3/5/17

Tantangan 10 Hari Kemandirian One Week One Skill Day #6

Bismillahirrahmanirrahim,

Minggu kedua di kelas level 2 Bunda Sayang, ummi ingin menggali potensi kemandirian emosional Fikriy. Diterangkan bahwa "Bekal pokok dari kemandirian emosional adalah pengenalan diri yang diikuti dengan penerimaan diri, kemudian pengendalian diri" .

Memasuki usia hampir 4 tahun, proses kemandirian emosional Fikriy seperti anak-anak lainnya terus berkembang. Hal yang paling kentara adalah munculnya jiwa serta keinginan yang kuat jika menginginkan sesuatu. Ketika sudah mupeng banget inilah proses melatih kemandirian emosional menjadi wadah belajar bagi kami orang tuanya maupun fikriy sendiri. Ummi ingin sharing sedikit tentang pengalaman hari ini yang mudah-mudahan bisa menjadi catatan pembelajaran untuk ke depan agar lebih memacu semangat kami orang tuanya untuk mengasah kemandirian emosional putra putri kami.

Hari ini sangat spesial karena uti dan kung - nya fikriy berkunjung ke rumah dari bandung karena ada keperluan yang harus dilakukan di depok. Sejak sebelum tiba rumah, kami sudah sounding ke anak-anak bahwa uti dan kung akan datang dan akan diantarkan ke daerah Cinere pada hari ahad pagi. Anak-anak cukup kooperatif saat diminta untuk bersiap-siap, apalagi si adik yang masih kecil dan belum bisa menolak saat saya mandikan pagi-pagi hihihi.

Nah, ketika semua sudah mandi dan berpakaian rapi, tinggal fikriy saja yang belum bersiap. Duh padahal acara uti dan kung akan dimulai pukul 8.30 di daerah yang berjarak sekitar belasan kilo dari rumah kami. Biasanya urusan mandi, bukan hal yang payah untuk fikriy, tidak perlu pakai dibujuk. Cuman hari ini, rada spesial karena saat ummi mengajak fikriy mandi, hanya dijawab dengan gelengan kepala dan jawaban tidak mau dari mulut fikriy. Memaksanya mandi dengan nada yang lebih tinggi hanya akan sia sia, karena sudah pasti fikriy tidak akan  mau dan mungkin akan menangis lebih kencang dan akibatnya merusak mood yang mungkin akan memperburuk suasana.
Tak lama, melihat fikriy yang masih enggan juga mandi, ummi mengambil akal lain, yaitu segera bersiap dengan memakai baju serta gamis yang rapi. Alhamdulillah cara ini cukup berhasil, yang tadinya fikriy tidak mau mandi, akhirnya menjawab kalau dia ingin mandi dengan air hangat. Padahal ini anak sangat jarang mandi dengan air hangat, lho. Duh, ada aja ya ujian kesabaran yang menimpa ummi hihi. Tapi akhirnya ummi ikuti dengan segera memasak air di ceret air.
Ketika air panas sudah siap, segera ummi bawa ke kamar mandi agar fikriy mau bersiap mandi. Namun ternyata, tidak semudah itu mengajaknya bersiap. Ia lantas menjawab kalau dia mau sarapan dan makan coco crunch nya dulu. Duh rasanya pengen ngomel tapi ummi menahan diri agar tidak terlepas dari mulut ummi. Akhirnya ummi buatin dulu sarapan instan nya, dengan janji setelah habis, langsung mandi dan bersiap. Saat fikriy makan itulah, saya segera berkemas dengan sigap.

Ternyata benar, fikriy memenuhi janjinya untuk mandi setelah ia memperlihatkan mangkuk yang bersih. Proses bersiap menjadi lebih mudah, karena fikriy merasa dia didengar. Ummi pun belajar beberapa hal dari kasus pagi ini. Pertama, ada kebutuhan anak yang merasa ingin didengar walaupun terkesan  sepele. Kedua,mengajarkan anak untuk menerima konsekuensi yang sudah dipilih. Kami pun bersegera berkemas dan berangkat dengan senang, alhamdulillah 😊

Walaupun sudah berulang kali berkata pada diri untuk selalu sabar, terkadang praktiknya memang membutuhkan stok sabar yang luar biasa ya. Anak-anak mengingatkan dan membuat hati ummi malu, berkali-kali, karena seringnya hal-hal remeh menjadikan ummi ga sabar dan marah. Tetap semangat dan semangat untuk terus berbuat yang terbaik dalam melatih kemandirian anak-anak!

Ini cerita kami melatih kemandirian emosional :)

  

No comments:

Post a Comment