11/30/16

_Matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #2, sesi #7_ *REJEKI ITU PASTI, KEMULIAAN HARUS DICARI*

_Matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #2, sesi #7_

*REJEKI ITU PASTI, KEMULIAAN HARUS DICARI*

Alhamdulillah setelah  melewati dua tahapan “Bunda Sayang” dan “Bunda Cekatan”  dalam proses pemantasan diri seorang ibu dalam memegang amanah-Nya, kini sampailah kita pada tahapan “Bunda Produktif”.


*_Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses untuk menemukan dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR_* "

Sehingga muncul semangat yang luar biasa dalam menjalani  hidup ini bersama keluarga dan sang buah hati.

Para Ibu di kelas Bunda Produktif  memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki.


Mungkin kita tidak tahu dimana rejeki kita, tapi rejeki akan tahu dimana kita berada.


 Sang Maha Memberi  Rejeki sedang memerintahkannya untuk menuju diri kita”


*_Allah berjanji menjamin rejeki kita, maka melalaikan ketaatan pada-Nya, mengorbankan amanah-Nya,  demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminnya adalah kekeliruan besar_*


Untuk itu Bunda Produktif sesuai dengan value di Ibu Profesional adalah

*_bunda yang akan berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga_*


Semua pengalaman para Ibu Profesional di  Bunda Produktif ini, adalah bagian aktivitas amalan para bunda untuk meningkatkan sebuah *KEMULIAAN* hidup.


“ *_Karena REJEKI itu PASTI, KEMULIAAN lah yang harus DICARI_* "


Apakah dengan aktifnya kita sebagai ibu di dunia produktif akan meningkatkan kemuliaan diri kita, anak-anak dan keluarga? Kalau jawabannya” iya”, lanjutkan. Kalau jawabannya” tidak” kita perlu menguatkan pilar “bunda sayang” dan “bunda cekatan”, sebelum masuk ke pilar ketiga yaitu “bunda produktif”.


Tugas kita sebagai Bunda Produktif bukan untuk mengkhawatirkan rizqi keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita.


Maka

*_Bunda produktif di Ibu Profesional tidak selalu dinilai dengan apa yang tertulis dalam angka dan rupiah, melainkan apa yang bisa dinikmati dan dirasakan sebagai sebuah kepuasan hidup, sebuah pengakuan bahwa dirinya bisa menjadi Ibu yang bermanfaat bagi banyak orang_*

Menjadi Bunda Produktif, tidak bisa dimaknai sebagai mentawakkalkan rejeki pada pekerjaan kita.

 Sangat keliru kalau kita sebagai Ibu sampai berpikiran bahwa rejeki yang hadir di rumah ini karena pekerjaan kita.


*_Menjadi produktif itu adalah bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusan-Nya_*


Seorang ibu yang produktif itu agar bisa,

1⃣menambah syukur,
2⃣menegakkan taat 3⃣berbagi manfaat.


*_Rejeki tidak selalu terletak dalam pekerjaan kita, Allah berkuasa meletakkan sekendak-Nya_*


Maka segala yang bunda kerjakan di Bunda Produktif ini adalah sebuah ikhtiar, yang wajib dilakukan dengan sungguh-sungguh (Profesional).

Ikhtiar itu adalah sebuah laku perbuatan, sedangkan Rejeki adalah urusanNya.


Rejeki itu datangnya dari arah tak terduga,  untuk seorang ibu yang menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh dan selalu bertaqwa.


Rejeki hanya akan menempuh jalan yang halal, maka para Bunda Produktif perlu menjaga sikap saat menjemputnya,

Ketika sudah mendapatkannya ,jawab pertanyaan berikutnya “ Buat Apa?”. Karena apa yang kita berikan ke anak-anak dan keluarga, halalnya akan dihisab dan haramnya akan diazab.

Salam Ibu Profesional,



/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

_Sumber bacaan_:

_Antologi para Ibu Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014_

_Ahmad Ghozali, Cashflow Muslim, Jakarta, 2010_

_Materi kuliah rutin Ibu Profesional, kelas bunda produktif, Salatiga, 2015_


Yg pengen denger suara lembut bu Septi , sila klik link ini

https://youtu.be/qTdwIE5TuTU



******************\************\\*\\\****


Versi lengkap menemani NHW#7

https://youtu.be/kjE5FGuvfrY

*Resume Diskusi NHW #7*

Hari, tanggal : Selasa, 29-11-2016
Host : Bara
Co-host : Poppy
Narsum : Nia Nio
Notulis : Dinda

*Host*
Bismillahirrahmanirrahim.. Salam Ibu professional✊🏻 Selamat bergabung di kulwap materi ke7 "Matrikulasi IIP Depok #2

Stop presensi ya bundaa

Mba Nia... sudah monitor kah?

