11/22/16

Materi Matrikulasi IIP Depok sesi #6 dan hasil diskusi Selasa, 22 Januari 2016 Pukul 20.00-21.00

Materi Matrikulasi IIP Depok sesi #6 dan hasil diskusi Selasa, 22 Januari 2016 Pukul 20.00-21.00
___________________

*IBU MANAJER KELUARGA HANDAL*

_Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6_

*Motivasi Bekerja Ibu*

Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah *_ibu bekerja_* yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu

*_kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita_*

Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.


Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?

🍀Apakah masih *ASAL KERJA*, menggugurkan kewajiban saja?

🍀Apakah didasari sebuah *KOMPETISI* sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?


🍀Apakah karena *PANGGILAN HATI* sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?


Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita
.
🍀Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.


🍀Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses


🍀Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa _MENGELUH_.

*Ibu Manajer Keluarga*

Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita

*_Saya Manager Keluarga_*

kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.

🍀Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.

🍀Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi


🍀Buatlah skala prioritas

🍀Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.


*Menangani Kompleksitas Tantangan*

Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :

*_a. PUT FIRST THINGS FIRST_*

Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.


*_b.ONE BITE AT A TIME_*

Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan

*_c. DELEGATING_*

Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.

*_ Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda_*

_Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya_

Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.

*Perkembangan Peran*

Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih

 *_SEKEDAR MENJADI IBU_*

Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:

🍀Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.

 Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “managjer keuangan keluarga.


🍀Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.

Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.


🍀Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.

 Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.

 Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.


🍀Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst

 Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.

 Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi.  Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.

Hanya ada satu kata

*BERUBAH atau KALAH*

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/


_SUMBER BACAAN_:

_Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP,  2015_

_Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #1, 2016_

_Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009_

*link Youtube:* https://youtu.be/Cr9JSJS7CIM


----------------------------------------------------------------------------
*Tanya Jawab*

1⃣ *mimil*
Bun, seringkali ketika saya telah membuat schedule dan menjalankannya, kadang merasa seperti terjebak dalam rutinitas, ada rasa bosan, bagaimana cara mengubah kegiatan yg sudah rutin agar tidak hanya menggugurkan kewajiban dan kita tidak merasa monoton?

Contoh, memasak, mengantar anak ke sekolah, padahal saya tau dan niatnya sudah bulat. Tp kadang diri masih merasakan ada kebosanan. Bagaimana memelihara niat agar bekerja dengan hati? Bahwa semua ini bukan beban dan bukan rutinitas yg bikin bosan sehingga timbul keinginan menghindarinya
Terimakasih

➡1⃣ Jenuh dg rutinitas itu hal yg sgt wajar mb mimil, saya pun kadang mengalaminya. Yg saya lakukan adalah tafkiyatun nafs, mengingat kembali peran hidup saya di dunia ini, lalu saya melihat lg jadwal harian saya, apakah ada yg perlu diapdet spy saya lbh nyaman terutama menyangkut tugas2 rutin harian, apakah saya bisa membuat rutinitas tsb menjadi aktivitas yg menyenangkan, apakah saya sdh alokasikan waktu untuk refreshing sejenak dr rutinitas, dsb ✅


2⃣ *siti muslihah*
Pertanyaan:  Bagaimana cara meningkatkan kompetensi diri pada periode galau (misalnya saat fisik drop, tanpa ART utk delegasi , sementara suami jg sibuk kerja atau kerja nya LDR) kadang manusiawi merasa jenuh dengan rutinitas ranah domestik, bahkan kadang teringat juga ingin kembali bisa kerja  di ranah publik (bidang yg juga membuat mata berbinar). ?

➡2⃣ Lihat jawaban no.1 ya ☺

Saya ingin menanggapi pertanyaan no. 1&2

Jenuh itu sangat wajar, maka saat kita jenuh, kita coba *berhenti sejenak*  (berpikir) untuk mengatur strategi yang lebih kreatif dan menyenangkan.

Lalu bagaimana jika mengalami kelelahan?
Maka silahkan bunda cek dan ricek, pasti ada *ketidakseimbangan* disana..
Entah itu kita kurang istirahat, asupan kita kurang sementara energi banyak terbuang habis, pikiran kita butuh di _refresh_ atau kita butuh _me time_. Coba diskusikan dengan suami dan anak-anak tentang hal ini.



3⃣ *ulfa*
Mengenai pendelegasian tugas. Yang ingin saya tanyakan adalah tentang pendelegasian tugas domestik kepada ART.

Bertahun tahun kemarin, saya bekerja hampir full day. Karena selain mengajar di full day school juga mengelola sebuah yayasan. Saya punya ART di rumah yang hanya membantu saya dalam tugas domestik.

 Sementara urusan anak, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya dan suami.

Sekarang saya resign dan merasa sangat tidak terampil dalam melaksanakan tugas domestik. 😔

Akhirnya saya memutuskan memberhentikan ART dengan hormat karena ingin belajar kembali menghandle pekerjaan rumah.

Tapi suami saya berharap kami tetap punya ART karena beliau berharap saya lebih fokus dengan pengembangan diri saya
(seperti yang saya tulis di NHW#1).

