( Learning how to Learn)πŸ“

*Review Nice Homework sesi #5 dan diskusi*
21 November 2016
Matrikulasi IIP Depok Batch #2


πŸ“BELAJAR CARA BELAJAR ( Learning  how to Learn)πŸ“

Bunda dan calon bunda yang selalu semangat belajar, bagaimana rasanya mengerjakan Nice Homework di sesi #5 ini? Melihat reaksi para peserta matrikulasi ini yang rata ada di semua grup adalah
♦ Bingung, ini maksudnya apa?
♦ Bertanya-tanya pada diri sendiri dan mendiskusikannya ke pihak lain, entah itu suami atau teman satu grup
♦ Mencari berbagai referensi yang mendukung hasil pemikiran kita semua
♦ Masih ada yang merasakan hal lain?

Maka kalau teman-teman merasakan semua hal tersebut di atas, kami ucapkan SELAMAT, karena teman-teman sudah memasuki tahap *“belajar cara belajar”*.

Nice Homework #5 ini adalah tugas yang paling sederhana, tidak banyak panduan dan ketentuan. Prinsip dari tugas kali ini adalah

*“Semua Boleh, kecuali yang tidak boleh”*

Yang tidak boleh hanya satu, yaitu diam tidak bergerak dan tidak berusaha apapun.

Selama ini sebagian besar dari kita hampir memiliki pengalaman belajar yang sama, yaitu “OUTSIDE IN” informasi yang masuk bukan karena proses “rasa ingin tahu” dari dalam diri kita melainkan karena keperluan sebuah kurikulum yang harus tuntas disampaikan dalam kurun waktu tertentu. Sehingga belajar menjadi proses penjejalan sebuah informasi. Sehingga wajar kalau banyak diantara kita menjadi tidak suka “belajar”, akibat dari pengalaman tersebut.

Di Institut Ibu Profesional ini kita belajar bagaimana membuat desain pembelajaran yang ala kita sendiri, diukur dari rasa ingin tahu kita terhadap sesuatu, membuat road map perjalanannya, mencari support system untuk hal tersebut, dan menentukan “exit procedure” andaikata di tegah perjalanan ternyata kita mau ganti haluan.

Ketika ada salah seorang peserta matrikulasi yangbertanya, apakah Nice Homework #5 kali ini ada hubungannya dengan materi-materi sebelumnya? TENTU IYA.

Tetapi kami memang tidak memberikan panduan apapun. Kalau teman-teman amati, bagaimana cara fasilitator memandu Nice Homework #5 kali ini?

☘ Ketika peserta bertanya, tidak buru-buru menjawab, justru kadang balik bertanya.
☘ Ketika peserta bingung, tidak buru-buru memberikan arah jalan, hanya memberikan clue saja.
☘ Fasilitator banyak diam andaikata tidak ada yang bertanya, karena memberikan ruang berpikir dan kesempatan saling berinteraksi antar peserta.

Itulah salah satu tugas kita sebagai pendidik anak-anak. Tidak buru-buru memberikan jawaban, karena justru hal tersebut mematikan rasa ingin tahu anak.

Membaca sekilas hasil Nice Homework #5 kali ini ada beberapa kategori sbb :
✏ Memberikan teori tentang desain pembelajaran
✏ Membuat desain pembelajaran untuk diri kita sendiri
✏ Menghubungkannya dengan NHW-NHW berikutnya, sehingga tersusunlah road map pembelajaran kita di jurusan ilmu yang kita inginkan.
✏ Ada yang menggunakan ketiga hal tersebut di atas untuk membuat desain pembelajaran masing-masing anaknya.

tidak ada BENAR-SALAH dalam mengerjakan Nice homework#5 kali ini, yang ada seberapa besar hal tersebut memicu rasa ingin tahu teman-teman terhadap proses belajar yang sedang anda amati di keluarga.

Semangat belajar ini tidak boleh putus selama misi hidup kita di dunia ini belum selesai. Karena sejatinya belajar adalah proses untuk membaca alam beserta tanda-tandaNya sebagai amunisi kita menjalankan peran sebagai khalifah di muka bumi ini.

Setelah bunda menemukan pola belajar masing-masing, segera fokus dan praktekkan kemampuan tersebut. Setelah itu jangan lupa buka kembali materi awal tentang ADAB mencari ilmu. Karena sejatinya

*‘ADAB itu sebelum ILMU’*

Belajar ilmu itu mempunyai 3 tingkatan:
1⃣ Barangsiapa yang sampai ke tingkatan pertama, dia akan menjadi seorang yang sombong

Yaitu mereka yang katanya telah mengetahui segala sesuatu,  merasa angkuh akan ilmu yang dimiliki. Tak mau menerima nasehat orang lain karena dia telah merasa lebih tinggi. Bahkan dia juga menganggap pendapat orang yang memberikan nasehat kepadanya, disalahkannya. Selalu mau menang sendiri, tidak mau mengalah meskipun pendapat orang lain itu benar dan pendapatnya yang salah. Terkadang mengatakan sudah berpengalaman karena usianya yang lebih lama namun sikapnya masih seperti kekanak-kanakan. Terkadang ada  yang berpendidikan tinggi, namun  tak mengerti akan ilmu yang dia miliki. Dia malah semakin menyombongkan diri, congkak di hadapan orang banyak. Merasa dia yang paling pintar dan ingin diakui kepintarannya oleh manusia. Hanya nafsu yang diutamakan sehingga emosi tak dapat dikendalikan maka ucapannyapun mengandung kekejian.