*Narsum*
 Yuhuuu I am readyyy πŸ™‹πŸ»πŸ™‹πŸ»πŸ™‹πŸ»πŸ’–πŸ’–

1⃣ Wiwit :
 Alhamdulillah senang nya dpt materi ini menambah tingkatan pengetahuan ke bunda produktif. Dr materi sesi ke-7 ini yg paling sy garis bawahi yaitu Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses untuk menemukan dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR. Yg masih mengganjal di hati & pikiran saya..ketika kita telah menemukan aktifitas yg membuat kita berbinar2 &berniat ingin menjadikan diri kita bermanfaat bg org banyak..tp justru terkadang msh merasa blm mantap krn msh ada rasa takut mengorbankan & lalai terhadap amanah Nya. Misal : saya senang sekali saat menjadi dosen,ketika berbagi ilmu,pengalaman dan tdk sekedar mengajar tetapi memotivasi mahasiswa..dan melihat respon positif mereka membuat sy bersemangat & berbinar2..tetapi terkadang sy msh ragu apakah sebaiknya waktu yg saya gunakan lebih baik digunakan bersama anak & keluarga. Mhn pencerahan dr pengalaman tim fasil tercinta 😘 Jazakillah khairan katsiraa πŸ˜ŠπŸ™πŸΌ
➡ Bunda Wiwit, keraguan dan ketakutan hanya akan menjadi mental block. Jika bisa mencapai keduanya yakni; mengajar dan membersamai anak maka lakukanlah keduanya. Tentunya dengan jadwal yang sudah kita atur sedemikian rupa sehingga tidak akan melalaikan salah satunya.

Rasa takut akan kelalaian itu harus dihadapi dan dikelola. Catat apa poin Amanah Allah yang kita harus jalan kan bersamaan dengan misi produktif kita. Terapkan kuadran kegiatan. Evaluasi hasil apakah keduanya berjalan seirama.

Sematkan do'a padaNya dalam setiap langkah kita keluar agar bermanfa'at juga untuk keluarga yang kita tinggal sementara, karena itu adalah salah satu parameternya. ✅

 2⃣ siti muslihah
Bgmna tanggapan Bu Septi & fasilitator tentang  pendapat pikiran kalau uang hasil kerja sendiri (ibu bekerja di ranah publik )   bisa bebas peruntukan nya dan terkadang kalau ibu rumah tangga (ibu tidak bekerja) kesan nya banyak merepotkan suami dalam hal finansial karena seperti hanya mengandalkan uang dari pemberian suami...
➡ Bunda Siti Muslihah, sesuai dengan materi kali ini yang kita garisbawahi adalah bukan perkara rupiahnya maupun asal penghasil sumbernya, namun produktivitas Ibu professional adalah nilai manfa'atnya. Seberapa besar diri kita memiliki nilai kegunaan bagi pemberdayaan diri dan orang lain/ Keluarga kita.

Karena Rizki tidak selalu terletak pada uang yang kita hasilkan, maka pikiran yang disampaikan mbak Siti menjadi tidak relevan juga.

Bebas peruntukan maupun merepotkan suami hanyalah frame pikiran yang membatasi. Yang jauh lebih penting adalah akan dipergunakan bagaimana harta yang dihasilkan, karena yang halal akan dihisab yang haram akan diazab. ✅

3⃣ Tantia
Apa ciri2 bunda sayang dan bunda cekatan sdh berhasil dan bisa melangkah ke jenjang bunda produktif?
➡ Bunda Tantia, yuk kita inget lagi materi #2 tentang  Ibu Profesional;

BUNDA SAYANG

a. Apakah anak-anak semakin senang dan bangga dididik oleh ibunya?

b. Apakah suami semakin senang dan bangga melihat cara istrinya mendidik anak-anak, sehingga keinginannya terlibat dalam pendidikan anak semakin tinggi?

c. Berapa ilmu tentang pendidikan anak yang kita pelajari dalam satu tahun ini?

d. Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan bersama anak-anak?


BUNDA CEKATAN

a. Apakah manajemen pengelolaan rumah tangga kita menjadi semakin baik?

b.Apakah kita sudah bisa meningkatkan peran kita di rumah? Misal dulu sebagai “kasir” keluarga sekarang menjadi “manajer keuangan keluarga”.

c.Berapa ilmu tentang manajemen rumah tangga yang sudah kita pelajari dalam satu tahun ini?

d.Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan dalam mengelola rumah tangga

Jika seluruh pertanyaan diatas telah dapat kita jawab secara positif mantap, dan seluruh indikator profesional yang sudah kita buat di NHW#2 terkait bunda sayang dan bunda cekatan maka kita sudah siap melangkah ke bunda produktif

Lalu persiapan berikutnya

BUNDA PRODUKTIF

a. Apakah kita semakin menemukan minat dan bakat kita?

b. Bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita tersebut?