Mohon saran..
Apakah saya harus mengikuti keinginan suami saya memilki ART (pulang pergi) atau saya tetap berusaha berlatih agar target saya tercapai (menjadi buncek) ?

Jazaakillaah khayran katsir..

➡3⃣ teh ulfa, menjadi bunda cekatan bukan berarti semua harus ditangani sendiri ☺
Kalo sanggup (=mampu dan mau) akan lbh baik , krn kita akan walk the talk.
Tapi kalo tidak sanggup dan butuh bantuan, maka kita harus meningkatkan peran kita dg mendelegasikan tugas kpd ART, tantangannya adalah bgmn mendidik ART spy bisa melaksanakan tugasnya sesuai dg standar kita, itu juga salah satu target buncek. ✅



4⃣ *Wiwit*
Saya merasa tertampar dg materi sesi ke-6 ini. Deeply Question! Apa motivasi ibu bekerja..

Tetapi saya masih merasa kesulitan utk cara yg ke-3 menangani kompleksitas tantangan menjadi ibu,yaitu Delegating..terkadang saya ingin sesuai dg standar saya saja (cenderung perfeksionis).mhn pencerahan dr tim fasilitator?

Jazakillah khairan katsiraa 😊🙏🏼

➡4⃣ Lakukan pendelegasian tsb secara bertahap mb wiwit, sama spt kita melatih anak kita.
Latih -percayakan - kerjakan -tingkatkan - latih lagi -percayakan lagi - tingkatkan lagi dst sampai mencapai standar yg kita mau ✅



 5⃣ *maria susanti*
Apakah tolak ukur kita BERUBAH atau KALAH itu mesti 10.000 jam terbang dulu ya?Kalau masih seperti itu juga aktifitas kita tiap hari berulang2 sampe bertahun berarti kita sudah dibilang KALAH ya mba. Bisa tolong dijelaskan mba?

➡5⃣ Kalo menunggu 10rb jam terbang baru tersadar kalo KALAH kok ya sayang banget ya mba 😅
Bisa kita cek dari milestones yg sdh kita buat, jika tidak ada peningkatan segera evaluasi ✅



6⃣ *Nana*
Saya tertarik dengan penjelasan ibu septi di bagian pengembangan peran. Apakah ada tips nya, bagaimana agar kita bisa memulai, menemukan dan memperbanyak peran peran yang bisa kita perkaya bagi seorang ibu?

➡6⃣ Peran seorang ibu itu sangaat banyak, mengurus finansial, guru, koki, perawat dsb.
Pilih slh satu dr peran tsb , lalu tingkatkan levelnya secara bertahap mulai dari sekarang ✅



7⃣ *Diyan*
saat masih bekerja saya lebih saklek dg kerapihan rumah, jadi sering ngomel kl saat pulang rumah berantakan, terutama saat suami di rumah bersama anak. Saat sudah resign, saya berusaha untuk menurunkan target kerapihan rumah, lebih santai dan tidak pake ngomel-ngomel lagi. Tapi dalam hati saya ngedumel sendiri, saya jadi merasa ini tidak sehat, tapi ga mau pake ngomel jg. Saya cenderung cepat naik darah kalo kata orang.  Jadi bagaimana saya sebaiknya bersikap ya mbak?

➡7⃣ Pilih kondisi yg paling nyaman buat mb Diyan 😘✅



8⃣ *tantia*
Bagaimana menyikapi/ apa yg harus qt lalukan jika ada tamu yg tdk d undang, misal tetangga tanpa janjian datang, dan ngobrol panjang lebar sementara agenda qt belum selesai? D sisi lain tetangga tersebut juga butuh bantuan dr qt

➡8⃣ Kalo ini terjadi pada saya, saya akan luangkan sejenak waktu untuk tetangga tersebut , katakan 15-30 menit. Setelah itu saya akan katakan kalo ada urusan yg harus saya selesaikan, ngobrolnya disambung lain waktu ✅



9⃣ *Nia*
apakah bunda sebagai manajer keluarga harus bisa melakukan semua hal dengan tangannya sendiri? Di saat anak2 masih balita dan kndisi yg ga memungkinkan utk ada asiten rumah tangga atau sarana bantuan lainnya dlm rangka pendelegasian tugas, gmn mengatur semua tugas ibu? Skala prioritasnya bgmn?

