4/17/17

MEMAHAMI GAYA BELAJAR ANAK, MENDAMPINGI DENGAN BENAR (Kelas Bunda Sayang Materi 4)

RESUME MATERI DAN DISKUSI
Senin, 17 April 2017

_Institut Ibu Profesional_
_Kelas Bunda Sayang  Materi #4_

*MEMAHAMI GAYA BELAJAR ANAK, MENDAMPINGI DENGAN BENAR*

Dulu kita adalah anak/murid yang selalu menerima apa saja yang diberikan orangtua/guru kita, apabila ada hal-hal yang belum kita pahami, lebih cenderung diam, tidak berani untuk menanyakan kembali. Karena paradigma yang muncul saat itu, banyak bertanya dianggap bodoh atau mengganggu proses pembelajaran.

Itu baru tingkat pemahaman, guru/orangtua kita sangat sedikit yang mau memahami bagaimana cara kita bisa belajar dengan baik, yang ada kita harus menerima gaya orangtua/guru kita mengajar.

Sehingga  anak yang gaya belajarnya tidak sesuai dengan gaya mengajar guru/orangtuanya, akan masuk kategori “siswa dengan tingkat pemahaman rendah” dan kadang mendapat label “bodoh”.

Jaman berubah, dan terus akan berubah. Sudah saatnya kita harus mengubah paradigma baru di dunia pendidikan. 

Dari sisi orangtua/pendidik:

*Apabila anak tidak bisa belajar dengan cara/gaya kita mengajar, maka kita harus belajar mengajar dengan cara mereka BISA belajar*

Dari sisi anak/siswa:

*Setiap anak/siswa PASTI BISA belajar dengan baik, setiap anak akan belajar dengan CARA yang BERBEDA*

Sudah saatnya kita belajar memahami gaya belajar anak-anak ( Learning Styles) dan memahami gaya mengajar kita sebagai pendidik ( Teaching Styles ) karena kedua hal tersebut di atas akan berpengaruh pada gaya bekerja kita dan anak-anak ( Working Styles ).

Karena kalau tidak, kita dan anak-anak akan masuk kategori masyarakat buta huruf abad 20, yang didefinisikan Alvin Toffler sbb :

*Mereka yang dikategorikan buta huruf di abad 20 bukanlah individu  yang tidak bisa membaca dan menulis, melainkan orang yang tidak mampu belajar, tidak mau belajar dan tidak kembali belajar*

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang gaya belajar ada baiknya kita memahami terlebih dahulu untuk apa anak-anak ini harus belajar. 

Ada 4 hal penting yang menjadi tujuan anak-anak belajar yaitu :

a.Meningkatkan Rasa Ingin Tahu anak ( Intellectual Curiosity)

b. Meningkatkan Daya Kreasi dan Imajinasinya ( Creative Imagination)

c. Mengasah seni / cara anak agar selalu bergairah untuk menemukan sesuatu ( Art of Discovery and Invention)

d.Meningkatkan akhlak mulia anak-anak ( Noble Attitude)

Fokuslah kepada 4 hal tersebut selama mendampingi anak-anak belajar. Buatlah pengamatan secara periodik, apakah rasa ingin tahunya naik bersama kita/selama di sekolah? Apakah kreasi dan imajinasinya berkembang dengan bagus selama bersama kita /selama di sekolah? Apakah anak-anak suka menemukan hal baru, dan keluar *Aha! Moment*( teriakan “Aha! Aku tahu sekarang” atau ekspresi lain yang menunjukkan kebinaran matanya) selama belajar?

Apakah dengan semakin banyaknya ilmu yang anak-anak dapatkan di rumah/di sekolah semakin meningkatkan akhlak mulianya?

 

Setelah memahami tujuan anak-anak belajar baru kita memasuki tahapan-tahapan memahami berbagai gaya belajar anak-anak.Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik.

Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. 

Modalitas belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak  melalui indra yang kita miliki. 

Tiga macam modalitas belajar anak:

☘Auditory  : modalitas ini mengakses segala macam bunyi, suara, musik, nada, irama, cerita, dialog, dan pemahaman materi pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan lagu, syair, dan hal-hal lain yang terkait.

