11/21/16

*Materi REVIEW NHW#3 dan diskusi tanya jawab*

*Materi REVIEW NHW#3  dan diskusi tanya jawab*
*Senin, 7 November  Pukul 20.00-21.00*
➖➖➖➖➖➖➖

*MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH*

_Kalau kamu ingin berbincang-bincang dg DIA, maka temuilah DIA dengan caramu,  Tetapi apabila kamu ingin mendengar DIA berbicara, memahami apa kehendakNya padamu, maka IQRA', bacalah semua tanda cintaNya untuk kita, mulai dari surat cintaNya sampai dengan orang-orang dan lingkungan di sekeliling kita_

Apa yang sudah teman-teman lakukan di proses nice homework #3  ini adalah proses IQRA'( membaca).

Dimulai dari membuat surat cinta. Mengapa harus membuat surat cinta? karena bagaimana anda bisa merasakan surat cintaNya, kalau anda sendiri tidak pernah menghargai betapa beratnya menuliskan sebait demi sebait surat cinta untuk kekasih anda.

Dan kita semua belajar bagaimana melihat respon, surat cinta yang disampaikan dengan hati, kadang tidak pernah berharap apapun, mulai dari dicuekin, meski tanda centang sudah berubah warna biru 😀 sampai dengan surat cinta balasan suami yang ditulis di wall FB yang membuat hati makin mengharu biru.😍


Demikianlah Sang Maha Pemberi Cinta, kadang memberi tanpa meminta. Surat cinta sudah dikirim, waktu pertemuan sudah ditentukan, candle light dg hidangan istimewa di sepertiga malam terakhir sudah disiapkan, tapi kita kekasihnya tetap dingin dengan seribu satu alasan.

Tetapi DIA tetap mencintai kita, tanpa Pamrih.

Menyitir puisi Sapadi Djoko Damono,

_aku ingin mencintaimu dengan sederhana_

_dengan kata yang tak sempat diucapkan_

_kayu kepada api yang menjadikannya abu_

_aku ingin mencintaimu dengan sederhana_

_dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada_

Maka tetaplah alirkan cinta kepada pasangan anda, anak-anak anda, jangan pernah berhenti, seberapapun menyakitkannya balasan yang anda terima.

Terima kasih untuk kebesaran hati teman-teman mempercayakan grup ini untuk menerima aliran rasa anda.

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/

"Kemudian mulailah dengan melihat dua fase ini."Kalimat ini yang perlu teman-teman pahami dari hari ke hari"

*MAKNA "MISI KEHIDUPAN"*
DUA HARI YANG PALING PENTING DALAM HIDUPMU ADALAH HARI SAAT KAMU DILAHIRKAN DAN HARI DISAAT KAMU MENEMUKAN JAWABAN MENGAPA KAMU DILAHIRKAN

*MAKNA" MISI KELUARGA"*
DUA FASE YANG PALING PENTING DALAM HIDUPMU ADALAH FASE SAAT KAMU MENEMUKAN JODOHMU DAN FASE SAAT KAMU MENEMUKAN JAWABAN MENGAPA KALIAN DIPERTEMUKAN

*_Pahamilah bahwa semua menginginkan 'keberadaan' anda, anda diciptakan dengan tidak sia-sia."_*

"Maka bersungguh-sungguhlah dalam menjaga "amanah" yang sudah diberikan dengan sepenuh cinta untuk kita."

Inilah VISI HIDUP kita semua dalam membangun peradaban, terlalu berat apabila dikerjakan sendiri-sendiri, maka kerjakanlah dengan misi spesifik kita masing-masing.

Jangan pernah bandingkan diri anda/anak anda/keluarga anda dengan diri/anak/keluarga lain. Tapi bandingkanlah dengan diri/anak/keluarga anda sendiri. Apa perbedaan anda hari ini dengan perbedaan anda satu tahun yang lalu.