➡ 9⃣ Prioritaskan yg paling PENTING dan MENDESAK dulu mb Nia , bertahap sampai yg paling TIDAK PENTING dan TIDAK MENDESAK




 🔟 *laela*
"Pendidikan anak sebagai aktivitas utama seorang ibu , jika harus mendelegasikan ke orang lain adalah pilihan terakhir"

Apakah disini bisa diartikan sebagai Home schooling adalah pilihan yang terbaik?
Atau tergantung pada anak, dan bagaimana melihat anak lbh cocok HS atau sekolah utk anak usia preschool (4-6 th)

➡🔟 Menurut saya bukan soal HS atau sekolah formal, pd dasarnya amanah yg kita emban sbg org tua adalah "Mendidik Anak" dengan ilmu dan akhlak yg baik. Jika kita merasa ilmu kita kurang, maka tugas kita untuk selalu upgrade kemampuan tsb ✅

*diskusi tambahan*
🔉 *Tria*
Jd sebenarnya, apakah kita yg menentukan kita sanggup utk HS atau anak yg menentukan dia mao sekolah formal atau HS dg kita di rumah?
➡Saya juga sempat galau menginginkan pendidikan yg terbaik utk anak2,, di saat pilihan utk hs menggiurkan.
Tapi mmg benar schooling atw unscholling,, mendidik adalah kewajiban ortu,, home education adalah keharusan bagi kita
➡Saya pribadi menyerahkan pilihan tsb kepada anak. Jika dia senang dg sekolah formalnya maka saya ajan berkolaborasi dg guru2nya, saling melengkapi , itu yg saya lakuian skrg
➡bu madrasah utama dan pertama,, sekolah hanya ikhtiar utk mengisi waktu anak saat sy tinggal bekerja di ranah publik.

[11/22, 8:54 PM] Septi Peni Wulandani: 2⃣ Mbak Prima, tetapkan prioritas terlebih dahulu, dan lakukan secara bertahap sedikit demi sedikit. Saya berikan contoh yg saya lakukan saat enes ara kecil ( jarak mereka 15 bln) dan saya tanpa ART

Saya komunikasikan dulu ke pak dodik, mana kondisi dari ketiga hal ini yg paling membuat pak dodik bahagia, silakan diurutkan.

1⃣Anak terurus dengan sangat baik
2⃣Makanan terhidangkan fresh dari tangan saya
3⃣Rumah rapi

Ternyata pak dodik memilih urutan 1⃣3⃣2⃣ akhirnya saya minta waktu per 3 bulanan unt bisa belajar setahap demi setahap dan satu persatu, sampai 3 kompetensi dasar tsb bisa saya penuhi kemampuan minimalnya.

Saya tambahkan sedikit. Tahapannya ya yg sdh pernah saya lakukan.

Pak Dodik itu tipe suami yg ingin rumahnya rapi terus.

Waktu itu saya berikan pilihan, karena saya bukan wonder woman 💪

Beliau pilih anak diurutan pertama

Tapi setiap jam 7 malam rumah rapi ya ( krn pak dodik waktu itu pulang kantor jam 7)

Saya penuhi hal tsb selama 3 bulan pertama

Setelah 3 bulan kedua, saya perpanjang jam rapi rumah demikian seterusnya, sampai 3 kompetensi dasar bisa terpenuhi semua. Kalau tidak bisa semua, kembali ke yg utama dan pertama.

Maka pahami kemampuan diri kita, komunikasikan dg orang sekeliling kita, terurama yg masuk di lingkaran 1 kita. ✅


_selanjutnya ke pertanyaan apakah pernah gagal?, *Sering*_

_karena dulu nggak pernah bikin jadwal harian_

👇

[11/22, 9:12 PM] Septi Peni Wulandani: 3⃣ Mbak Ratna, yg perlu diingat dalam menambah jam terbang adalah "kesungguhan praktek" tidak hanya "sekedar praktek".

Shg apabila kita 1-3 jam saja bersungguh-sungguh mengamati perkembangan anak kita. Bermain dg mereka shg bisa menambah  *kompetensi* kita sebagai ibu, karena kita menjalankan peran kita sbg ibu, maka sdh masuk hitungan jam terbang.

Karena ada ibu yg bersama anaknya full berjam-jam tapi tidak menjalankan peran keibuannya.

🍀Jadwal yang kita buat harian itu dalam rangka kita melihat " track" kita hari ini.

Maka ketika anak kita menjadi prioritas utama, usahakan jadwal kita yg menyesuaikan mereka.

Kemudian di sela waktu longgar kita, kembqli ke jadwal yg sdh kita susun.

Itu baru namanya flexible. Seperti lingkaran karet, ketika tracknya melingkar dg diameter tertentu, bisa kita regangkan dg diameter di luar track, tetapi habis itu bisa kembali lagi ke track semula.

Berbeda dengan lingkaran kawat, apabila kita bentangkan di luar track, tdk serta merta kembali ke bentuk semula. Bentuknya akan berubah dari track awal.

Semoga analog ini dipahami

Ini yg kadang kita banyak misspersepsi,

"Mengapa harus buat jadwal, jadi orang itu yg flexible saja"

Apa yg dimaksud dg flexible?

Biasanya banyak yg menjawab :
" santai, mengalir tanpa rencana" dan yg sejenis.

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai individu atau kelompok.

Kalau kemampuan itu kita lakukan tanpa kita punya ROAD MAP hidup, tanpa jadwal kegiatan penting hari ini, terlihat bahwa kita TIDAK PUNYA _TRACK_ YANG BENAR,

maka pasti hidup kita berantakan, mudah terbawa arus kemana angin berhembus.

No comments:

Post a Comment