2/9/17

Day 10 Level 1 TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIkASI PRODUKTIF KOMUNIKASI KELUARGAKU

Hari ini untuk kesekian kalinya saya belajar tentang sabar dan dibuat malu hati oleh anak sulung saya.

Siapa yang suka pakai Raket listrik untuk membunuh nyamuk? Pasti setuju kalau alat ini walau sedikit ringkih, ga boleh jatuh dari ketinggian, harus rajin di recharge, dan disimpan dari jangkauan balita yang sedang aktif dan penuh rasa ingin tahunya. Nah, hari ini saya sempat merasa kesal sekali karena setelah dibuka tutup sama Fikriy, Raket listrik ini tiba-tiba tidak lagi bisa menyala lampu Indikator hijau tanda sengatan listrik ya bekerja. Duh kesal karena benda yang sebenarnya tidak terlalu mahal tapi penting ini, ga bisa ditahan lagi rasanya. Karena untuk ke sekian kalinya, benda penting yang dipegang dan dioprek Fikriy akhirnya kandas dan rusak.
Saking kesalnya, saya keluar ke kamar utama, mengunci pintu, dan mencoba sendiri mengutak atik dengan harapan Raket nyamuk ini kembali menyala. Namun hasilnya nihil. Tambah gemes deh.
Fikriy yang merasa bersalah, berulang kali mengatakan maaf, namun entah kenapa rasanya permintaan maaf itu pasti ntar bakal kejadian lagi dengan kerusakan mainan atau barang penting lainnya di rumah.
Tapi saya merasa, ini hal yang sepele, dan belum tentu juga fikriy yang salah, barangkali perlu direcharge, atau memang udah segitu umur Raket listrik nya hehehe.
Saya buka kamar dan menghampiri fikriy serta mahira, kemudian melihat ada mainan anak yang memiliki besi di bagian ujungnya, langsung  terpikir untuk mengecek sengatan listrik. Alhamdulillah ternyata masih bisa, yesssss!
Dalam sebentar, suasana hati saya menjadi berubah.
Tau ga, ternyata anak kecil dianugerahi perasaan yang suci dan penuh kepekaan. Melihat suasana hati yang berubah tadi, fikriy lantas menghampiri saya dan menanyakan, ummi kenapa udah ga marah lagi?
Dalam hati, saya malu sekali..
Malu karena hanya karena sebuah Raket nyamuk, saya bisa sebaper ini, malu karena memberikan maaf aja susahnya bukan Main padahal fikriy sudah dengan tulus meminta maaf.. Saya bayangkan, bagaimana kalau Allah Ta'ala baper sama saya.. Astagfirullah, maafin ummi yaa, Fikriy.
Akhirnya saya jelaskan, mengapa saya marah tadi, dan menasihati fikriy untuk tidak sembarangan memegang dan membongkar peralatan rumah tanpa seizin saya atau ayahnya..
Hari ini, saya kembali diingatkan melalui fitrah suci seorang anak kecil..

#hari9
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip


No comments:

Post a Comment