Kuncinya bukan pada seberapa banyak harta yang kita miliki, melainkan seberapa BERSUNGGUH_SUNGGUH nya kita dalam menjalankan MISI HIDUP kita"

Sumber Bacaan
_materi matrikulasi membangun peradaban dari dalam rumah, IIP, 2016_

_Tulisan-tulisan Nice Homework #3 dari para peserta matrikulasi IIP, 2016_

_Hasil diskusi penajaman misi hidup dengan bapak Dodik Mariyanto dan Abah Rama Royani_



〰〰〰〰〰〰〰〰〰
*Sesi tanya jawab*

‬ 1. Bunda Septi Marryanti
Apakah misi spesifik keluarga harus sama? Misal klrg Aa Gym sbg klrg dakwah, klrg ibu Septi Peni sbg klrg motivator,  klrg gen halilintar sbg klrg enterperneur. Apakah jika suami memilih sebagai enterpreneur sedangkan istri sbg abdi negara alias pns tidak bisa ikut serta sebagai keluarga yang menorehkan  peradaban?

➡ Bunda Septi Marryanti, satu visi misi bukan berarti satu jenis pekerjaan. Karena pasti setiap orang memiliki potensi bakatnya masing-masing. Dan visi misi keluarga lebih dari sekedar profesi. Visi keluarga merupakan garis besarnya, misi merupakan peran yang kita jalankan untuk meraih visi tersebut. Dimana masing masing anggota keluarga berhak memilih peran hidup yang diminati selama masih _on track_ dengan visi keluarga.

Jika disebut keluarga Aa Gym, nampak bahwa misi keluarga adalah dakwah. Namun tidak semua keluarga menjadi da'i seperti ayahnya. Anak pertama Aa Gym, Ghaida berdakwah melalui bisnis hijab dan fashion muslim. Pentingnya menjaga value dan visi sehingga apapun peran dan profesi masing-masing anggota keluarga memiliki benang merah.

Kuncinya adalah sinergi, mari digali bersama sama, karya apa yang bisa disinergikan untuk keluarga, dengan suami yang enterpreneur dan Bunda sebagai abdi negara.✅



2. Bunda Wiwit
MasyaAllah,tahapan NHW yg diberikan semakin DALAM  materinya. Yg saya ambil paling penting dr NHW 3 ini yaitu "Proses dalam Membaca (IQRA)". Proses ini seperti mengevaluasi semua proses dlm kehidupan.
Mohon pencerahan,adakah sebaiknya waktu khusus/rutin  dlm mengevaluasi proses membaca tersebut dan sebaiknya setiap kapan waktu yg tepat?
➡ Bunda Wiwit, belajar dari bu Septi dan apa yang saya sendiri lakukan, waktu untuk evaluasi yang saya lakukan adalah setiap hari. Prinsip Hari ini HARUS lebih baik dari hari kemarin. Kita bisa melatih hati kita. Bersihkan hati dan jiwa dari ilham yang tidak baik, maka kita akan senantiasa bisa melatih "rasa" membaca maksud penciptaan kita.✅


3. Bunda Arssy
Bagaimana cara membangkitkan smangat diri dan kepercayaan diri saya,buat memberikan yg terbaik buat keluarga.
Coz masih banyak hasil yg saya lihat masih banyak kekurangan.

➡ Mbak Arsy, selalu ingat yang disampaikan bu Septi di review tadi,

_"Maka bersungguh-sungguhlah dalam menjaga "amanah" yang sudah diberikan dengan sepenuh cinta untuk kita."_

kita ini spesial, keluarga kita  spesial. Maka alirkan lagi energi cinta kita untuk menambah semangat. Jadikan yang kurang sebagai motivasi untuk lebih baik lagi.✅

4. Bunda Umira
Kami telah memiliki visi misi dalam membangun sebuah keluarga. Namun terkadang berbenturan dgn pandangan ortu dan akibatnya sering terjadi konflik. Bagaimana caranya agar orangtua kami bisa menerima pilihan kami?

