6/14/10

Mengapa Berdo'a, Sahabat?

Quoted from this morning show, Indahnya Shadaqah

Syekh Ali sedang memberikan ilmunya kepada Majelis program rutin saat TV baru aku nyalakan. Sudah berminggu-minggu tak sempat kusimak. Kantuk sangat itu susah sekali kulawan. Ah, menyesalnya kenapa kemarin-kemarin tidak memaksa mata untuk terbuka saja barang 30 menit sebelum ke kantor, supaya 'sarapan' untuk jiwa tidak terabaikan...

Kalimat-kalimatnya lalu lalang, keluar masuk telinga ke jiwa yang masih berupaya sadar seratus persen. Supaya siap menerima pencerahan. Supaya tidak terlalu mengantuk, padahal mungkin beberapa jam lalu sebelum terbangun, pedagang kaki lima sudah mulai dagang di pasar, atau penyapu jalan sudah giat dengan sapunya. Ah, kadang kita memang sedikit lemah saat semuanya serba ada.

"Mengapa do'a kita (belum) dikabulkan ?", kata Syekh Ali dalam ceramahnya.

Nah, itu dia ujarku!
Mengapa? Kenapa kalau aku sudah menghamburkan sejuta kata permohonan, kadang ada doa yang belum Allah SWT kabulkan?
Apa yang belum aku lakukan?

"Mengapa, sebenarnya kita perlu berdo'a?", tanyanya lagi.

Yaa, soalnya kan aku meminta hal-hal yang ngga bisa aku pinta dan harapkan dari manusia yang sombong itu, syekh!

Saat dia menjelaskan,, aku terdiam.
Merenungkan atau mencoba untuk benar-benar merenungkan kata-katanya. Dan memantulkan jawaban itu ke hatiku.


Syekh Ali bilang begini kira-kira:

Manusia itu, sudah tahu ada syurga,, tapi kenapa tidak pernah benar-benar melarikan dirinya untuk mengejar syurga itu

Manusia itu, sudah tahu ada neraka, tapi kenapa tidak pernah benar-benar melarikan dirinya supaya terhindar dari neraka itu

Manusia itu, sudah tahu ada kematian, tapi kenapa tidak pernah benar-benar melarikan dirinya agar siap menghadapi kematian itu



Syekh Ali melanjutkan lagi ceritanya, tentang usaha seorang pengamen di jalan raya kota Jakarta. Pernah kan, kalau misalnya kita sedang naik kendaraan probadi terus ada pengamen yang menghampiri, kadang-kadang ia begitu ngotot dan sabarnya dengan terus bernyanyi walaupun suaranya ngga bagus-bagus amat? Terus biasanya kalau pengamen itu udah sebegitu ngototnya, kadang-kadang Anda yang awalnya tidak berniat memberikan 500 perak atau selembar uang ribuan, bisa saja berganti pikiran dengan memberikan uang kepada pengamen itu? Kalau lagi baik, kadang mungkin yang keluar uang warna merah. Sepuluh ribu maksudnya, kalau seratus ribu kan kemahalan buat kebanyakan kita ;)

Syekh Ali mengilustrasikan cerita pengamen itu ke diri kita seperti ini. Kalau manusia sebegitu besar menaruh harapan kepada manusia lainnya. Kenapa kita, tidak melakukan hal yang sama kepada Yang Menciptakan umat manusia itu? Kenapa kita belum ngotot seperti pengamen itu untuk berharap kepada Yang Maha Memberi?

Kenapa meminta? Kenapa berdoa?
Lantas, kalau kita yang hidup di dunia ini tidak meminta dan menggantungkan harapan kepada Yang Memberikan harapan...lalu kita mau kemana pergi untuk berharap? Mau kemana menghadap? Mau kemana berkeluh?

Kajian pagi tadi ditutup dengan informasi waktu-waktu yang Insya Allah baik untuk berdoa (walaupun menurut saya Allah SWT Maha Mendengar doa kita kapan saja dan dimana saja :),
- saat turun hujan
- saat jeda setelah azan dan sebelum iqamat
- saat dalam perjalanan (musafir)
- saat tengah malam
- saat bersujud
- sisanya saya lupa, maaf

Untuk adab berdoa, yang saya ketangkap saat mendengarkan nasihat Syekh Ali adalah menundukkan hati dengan benar-benar berharap kepada Allah SWT dan terus berprasangka baik atas jawaban dari pinta kita kepadaNya. Bisa saja, apa yang kita minta tidak langsung diberikan namun ditunda untuk kebaikan kita.
Wallahualam.

No comments:

Post a Comment