c. Apakah kita merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excellent) di ranah minat dan bakat kita ini?

d. Bagaimana cara kita bisa produktif dan atau mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga?✅

4⃣Maria susanti
Menjadi ibu produktif itu awalnya saya berpikiran seorang ibu yang bisa menambah pendapatan keluarga(materi) ternyata di IIP matrikulasi berbeda. Jadi mba seandainya saya sudah:
1.menambah syukur
2.menegakan taat
3.membagi mamfaat
Berarti saya termasuk seorang bunda produktif ya?tolong minta di ulas lagi mba tentang 3 hal diatas berkaitan dg bunda produktif.terimakasih
➡ Bund Maria, persis!, seperti itulah maksudnya, InsyaAllah Rizki mengikuti

Jadi begini. Produktif disini lebih kepada: jalankan misi utamanya, baik di dalam rumah maupun publik bergairahlah dalam melakukannya, efek sampingnya rizki datang dan mengalir menghampiri sendiri. Kalaulah bisa sambil membersamai anak, lalu membuat project yang menghasilkan rupiah maka Alhamdulillah, jika tidak maka jaga gairah manfa'at dan bertawakallah, barangkali Rizki dikirim melalui moda "kendaraan" lain.✅

5⃣ Febi
Manakala kita bekerja di ranah publik, misalnya pelayanan ke masyarakat, ada amanah yang kita emban.  Di sisi lain, amanah keluarga juga jangan sampai diabaikan.  Apakah bijak jika kita meminta keluarga utk mengerti bhw kita memiliki tanggungjawab dalam mengemban amanah pekerjaan di ranah publik sehingga tdk bisa selalu hadir secara fisik? Pantaskah kita beralasan bhw bekerja di ranah publik adl sbg bentuk mengajarkan kemandirian dan tanggung jawab?
➡ Bunda Febi, lihat kembali. Apakah dengan bekerja di ranah publik menambah kemuliaan keluarga kita atau malah sebaliknya. Jika ranah publik yang kita emban memang bernilai misi hidup maka komunikasikan kepada keluarga, pada saat seperti apa kita harus full diluar. Beri alasan paling mulia pada peran kita di publik.

Karena jika menggunakan alasan mandiri dan tanggung jawab, maka sesungguhnya hal tersebut masih bisa ditularkan dan diteladani juga dari rumah.✅

6⃣ Hilma
Saya resign dari pekerjaan saya setahun lalu, karena ingin fokus mengasuh anak. Sy sadar akan resiko nett income kami menjadi berkurang utk memenuhi kebutuhan kami. Akhirnya sy memutuskan untuk jualan online. Namun, setiap kali sy nge-gadget utk promosi atw melayani customer, anak sy (2,5 thn) jd rewel krn dia jd ingin ikut main gadget dan akan menjd rewel jika berhenti. Krn tidak ingin dy menjadi gadget addict, akhirnya sy off sementara jualannya. Sy tdk tertarik utk ngantor lagi, usaha online sptnya lebih cocok utk sy. Sy ingin mulai berjualan online lg krn utk menutupi kekurngn pemskn keluarga kami. Mohon saran bgmn agar sy bisa tenang berjualan tnp membuat anak sy rewel utk tertarik ngegadget. Terimakasih.
➡ Bunda Hilma, menarik sekali. Bunda bisa menerapkan kandang waktu yang sudah dipelajari di NHW sebelumnya.

✔Terapkan waktu khusus yang bunda butuhkan untuk melakukan aktivitas pemasaran online. Atur strategi marketing Bunda yang tidak mengganggu jadwal kegiatan fitrah anak-anak.

Misalnya:
Kerjakan upload foto Dan rekap pesanan saat anak sudah tidur/sebelum bangun

✔Terapkan rules marketing yang sesuai dengan kondisi. Misal: tidak harus selalu menjawab setiap pertanyaan yang masuk setiap saat di gadget. Bisa saja kita komunikasikan ke blog/ig jalan bahwa Pertanyaan akan dijawab pada jam XX

✔Atau bikin list FAQ, sehingga pertanyaan dasar sudah terjawab.

✔Rekrut admin khusus

Dan masih banyak cara lainnya.