➡ Bunda Umira, komunikasikan dengan santun visi misi keluarga kita dan hargai pendapat orangtua. Sampaikan dengan detail rencana keluarga kita dan mengapa visi misi tersebut itu baik menurut keluarga kita.

Seperti  diskusi selasa pekan lalu, Izinkan saya cuplik kembali ya.

Bu Septi mengajarkan yaitu dengan mendengarkan dengan senyuman apa yang disampaikan oleh orang tua kita, hargailah pendapatnya dan keinginannya. Lalu kemudian pelan pelan utarakan visi misi keluarga kepada orang tua. Komunikasikan secara produktif, karena sebetulnya ini masalah komunikasi. Keberhasilan komunikasi manakala _frame of reference_ dengan _frame of experience_ sudah sama dengan orang tua, jadi samakan frame-nya dulu maka komunikasi akan lebih nyaman.

Setelah itu cobalah pelan pelan diyakinkan bahwa visi misi ini adalah jalan hidup yang telah kita yakini dan minta doa padanya sehingga akan kita buktikan keberhasilannya.

Kebanyakan orangtua hanya khawatir saja anaknya tidak berhasil terhadap pilihan tersebut

Saya coba tulis ulang yang pernah disampaikan bu Septi, ketika ibunya ragu atas pilihan bu Septi menjadi Ibu Rumah Tangga (redaksi tidak persis sama):

_"Ibu, dalam Islam ketika perempuan belum menikah ridho Allah terletak pada ridho orangtua. Setelah menikah, bagi seorang perempuan ridho Allah terletak pada ridho suami. Izinkan saya untuk dapat mentaati suami dalam bidang yang telah kami pilih sehingga Allah ridho pada saya dan Ibu beroleh pahala dengan ketaatan saya pada suami."_

Lalu ibunya bu Septi mengatakan

_"Buktikan."_

Dan bu Septi telah membuktikannya 😊

Demikian semoga ada inspirasi ✅



 5. Bunda Fitri Purbasari

Bun, misi sudah disusun dg kesungguhan hati. Nah dlm pelaksanaannya seringkali mood nya up n down. Apa kiatnya agar istiqomah menjalankan misi" tsb dg penuh kewarasan & keikhlasan?

➡ Bunda Fitri, ini yang saya sedang berusaha lakukan belajar dari matrikulasi:
1. Menanamkan dalam hati dengan sungguh-sungguh bahwa saya dan keluarga ingin ikut andil membangun peradaban yang lebih baik
2. Bergabung dengan komunitas yang sejalan yang bisa menjadi support group.
3. Fokus pada misi spesifik kita masing-masing, artinya fokus pada peran yang kita sukai/potensi kita, sehingga tidak kesannya berat.
4. Jangan pernah bandingkan diri dan keluarga dengan orang lain atau keluarga lain. Tapi bandingkanlah dengan diri/anak/keluarga anda sendiri. Apakah
saya dan keluarga hari ini lebih baik dari kemarin. Lebih baik dari setahun yang lalu.

Silakan temukan cara yang terbaik menurut Bunda Fitri dan keluarga. Ini #selfreminder untuk saya sendiri juga. Jika cocok yuk bersama-sama kita laksanakan. Karena 4 poin yang berusaha saya tanam kuat, seberapapun saya masih banyak kekurangannya, saya tidak patah arang, bangkit lagi perbaiki diri lagi.✅



6. Bunda Marie
Pencarian misi spesifik keluarga idealnya berapa lama ya? Dan jika worst casenya kami belum menemukan misi spesifik tersebut, apa yang sebaiknya hrs dilakukan?

➡ mbak Marie, setiap insan dan keluarga punya waktunya yang tepat untuk hal ini. Seperti contoh keluarga Pak Dodik dan bu Septi saya kutip berikut ya,

_Apa misi spesifik keluarga bu Septi dan Pak Dodik?_
Dari awal menikah, Pak Dodik sudah punya misi “membangun peradaban dari dalam rumah”, sehingga meminta saya sebagai calon istrinya untuk melepas SK Pegawai Negeri saya, dan full menjadi ibu bagi anak-anaknya.