☘ Visual : modalitas ini mengakses citra visual, warna, gambar, catatan, tabel diagram, grafik, serta peta pikiran, dan hal-hal lain yang terkait.

☘ Kinestetik: modalitas ini mengakses segala jenis gerak, aktifitas tubuh, emosi, koordinasi, dan hal-hal lain yang terkait.
             

Mari kita pahami gaya belajar tersebut secara detil, kita pahami ciri-cirinya dan bagaimana strategi kita untuk mendampingi anak-anak dengan gaya belajarnya masing-masing.
 

📌GAYA BELAJAR VISUAL ( Belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi anak yang bergaya belajar visual, mata / penglihatan (visual) memegang peranan penting dalam belajar, dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan ibu/guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.

Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya/ibunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. 

📌 Ciri-ciri gaya belajar visual :

🌷Bicara agak cepat

🌷Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

🌷Tidak mudah terganggu oleh keributan

🌷Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

🌷Lebih suka membaca dari pada dibacakan

🌷Pembaca cepat dan tekun

🌷Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

🌷Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

🌷Lebih suka musik

🌷Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

📝Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

📝Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.

📝Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

📝Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

📝Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

📌GAYA BELAJAR AUDITORI (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara. Anak yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka ibu/ guru sebaiknya harus memperhatikan siswa/anaknya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru/ibu katakan.

Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori dibandngkan dengan mendengarkannya.

Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

            
📌Ciri-ciri gaya belajar auditori :

🌷Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri

🌷Penampilan rapi

🌷Mudah terganggu oleh keributan

🌷Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

🌷Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

🌷Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

🌷Biasanya ia pembicara yang fasih

🌷Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

🌷Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

🌷Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual

🌷Berbicara dalam irama yang terpola

🌷Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

📌 Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

📝Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.

📝Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

📝Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

📝Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

📝Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

📌  GAYA BELAJAR KINESTETIK (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Anak  yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan

📌  Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :

🌷Berbicara perlahan

🌷Penampilan rapi

🌷Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

🌷Belajar melalui memanipulasi dan praktek

🌷Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

🌷 Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

🌷Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

🌷Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

🌷Menyukai permainan yang menyibukkan

🌷Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

🌷Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

📝Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

📝Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

📝Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

📝Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.

📝 Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik

Ketika belajar memahami anak-anak, sejatinya kita sedang belajar memahami diri kita sendiri. Apabila bunda semuanya bisa melihat gaya belajar anak-anak karena sering mengamati perkembangan mereka, maka kitapun akan dengan mudah mengamati gaya belajar kita, gaya mengajar kita dan gaya bekerja kita.

Hal ini akan lebih membuat kita bahagia menjalankan proses belajar. Dijamin proses belajar juga tidak akan pernah berhenti dari buaian sampai ke liang lahat.

 

Anak-anak sangat menyukai bermain, karena energi yang dimunculkan ketika bermain tidak akan pernah habis. Apabila kita bisa memaknai belajar dan bekerja selayaknya anak-anak bermain, sudah dapat dibayangkan betapa asyiknya belajar dan bekerja dalam kehidupan ini. Karena setiap saat anak-anak akan menemukan energi yang terbarukan dalam proses belajarnya dan kita akan mendapatkan energi yang terbarukan dalam proses bekerja.

*Don’t Teach me , I Love to Learn*

 Salam Ibu Profesional,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

📚Sumber Bacaan:

_Gordon Dryden and JeanetteVos, The Learning Revolution, ISBN-13: 978-1929284009_

_Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Kaifa, 2014_

_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Memahami Gaya Belajar Anak, GazaMedia, 2016_

DISKUSI MATERI 4

🌸Catatan Teh Ai 🌸

Sebelum menjawab pertanyaan yang masuk, saya ingin menyampaikan 1 hal yang penting untuk disadari oleh teman2 disini.

Dalam pendidikan anak2 di rumah (home education) peran kita orang tua adalah sebagai fasilitator (pemandu). Tugas kita adalah memberikan stimulus (rangsangan) agar anak tertarik untuk mempelajari sesuatu (memunculkan fitrah belajarnya).

Kita boleh mengajarinya saat anak kita meminta (saat anak sudah merasa butuh untuk belajar).

