3/7/17

Tantangan 10 Hari Kemandirian One Week One Skill Day #9

Tantangan 10 Hari Kemandirian One Week One Skill Day #9

Minggu kedua di kelas level 2 Bunda Sayang, ummi ingin menggali potensi kemandirian emosional Fikriy. Diterangkan bahwa "Bekal pokok dari kemandirian emosional adalah pengenalan diri yang diikuti dengan penerimaan diri, kemudian pengendalian diri" .

Menjelang usia 4 tahun, Fikriy sekarang di masa serba ingin tahu, ada saja yang ditanyakan, mengapa begini, mengapa begitu, kemudian juga yang jelas terlihat adalah ke-aku-an nya yang tinggi, paling nyata kalau sedang makan, bermain dengan adiknya. Ini punya Mas, itu punya adik. Kalau adiknya iseng mengambil, sudah pasti pecah teriakan fikriy yang kesal diganggu. Tinggal saya yang kadang sengaja membiarkan bagaimana fikriy menghandle situasi tersebut.
Mengenai emosinya yang terkadang belum bisa dikontrol dengan baik di berbagai suasana, apalagi jika sedang lapar, bosan, mengantuk, kadang ummi juga kehabisan akal mengatasi situasi sulit terlebih di tempat umum.

Sehingga untuk melatih kemandirian emosional ini, maka sumber utama yang mendasar adalah mengenali diri. Sebenarnya apa yang dirasakan sehingga respon yang ummi berikan kepada fikriy bisa lebih tepat. Kemudian, ummi juga ingin mengajarkan tepatnya memperkenalkan tentang akhlak mulia, agar kelak fikriy menjadi seorang muslim yang berakhlak baik kepada siapa saja.

Perhatian orang tua kepada anaknya juga dalam hal akhlaknya.
Anak harus diajarkan akhlak yang mulia, jujur, berkata baik dan benar, berlaku baik kepada keluarga, saudara, tetangga, juga menyayangi yang lebih kecil serta menghormati yang lebih tua, dan yang harus menjadi penekanan utama adalah akhlak (berbakti) kepada orang tua.

Sumber: https://almanhaj.or.id/1048-kewajiban-mendidik-anak.html

Pekan lalu, kami menghabiskan waktu di sebuah playground di Depok, sambil menunggu uti dan kung yang ada keperluan. Nah, supaya anak-anak tidak bosan, maka dipilih lah arena bermain playground yang cukup bersih dan rapi di dalam mall. Ada dua playground yang tersedia, namun baru satu yang buka sehingga kami memutuskan untuk masuk ke playground yang buka lebih awal. Fikriy dan mahira sangat menikmati, siapa sih yang tidak suka disuruh bermain melompat, memanjat, main perosotan, mandi bola hihihi. Tak terasa, waktu untuk menjemput kung dan uti sudah tiba, sementara mahira terlihat sudah kecapaian dan fikriy juga demikian. Namun, entah kenapa tiba-tiba fikriy meminta agar kami melewati playground yang satunya (yang belum buka saat kami tiba), dan insting saya mengatakan kalau lewat ke daerah itu mungkin fikriy akan tantrum.

Dan benar saja, fikriy yang biasanya bisa dibujuk dengan cara diberikan pengertian, siang itu tiba-tiba menjadi sangat emosional, memaksa untuk main di playground tersebut, sambil merengek pelan, yang kemudian berubah menjadi tangisan yang histeris. Namun, sudah menjadi prinsip bagi ummi dan ayah, bagaimana pun merengek dan menangis, kami tidak akan mengikuti kemauan anak dengan konsekuensi dilihat oleh pengunjung mall mulai dari depan playground, sampai masuk ke lift, menuju parkiran dan sampai di mobil.
Sampai kami tiba di tempat menjemput kung dan uti pun, fikriy masih menangis mengiba sambil sesekali memukul ummi. Sepanjang jalan menuju ke tempat makan siang, fikriy terus menangis sampai sekitar 1 jam. Akhirnya tertidur sambil sesunggukan.

Sepanjang perjalanan dan menangis itu, kami sampaikan kenapa tadi tidak mengabulkan permintaannya untuk bermain walaupun sepertinya tidak didengarkan. Hanya saja ketika akhirnya tertidur dan sampai di restoran, ummi sengaja menunggu sampai emosi fikriy lebih tenang, sambil meminta maaf karena mungkin fikriy lapar, atau mengantuk yang menyebabkan tantrum. Alhamdulillah, sambil mengobrol ringan, sambil mengiming-imingi kepiting nya udah menunggu hihihi, fikriy akhirnya mau turun dengan mood yang sudah berubah 180 derajat. Tetap semangat ya, Fikriy! You are my sholeh boy.

No comments:

Post a Comment