_Pada usia berapa tahun menemukan misi spesifik hidup?_
Kalau saya baru menemukan misi spesifik hidup setelah dikaruniai Enes dan Ara. *Perlu proses panjang*. Kalau pak Dodik kayaknya sebelum menikah sudah punya. Saya banyak belajar dari beliau.

_Boleh tau apa misi spesifik hidup?_
Misi spesifik hidup saya “INSPIRATOR”tugas saya di muka bumi ini ternyata ingin menginspirasi banyak orang. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan “inspirasi” selalu membuat saya berbinar-binar. Dan lebih spesifik lagi khusus untuk pendidikan anak dan keluarga. Kalau pak Dodik "Developer dan Educator” beliau selalu berbinar ketika menjalankan peran membangun hal baru yang berhubungan dengan pendidikan. Saat ini kami sedang mengamati 3 peran hidup  anak-anak, sedang kita lihat konsistensinya

Tahapan memetakan visi misi yang disampaikan Bu Septi:

Dimulai dari pemetaan diri kita berdua sebagai pasangan suami istri, kemudian setelah itu berdua memahami anak-anak yang dihadirkan dalam keluarga ini, selanjutnya potensi unik alam, tempat kita tinggal, komunitas sekeliling kita dan lain-lain. Disanalah kita bakal paham, mengapa Allah menjadikan keluarga kita seperti ini.

Ada gejala-gejalanya, antara lain, ketika kita melakukan hal tersebut, mata kita selalu *berbinar-binar, energi tidak pernah habis, serasa ada energi yang terbarukan, tidak pantang menyerah, setiap kali ada ujian, selalu makin bersemangat*. (Itu versi saya).

Kalau versi Abah Rama, ada *4 E (Enjoy, Easy, Excellent, Earn)*. Nah untuk itu perlu dicoba satu persatu, ketika menemukan sesuatu yang *“gue banget”* segera tekuni dan jangan berganti-ganti (mengingat faktor U- umur) disitulah kita akan semakin memahami mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini.

Mba Marie,yuk temukan dan declare yang *_"gue banget"_*itu di hidup kita 😊 ✅



7. Bunda Syifa
Di review td dijelaskan jgn berhenti menabur cinta sesakit apapun balasan yg kita terima.
Tapi sbgai manusia, sy yg ekspresif menunjukan cinta, sering dongkol ketika ekspresi itu direspon datar suami. Bgmn menjembatani perbedaan karakter sprt itu?

➡ Bunda Syifa, hal itu manusiawi sekali saya juga mengalami hal yang sama dengan bunda. Suami saya blas tidak ekspresif. Awal pernikahan saya juga gondok betul masih berlangsung sampe akhirnya belajar di kelas matrikulasi ini. _"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana"_ begitulah puisi Sapardi Djoko Damono membenak di hati Saya. Bahwa kesederhanaan cinta itu tulus. Unconditional. Maka terima seikhlasnya sifat suami. Barangkali suami punya caranya sendiri mengungkapkan rasa cinta.

Tetaplah ekspresif mengungkap sayang bila itu memang cara kita. Walopun balasan yang kita dapat tatapan aneh atau senyum kecut 😆.

Dengan penerimaan ini kita lapang. Selama suami gak keberatan dengan keeskrpresifan kita, teruskan. Yang terjadi di suami saya lama lama sih cair 😊 walopun gak drastis. Saya masih terus berusaha.✅



8⃣. Dinda
Bagaimana cara mencari dan menentukan misi spesifik keluarga?
Karena ada yang bilang misi itu lekat dengan gen yg ada di keluarga besar? Sekarang ini bahkan banyak keluarga tdk hapal lagi silsilah keluarga besarnya. "Pareum obor" kata orang sunda mah.