2⃣ Barangsiapa yang sampai ke tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu`

tingkatan yang membuat semua orang mencintanya karena pribadinya yang mulia meski telah banyak ilmu yang tersimpan di dalam dadanya, ia tetap merendah hati tiada meninggi. Semakin dia rendah hati, semakin tinggi derajat kemuliaan yang dia peroleh. Sesungguhnya karena ilmu yang banyak itulah yang mampu menjadikannya faham akan hakikat dirinya. Dia tak mudah merendahkan orang lain. Senantiasa santun dan ramah, bijaksana dalam menentukan keputusan suatu perkara. Dia dengan semuanya itu membuatnya semakin dicinta manusia dan insya Allah, Allah pun mencintainya.

3⃣ Barangsiapa yang sampai ke tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahwa dia tidak tahu apa-apa (stay foolish, stay hungry)

Tingkatan terakhir adalah yang teristimewa. Selalu merasa dirinya haus ilmu tetap tidak mengetahui apa-apa (stay foolish, stay hungry) meskipun ilmu yang dimilikinya telah memenuhi tiap ruang di dalam dadanya. Karena dia telah mengetahui hakikat ilmu dengan sempurna, semakin jelas di hadapan mata dan hatinya. Semakin banyak pintu dan jendela ilmu yang dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu yang belum dibuka. Justru, dia bukan hanya tawadhu`, bahkan lebih mulia dari itu. Dia selalu merasakan tidak tahu apa-apa, mereka bisa tak berdaya di dalamnya lantaran terlalu luasnya ilmu.

Sampai dimanakah posisi kita? Hanya anda yang tahu.

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/



Sumber Bacaan :


Hasil Nice Homework #5, Peserta matrikulasi IIP Batch #2,2016
Materi Matrikulasi IIPbatch #2, Belajar cara Belajar, 2016
Materi Matrikulasi IIP batch #2, Adab Menuntut Ilmu, 2016


➖➖➖➖➖➖➖➖➖
1⃣ Bun Marie
Bagaimana cara kita membuat design pembelajaran yang merangsang anak2 menyukai materi tersebut? Dan selanjutnya bisa belajar dengan penuh rasa keingintahuan (inside out)?Mengingat selain bidang2 utama yg disukai anak2 misal sepakbola atau math, atau yg lainnya, anak2 perlu didukung dengan ilmu/pengetahuan lain misalnya studi sosial, public speaking, bahasa dll.

➡ Mbak Marie, sebetulnya mbak Marie lah yang paling tahu bagaimana caranya. Apabila sudah mengetahui kesukaannya anak-anak, jika melihat demikian maka coba kaitkan pembelajaran bidang lain yang dibutuhkan itu dari sudut pandang yang disukai. Misalnya jika memang suka sepakbola saat membahas sepakbola, diskusi lah tentang klub bola,  klub international, dan lain lain yang bisa dijadikan pemantik   rasa ingin tahu bidang sosial. Saat bicara klub int'l bicarakan bagaimana pemain itu menjawab pertanyaan di press conference misalnya, sebagai pembelajaran atau hikmah public speaking. Hanya ide Dan hanya salah satu cara, sekali lagi sangat bergantung pada kondisi sendiri.



2⃣ Bun Wiwit
MasyaAllah keren bgt tugas Nhw 5 ini bikin tambah dalam mikirnya..
Dr review nhw5 sy br tahu bahwa ada teknik tidak terburu2 memberikan jawaban krn mematikan rasa ingin tahu.
Mhn penjelasan dr tim fasil berapa lama sebaiknya yg tepat hingga memberikan jawaban?.dan saya krg paham dg exit procedure yg dimaksud.

Jazakilah khair πŸ˜ŠπŸ™πŸΌ

➡ Bunda Wiwit, menurut Bunda bagaimana? Coba lihat gelagat dan bahasa tubuh anak-anak, mereka Pasti mengirim sinyal mencari tahu.

Bergerak, berpikir, mencari, maka yang bengkok saja kita luruskan.