Karena penyakit orang tua saat ini adalah ingin menjejali anak kita dengan berbagai ilmu yang kita ingin anak kita menguasainya secepatnya, apalagi bila anak tetangga (anak teman) sudah hebat, bisa membaca/menulis/berhitung/hafal qur'an/doa/hadits dan sebagainya. Banyak orang tua yang menitipkan mimpinya pada anaknya, bukan merangsang anak agar mempunyai mimpinya sendiri. (Maaf, mengingatkan diri sendiri)

Terapkan saja 4 learning model yang telah dan sering disampaikan oleh bu Septi, yg biasa disingkat I CAN :
1. Intelectual curriosity
2. Creative immagination
3. Art of discovery and invention
4. Nobel attitude

Pertanyaan:
1⃣Bunda Ika Puspitaningtyas

Setelah sy baca materi ke empat ini dan sy amati gaya belajar pada kedua anak sy, rasanya tidak ada yg dominan di salah satu gaya belajar. Mereka berdua sama2 cenderung auditori dan visual. Yg ingin saya tanyakan apakah harus ada satu gaya belajar yg dominan? Kalau ternyata perpaduan antara dua gaya belajar bagaimana cara utk mengoptimalkannya?

Jawaban:

1⃣ Bunda Ika Puspitaningtyas

Setiap orang punya gaya belajar masing2.. bisa dominan satu gaya belajar atau bahkan memiliki ketiganya..
Terus saja diasah dengan memberikan stimulus kegiatan2 yg menarik sesuai usianya.
Dengan menggunakan cara2 I CAN seperti yg teh Ai jelaskan diatas juga sering dibicarakan oleh bu Septi.
Atau boleh juga ditambahkan dengan pertanyaan2 dengan menggunakan kalimat tanya
Bagaimana? Mengapa? Mengapa Tidak? (Bisa mulai diterapkan untuk anak usia diatas 9 th)
Pertanyaan2 itu bisa dijadikan acuan agar anak lebih kreatif dalam berpikir.

Pertanyaan:
2⃣Bunda Mila

A. Di artikel yg tadi diposting utk anak kinestetik bisa dgn bbrp strategi belajar misalnya dg bnyk bergerak, tidak terlalu lama belajar, dan bisa mengunyah permen karet.
Nah yg aku bingung, pernah denger ustadz ceramah ttg adab belajar dlm Islam, jadi anak kinestetik pun hrs bisa dilatih utk duduk menyimak guru, tidak boleh sambil berjalan, apalagi makan.
Jadi gimana yg bener ya

B. Kebetulan anak saya tipe kinestetik dan ada sensory disorder pula (ada sedikit gangguan pada taktil, vestibular, proprioseptif) . Bagaimana cara mengajarkan anak yg memiliki sensory disorder?

Jawab:
2⃣ bunda Mila

A. Seorang ustadz yg ceramah tentang adab belajar dalam Islam itu menyampaikan secara global tidak spesifik, dan audience yang menyimak pun rata2 sudah mencapai aqil baligh. Kalau untuk umat muslim yg menuntut ilmu iya, memang ada adabnya dan kurang lebih seperti itu. Bahkan ketika guru memberikan punishment kepadanya pun, sang penuntut ilmu harus berprasangka baik bahwa itu semata-mata untuk kebaikan dan melatih disiplin.

Tapi jika dikaitkan dengan gaya belajar yang sudah spesifik misal gaya kines, maka cara yang disampaikan dalam materi 4 ini bisa dicoba. Anak yg memiliki gaya belajar kines itu belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Silahkan diberikan stimulus yg sesuai dengan hal itu. Dan jangan dipaksakan terlalu lama belajar. Biasanya dia akan bosan.

B. Untuk hal ini mohon maaf saya kurang memahaminya.
Mungkin bisa perbanyak informasi dari seorang psikolog.

Dan cari kelebihan anak, lalu kembangkan agar jadi kemampuan yang bisa ia banggakan, dan menjadi bekal di masa depan.

Tambahan dari Bunda Ardaniya:
Apakah ananda sudah pernah di asesmen, Mba? Kalau sensory disorder, cenderung akan timbul masalah lebih ke emosinya. Kalau kognitif, tergantung sejauh mana sensory disordernya. (Boleh bantu jawab ya Teh Ai dan Mba Zy)

Tanggapan dari Bunda Mila:
Iya mbak Ika, anakku sudah diassess sama dokter anak, psikolog serta terapis, sensory integration disorder/sensory processing disorder.
Bener banget mba Ika, anakku jd bermasalah di emosinya.