➡ Mbak Dinda, saya melihatnya tidak terlalu relevan dengan sejarah keluarga besar misal sampe tujuh keturunan ke atas. Namun gen keluarga besar akan memberikan nuansa bakat dan kecenderungan potensi yang diturunkan kepada kita, nah tinggal diolah dan digali menjadi misi hidup. Sehingga jika _pareum obor_ atau _kepaten obor_ dalam isitilah Jawa, bukan tantangan dalam mencari misi hidup. Karena misi itu sebetulnya berkaitan dengan skenario Sang Pencipta atas diri dan keluarga kita saat ini. Mengenai caranya bu Septi memberikan clue lihat pada jawaban pertanyaan mbak Marie nomor 6⃣.✅



9. Bunda Resti
Pertanyaan saya:
Bagaimana cara meluluhkan hati suami yg dingin & gengso menyatakqn perasaan?

➡ Bunda Resti, sayang kurang spesifik menyatakan perasaan apa ya...rasa cintakah? Jika iya, pertanyaannya senada dengan Bunda Syifa di no.7⃣ ya coba disimak. Jika cocok coba terapkan. ✅
Silakan juga bagi Bunda yang punya tips perihal ini yuk kita sharing ☺



10. Bunda Ardaniya Rizka
Bagaimana jika potensi anak tidak sesuai dengan hukum Islam. Misalnya: potensi anak saya di musik. sangat mudah belajar musik dan suka musik, sedangkan dalam Islam, sebaiknya tidak mendengarkan musik/lagu. Apa yang bisa saya lakukan dengan potensinya itu?

➡ Bunda Ardaniya, musik itu spektrumnya luas. Pemanfaatannya pun beragam. Sepemahaman saya tetabuhan masih dibunyikan pada jaman nabi untuk menghormati perayaan tertentu, misal hari besar mapun pernikahan. Maka perdalamlah ilmu mengenai musik dalam pandangan Islam ini Bunda. Mulai kenalkan pandangan Islam mengenai musik ini kepadanya pelan pelan. Beri pemahaman dan ajak berdiskusi; Apakah kegiatannya itu mendekatkan dirinya pada Tuhannya?

Lalu beri pandangan opsi aktivitas lain yang bisa menyalurkan bakatnya. Batas bisa mencoba beberapa kegiatan hingga menjelang aqil baligh. Mengenai bagaimana mengarahkan bakat dan potensi anak nanti ada di materinya berikutnya.

Mba Zy juga mengalami hal yang sama dengan putrinya. Dulu putrinya sempat suka sekali menari namun seiring bertambahnya pemahaman keislamannya maka sudah tidak menyukai menari lagi. Lebih lanjut mbak Zy bisa mengelaborasi pengalamannya ya mbak. ✅

➡Zy Fauziah: Terimakasih mba nia..
Untuk pengalaman ini memang sy alami sendiri..
Saat anak saya usia 5 tahun dia minta les menari karena pernah dipilih tampil menari saat acara perpisahan di TKnya. Dia sangat aktif bergerak.. kesukaannya senam, musik dan menari.
Sy sempat diskusi dengan suami untuk hal ini. Kami sebagai orangtua sangat khawatir kesukaannya ini akan berlanjut sampai besar.
Dan hampir tdk memenuhi keinginannya untuk ikut les menari.
Tapi setelah diskusi dengan suami dan pernah konsultasi juga dengan bu Septi.. akhirnya kami memfasilitasinya dengan mendaftarkannya ketempat les, mengajarinya bernyanyi, dan main pianika, dan kami sudah berencana saat ia kelas 6 SD kegiatannya itu dialihkan.. dan akan kami jelaskan karena tidak sesuai dengan Core Value keluarga kami.
Tapi, Setelah 2 tahun berjalan, ternyata ketentuan Allah lebih cepat. Anak saya ber keinginan masuk pesantren, ia mulai paham dan berhenti menari sesuai keinginannya sendiri

No comments:

Post a Comment