Exit procedure adalah konsep tentang "aturan menyerah/ menyudahi" atas ilmu dan pekerjaan yang sedang kita tekuni. Kita sendiri yang menentukan. Mengapa dan bagaimana menyudahi.✅



3⃣ Ardiani Putri
Untuk tingkatan belajar ilmu apakah erat kaitannya dengan jam terbang 10.000jam yaa? Jadi klo saya masih sombong berarti ilmu saya masih cetek gituu yaaa bun? Hehe

➡ Mbak Putri, mungkin ya mungkin juga tidak. Karena tingkatan itu adanya di hati. Ukuran jam terbang adalah kuantitas latihan. Tetapi kualitas hari tercermin dari sikap. Banyak juga ahli yang masih merasa haus ilmu masih suka belajar dan masih merasa bodoh.✅



4⃣ Dinda
Saya tipe yg senang dgn berbagai macam hal/tantangan baru,, terkadang saya melakukan beberapa macam kegiatan di waktu bersamaan dan hasil nya baik.
Apakah ini diperbolehkan?
Mengingat ada istilah 1 ilmu bisa professional jika dilakukan selama 10.000 jam terbang,?
Terima kasih

➡ Mbak Dinda, jika itu cara belajar mba Dinda, teruskan saja dan tingkatkan, barangkali keahlian mbak Dinda menjadi kolaborator atau integrator ide dan kegiatan ✅



5⃣ Bun Feby
Selama mengerjakan nhw di kelas matrikulasi saya memang berusaha menahan diri dari melihat apa/bagaimana rekan2 lain mengerjakannya, saya baru akan lihat hasil karya rekan2 lain setelah saya selesaikan tugas saya, juga saat mengerjakan nhw#5.  Cara ini biasa saya lakukan saat saya ingin mengukur diri sendiri, melihat bgm pemahaman diri saya, karena saya paham bhw kadang saya mudah "terdistorsi" oleh orang lain, yg akhirnya saya mengerjakan sesuatu dengan cara orang lain, bukan cara saya.  Saat saya melihat tugas rekan2 di nhw#5, terlihat sekali majemuknya pemahaman rekan2, dan terus terang ada beberapa yang menarik sekali buat saya dan ingin saya contoh.
Yang ingin saya tanyakan, bagaimana pendapat Mbak Diah/fasil mengenai cara saya ini? Sampai sebenarnya kita bisa menahan diri untuk tidak "mencontoh" orang lain, atau bahkan ingin ganti haluan (bisa juga diartikan, kapan sebenarnya menerapkan exit procedure)?

Jazaakillah khairan afwan puanjang ;)

➡ Bunda Feby, silakan saja jika nyaman dengan cara tersebut. Sebetulnya memang tidak ada ilmu baru di dunia ini. Tidak ada _rocket science_ jika terinspirasi dari teman-teman dan terkait dengan misi hidup maka jalankan saja ✅



6⃣ Bunda Tsabit
Bagaimana kita bisa berhasil smp tahapan ke 2,3, krn tahapan 1 Pnyakit sombong adalah hal yg paling menghambat ketahap selanjutnya, Dan sombong adlh penyakit yg banyak tdak disadari oleh pelakupelaku

➡ Bunda Tsabit, yuk kita selalu *stay hungry stay foolish* ✅



7⃣ Bun Esther
zaman sekarang banyak orang yang berada di tingkat pertama, merasa tahu segala dan bicara k publik padahal belum tentu yang disampaikan benar. sebaliknya banyak yang di tingkat ketiga, memakai ilmu padi. makin belajar makin berasa tidak tahu jadi ragu-ragu untuk menyampaikan k orang lain karena merasa kurang ilmu. bagaimana kita menyikapi hal ini?

➡ Bunda Esther, untuk menilai dimana posisi satu dua tiga perlu pendalaman dan kejernihan hati. Karena biasanya orang yang sudah tingkatan ketiga justru sangat gemar membagi ilmu, wallahu'alam. ✅


➡ Yang mempengaruhi seseorang naik dari tingkatan ke tingkatan berikutnya adalah *_amalan ilmu_*dan *_asas kebermanfaatan_* ilmu tersebut bagi kerahmatan alam semesta.

Kualitas dan kuantitas ilmu tidak akan berpengaruh banyak apabila "tidak diamalkan" dan "tidak memberikan manfaat" bagi alam semesta.

Karena
*_sejatinya orang yang berilmu akan semakin mendekatkan dirinya kepada sumber ilmu ( DIA yang MAHA berilmu)_*

 sehingga dirinya makin merasa tidak ada apa-apanya, senantiasa ingin mencari ilmu terus menerus.

Dan janjiNya pasti

_Aku akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat_

Maka ilmu itu merupakan petunjuk untuk *_meningkatkan keimanan_* dan  petunjuk untuk *_beramal_*

Apabila kita selalu menuntut ilmu tetapi dua hal tersebut tidak pernah naik, maka ada yang harus kita perbaiki, entah "kebersihan jiwa dan diri kita dalam menuntut ilmu" atau "keberkahan ilmu itu sendiri".

 Maka
*_ADAB itu sebelum ILMU, dan ILMU sebelum AMAL_* Semoga makin jelas tergambarkan sekarang✅

#jawaban bu Septi tentang berada di tingkatan ilmu manakah kita