2/17/17

Aliran Rasa Komunikasi Produktif IIP Bunda Sayang

Hari libur ini, anak-anak alhamdulillah masih tidur pulas di kamar, ayah sedang ada acara reuni kampus di Bandung, menu ayam ungkep bawang putih sudah selesai dimakan tadi siang, cucian semalam sudah kering, tumpukan setrikaan yang menggunung sebagian besar sudah rapi dan dilipat ala konmari di lemari masing-masing, buku-buku sudah punya rumah raknya yang baru, sepatu-sepatu juga sudah tidak tampak berserakan kini di raknya yang tertutup, bunga-bunga di halaman depan dan belakang sudah semakin rimbun dan rapi, tugas kuliah online dan offline hampir semua bisa dikerjakan.
Daftar yang membuat saya bersyukur ini bisa terus bertambah panjang, karena nikmat yang diberikan Allah Ta'ala itu haqqul yaqin tidak mungkin bisa jika kita hitung, saking banyaknya.

Sebulan ini, tugas di Bunda Sayang Institut Ibu Profesional, adalah tentang Komunikasi Produktif, terus terang begitu banyak membantu saya untuk berhenti, fokus, merenung, memperbaiki, mengulang yang baik dalam hal berkomunikasi dengan diri sendiri, pasangan dan anak-anak. Tiga aspek yang paling dekat dengan diri pribadi dan insya allah sangat bisa dipraktikkan dengan pihak dan lingkungan di luar rumah. Sebenarnya, penting dan sangat vital sekali peran komunikasi ini dalam keluarga, bahkan saking pentingnya, apa yang keluar dan terucap dari mulut orang tua akan sangat berpengaruh terhadap jiwa seorang anak. Jika gampang emosi, mudah meremehkan, tidak sabar, maka sudah pasti anak-anak kita nanti akan meniru persis apa yang kita ucapkan. Namun sebaliknya, jika tutur kata yang diucapkan orang tua adalah perkataan yang baik, penuh hikmah, mengandung ketegasan, insya allah akan berdampak baik pula bagi jiwa seorang anak.

Pelan-pelan, semua orang tua saya yakin bisa memperbaiki kualitas komunikasi di dalam keluarga, dengan bekal tekad dan komitmen yang kuat. Asalkan prinsip utama ini selalu diingat, I am responsible for my communication result, bahwa respon dan reaksi dari komunikasi kita adalah hasil dari cara berkomunikasi kita sendiri. Tanpa disadari, mungkin gaya komunikasi saya sudah masuk di level auto pilot, dan bisa jadi bahaya karena saya tidak tahu apakah komunikasi sebelumnya itu sudah benar atau tidak. Misalnya, menyuruh anak untuk melakukan sesuatu dengan mengimingi atau mengancam. Ternyata, setelah dipelajari ada teknik persuasi untuk mengajak anak kita mau melakukan sesuatu. Inilah sebenarnya mengapa belajar itu penting buat saya, karena walaupun tertatih, tapi paling tidak ada alarm buat saya, jika pesan dalam komunikasi lebih banyak mengandung 12 Gaya Komunikasi yang salah (ada di posting sebelum ini), alarm ini yang mengingatkan saya untuk beristighfar, dan kembali pada bahasa yang santun.

Mudah-mudahan sepanjang hidup kita sebagai orang tua, terus diisi dengan ilmu dan ilmu. Agar anak-anak kita bisa menjadi bagian dari generasi Rabbani.

Cimanggis,
18 Feb 2017

No comments:

Post a Comment