Pertanyaaan:
3⃣ Bunda Wiwit

Masyaa Allah..materi ke-4 ini semakin mengerucut teknis. Setelah materi komunikasi produktif,kemandirian, dan kecerdasan skrg lebih teknis menuju memahami gaya belajar anak..sukaaa sekali dg susunan materi yg sgt sistematis ini. Terima kasih Bu Septi & tim fasil.

A.  Mengenai 3 tipe gaya belajar anak, mhn saran apakah setiap anak sebaiknya khusus difokuskan dg 1 gaya belajar saja atau tidak apa bila ternyata anak trsbut mempunyai lebih dr 1 gaya belajar?
Anak saya (5,5 thn) stelah saya melakukan pengamatan: dia kombinasi antara Visual dan Auditory.
Jg didukung dg tes potensi bakat jg menunjukan hal yg sama :50% visual & 50% auditory.
Mhn saran dr tim fasil

B. Dr materi saya memahami pentingnya Learning Style, Teaching Style hingga nantinya mempengaruhi Working Style kita.

Mhn penjelasan dr tim fasil,
Mana yg paling mempengaruhi lebih dahulu.
Ketika kita mengajarkan dg gaya kita (teaching style), anak jg terpengaruh dan mengikuti gaya kita cara belajarnya (learning style).

Atau memang sdh alamiah saja terjadi ya?.

Saya amati saya dan anak saya krg lebih sama dlm modalitas belajarnya.

Jawab:
3⃣ Bunda Wiwit

Bunda Wiwit, menjawab pertanyaan yang ke dua ya, karena pertanyaan pertama mirip dengan pertanyaan sebelumnya.

Menurut saya, memahami gaya belajar anak tentunya lebih penting.
Dan sesuai pengalaman saya, dengan memahami ciri2 gaya belajar dan strateginya, secara tidak langsung kita akan berkaca pada diri, bagaimana cara kita belajar dulu saat masih sekolah dan siapa guru yang kita sukai dan bagaimana cara beliau mengajar. Dari memori tersebut, kita juga bisa memahami kenapa kita dulu suka akan pelajaran yg satu dan tidak suka dengan pelajaran yang lain, faktor apa yg mempengaruhinya.

Saya ulangi, bahwa yang paling penting tugas kita sebagai orang tua adalah memberikan stimulus agar sadar akan pentingnya belajar (menumbuhkan fitrah belajarnya). Karena kalau anak sudah ingin tahu, dia tidak akan menyerah sampai bisa mengetahui dan memahaminya.
InsyaAllah...
Alhamdulillah, patut disyukuri jika modalitas anak dan mbak wiwit cenderung sama, berarti akan lebih mudah dalam menerapkan methode belajarnya.

Tanggapan 1 dari Bunda Mila:
Maaf mau tanya,jadi teh Ai sebaiknya teaching style kita mengikuti gaya belajar anak?

Jawaban dari Teh Ai:
Tentu, mbak mila... karena yang belajar kan anak kita. Walaupun akan sangat menantang dalam hal ini. Itulah perlunya kita belajar sepanjang hayat.

Tambahan dari Mba Zy:
Menurut saya juga begitu.
Karena jika dipaksakan sesuai dengan gaya mengajar kita.. maka anak akan merasa terpaksa

Tanggapan 2 dari Bunda Nikha:
Anak pertama saya (7th) tipe belajarnya visual, anak kedua (5,5th) auditori. Saat mereka minta belajar bersamaan pd saya, yang terjadi dua2nya kayak stres sendiri. Saling merasa terganggu. Sedangkan saat diajak untuk bergiliran, malah jadi nangis sendiri2. Masing2 merasa dirinya yang duluan minta belajar. Ada saran untuk saya?

Jawaban dari Teh Ai:
Mungkin bisa diajak bekerja sama, sang kakak yang visual membacakan dengan suara keras untuk sang adik yang auditory.