Yakinlah bahwa jika kita kreatif Dan sungguh sungguh rejeki yang menghampiri. Online selling hanyalah salah satu Dari sekian cara dan media memperoleh Rizki 😊

Khusus materi ini kapan kapan bisa ditambahkan mbak Zy dan mbak Diah juga. Kebetulan kami semua fasil online seller juga ☺✅

7⃣ Marie
Untuk meningkat menjadi bunda produktif, kita harus menguatkan diri di sisi bunda sayang dan bunda cekatan, karena sejatinya kita harus menjaga amanah utama yaitu anak2.
Idealnya, apakah sebaiknya kita tidak masuk ke ranah produktif dulu sebelum tahap bunda sayang dan bunda cekatan beres? Trus bagaimana jika hal yg membuat mata kita berbinar2 itu ada di ranah publik? Apakah hrs ditunda dulu? Mohon pencerahan. Terima kasih.
➡ Bunda Marie, idealnya iya. Beresnya dengan parameter seperti pertanyaan nomor 3 diatas. Bagi ibu bekerja di rumah tunda kita hingga kita bisa memenuhinya. Bagi ibu bekerja di ranah publik, kejar bunda sayang dan bunda cekatannya. Dengan begitu produktivitas kita optimal.✅

8⃣ Azay
"Menjadi produktif adalah bagian dr ibadah, sedangkan  rezeki adalah urusanNya". Berkaitan dgn kalimatπŸ‘†πŸ», sy msh tetap saja bertanya2 pd diri sy sendiri. Sy bekerja di ranah publik, sampai saat ini sy msh berusaha untuk memperkuat pilar bunsay&buncek, tp kok ya tetap aja rasa bersalah karena tdk bisa selalu hadir 24jam untuk anak😭.
Bertemu anak hanya 12 jam,dr jm18.00-06.00 (sebagian besar waktu adalah waktu istirahatnya anak).
Anak sy saat ini msh berumur 4thn. Apakah yg hrs sy lakukan? Mohon masukannya.
➡ Bunda Azay, rasa bersalah itu harus diidentifikasi, ukuran "salah" berdasarkan apa. Apakah karena Bunda tidak memenuhi indikator professional yang telah dibuat? Apakah porsi delegasi belum optimal atau apa.

Satu hal penting juga yang harus dipahami, bekerja di ranah publik apakah urgent? Dalam hal ini jika memang harus bekerja karena ada Amanah lebih besar di Keluarga, maka siapkan semuanya.

Bersama dengan anak juga bukan sekedar bersama. Maka hadirkan seluruh hati jiwa raga dan seluruh perhatian kita saat 12 jam itu dengan efektif dan hangat.✅

9⃣ Fitri Purbasari
Saat keinginan menjadi bunpro mendesak namun terganjal krn blm mapan d bunsay n buncek gmn y? 😞
➡ Bunda Fitri Purbasari, Sabar saja dan syukur. Tingkatkan implementasi bunsay buncek. Menjadi bunda produktif berarti menambah tantangan. Untuk itu kita harus yakin bahwa kita firm dengan tahapan awal ✅

πŸ”Ÿ Febi
Kalau suami sedang tidak bekerja di ranah publik (lebih banyak di ranah domestik), apakah peran manajer keluarga tetap tersemat pada ibu? Atau bagi2 peran manajerial, misal ibu manajer gizi, ayah manajer keuangan, dst?
➡ Bunda Febi, peran manager Keluarga tetap di Ibu, jika beberapa tugas bisa didelegasikan maka Ibu merupakan GMnya (General Manager) keluarga 😁nanti tinggal didelegasikan saja misal perihal keuangan dihandle oleh suami sebagai day to day manager keuangannya. Tapi suami tetap report ke Bunda. Supaya bunda dalam mengambil keputusan dapat komprehensif.

Manager itu harus membekali diri dengan strategic planning Keluarga, sehingga pendelegasian tugasnya pun harus selaras.✅

*Host*
Alhamdulillah 10 pertanyaan yg masuk sudah terjawab.. untuk selanjutnya masih dibuka kesempatan teman2 jika masih ada yg bertanya. Atau teman-teman yg ingin menanggapi jawaban2 diatas..

*Narsum*
Jika belum ada yang bertanya, saya mau sharing lagi. Saya juga dulu ketika menerima materi ini bertanya tanya dalam hati. Kemuliaan itu yang bagaimana ya, lalu kemudian mencoba pelan menggeser paradigma, Dari bekerja untuk mendapat penghasilan menjadi bekerja untuk menuju misi mulia.
Susah? Bangetttt!

Tapi teruuuus aja merenung, apa yang akan kukerjakan demi mendapat nilai atas peranku. Kalo kata bu Septi kita harus menjadi bukti, saya mau sampaikan saya adalah salah satu bukti.

*Host*
krn waktunya sudah habis dan tidak ada lagi pertanyaan tambahan, mari kita tutup saha diskusi ini dengan mengucap hamdalah.
Alhamdulillah..

Terimakasih kepada teman-teman yg sudah bertanya dan menyimak. Dan terimakasih kepada mba Nia nio atas jawaban2 yg diberikan.. πŸ™πŸ»πŸ˜Š

*Narsum*
Terima kasih Tim yang bertugas malam ini Dan teman teman matrikulasi semua yang sudah menyimak. Selamat beriatirahat....mbak Diah punya bekel buat mimpi malam ini 😊

==========////===========

No comments:

Post a Comment