Tanggapan 3 dari Bunda Nurul Narulitasari:
Ada tipskah untuk anak kinestetik agar bisa belajar optimal bersama teman2nya dan guru di sekolah. Kalau di rumah kita bisa mengikuti gayanya. Bagaiman jika di bersama orang lain?

Jawaban dari Teh Ai:
Memang dalam berbagai kasus, anak yg kinestetik cenderung mengalami kesulitan untuk belajar dikelas bersama dengan teman2 yang lain.

Bisa disiasati dengan meminta izin pd guru dan teman2nya, agar bisa mengunyah permen karet saat belajar.

Ata solusi yang terbaik, adalah mempersilahkan mereka belajar di sekolah alam. Atau di rumah.

Tambahan Jawaban dari Mba Zy:

Mungkin yg pertama yg perlu ditanamkan pada anak kinestetik jika sedang berada di sekolah atau belajar ditempat yg umum adalah caranya berkomunikasi.
Latih agar anak kines bisa menyampaikan apa yg menjadi keinginannya dalam belajar. Sehingga guru atau temannya paham bahwa hal apa yang membuatnya nyaman saat belajar..
Sehingga teman atau gurunya berusaha menerima hal itu..

4⃣ Bunda Laela
Ke dua anak saya mempunyai gaya belajar gabungan ( tidak spesifik pada satu saja)

A.
Aida 7 th di masa kecilnya gaya belajar auditory nya sangat menonjol, di umur 5 tahun sudah hafal juz 30 hanya dengan mendengar murattal yg diulang ulang dan talqin dr saya, diusia 6 tahun saat menghagal juz 29 dengan metode yang sama di usia balita nya tidak mempan, dan proses nya sangat lamban, ketika dia sudah bisa membaca alqur'an proses menghafalnya kembali cepat sehingga dia dapat menyelesaikan hafalan juz 29 nya 70% dengan cara membaca alqur'an, setelah bisa membaca alquran dgn lancar.
Begitu juga dengan membaca, dia lebih suka diam dan membaca cepat di tempat sepi, tapi dia juga suka berpura2 pidato, atau sebagai penyiar berita atau orasi di depan kami.

Bagaimana menyikapiya untuk anak yang tipe belajar kombinasi auditory dan visual seperti dia?

B.
Alya umur 4 th, tidak pernah betah duduk lebih dari 20 menit, diajarkan hafalan dan doa dengan di tlqin pun tidak bisa hafal hafal selalu igin bergerak, disisi lain dia anak yang tenang tidak mudah terganggu ketika sedang bermain yang disukai, dia suka melihat lambang lambang dan hafalan nya maju pesat ketika saya coba mengajari dengan duduk berhadap hadapan dan meminta dia melihat gerakan mulut saya dan mengikutinya.

Apakah benar gaya belajar alya kombinaasi visual dan kinestetik? Karena saya sampai saat ini belum yakin dan bagaimana cara menyiasati nya utk metode ajarnya

4⃣ Jawab :
Bunda Laela, syukur alhamdulillah, anak2nya sudah mau menjadi penghapal al-qur'an sejak dini. Itu adalah anugrah yang sangat luar biasa.

A. Anak balita/tepatnya todler, pada umumnya memiliki gaya belajar auditori dan kinestetik. Jadi wajar, saat sebelum usia 5 tahun bisa distimulus dengan sering2 memperdengarkan rekaman murotal secara berulang, akan banyak terserap oleh anak.
Setelah usia 5 tahun, baru akan terlihat ciri khas gaya belajarnya, mana yang akan lebih menonjol.

Untuk strategi belajarnya, silahkan baca kembali materi, disana sudah dipaparkan.

B. Subhanallah untuk anak usia 4 tahun bisa bertahan sampai 20 menit, karena pada umumnya konsentrasi anak itu adalah 1 menit × usianya. Jadi rentang konsentrasi anak usia 4 th rata2 adala 1 menit × 4 = 4 menit.

Jadi perlu diselingi dengan ice breaking, agar anak bisa duduk lagi.

4 menit belajar, 4 menit permainan, atau bermain sambil belajar.

Saran saya, terus lakukan pengamatan, karena usia 4 th belum bisa dipastikan gaya belajarnya secara pasti. ✅

No comments:

Post a Comment